Wednesday 30 May 2018

Dari Persaudaraan Alumni 212, Capres untuk Pemilu 2019 adalah Rizieq Shihab dan Prabowo. Kamu Pilih Mana?


Setiap warga di negeri ini mempunyai hak yang sama dalam hal berpolitik. Baik untuk memilih maupun untuk dipilih. Begitu juga dengan kebebasan untuk mengeluarkan dan menyampaikan pendapat. Semua telah dijamin oleh undang-undang.
Oleh sebab itulah. Tatkala sebuah kelompok yang menamakan dirinya sebagai Persaudaraan Alumni 212 menyampaikan sebuah pernyataan, maka sebagai sesama warga Indonesia, kita harus menghargainya. Ssttt…! Tidak boleh mencibir atau nyinyir! Ingat, ini bulan Ramadan. Hehee.
Prabowo dan Rizieq Shihab. Pic source: nasional.inilah.com
Aku membuka artikel ini dengan sebuah pertanyaan sederhana. Jika pilihannya hanya terdapat Habib Rizieq dan Prabowo Subianto, manakah diantara keduanya yang bakal kamu pilih sebagai presiden…? Harus milih yaa?!

Tuesday 29 May 2018

PNS Kok Nyinyir Sih…? Balikin Aja Tuh THR-mu!


Anggap saja tulisan ini merupakan suatu reaksi dari apa-apa yang kulihat. Apa-apa yang kuamati. Mayoritas dari kita adalah pengguna media sosial. Khususnya Facebook. Secara otomatis, setiap kita membuka laman Facebook, kita bakal disuguhi bermacam postingan dari akun-akun yang masuk ke dalam friendlist.
Di masa menjelang pemilu 2019 ini, tak sedikit akun-akun yang kemudian bisa berubah 360 derajat. Dia yang awalnya cuma menjadikan medsos sebagai wahana curhat maupun pamer, sekarang turut menjadikan medsos sebagai wahana berkampanye. Wahana untuk berkoar-koar terkait pilihan politiknya.
Hhmm…, sebenarnya tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Toh, pijakan kita semua adalah prinsip freedom of speech. Kebebasan berbicara dan berpendapat. Semua orang berhak memiliki pandangannya masing-masing. Dan berharap, orang lain mampu menghargainya.

Friday 25 May 2018

Ini Trailer Film #22menit, yang Diangkat dari Teror Bom Thamrin 2016. Bikin Penasaran!


Belakangan kasus terorisme merebut perhatian kita semua. Satu fakta semakin menguat, bahwa negeri Indonesia tercinta ini belum sepenuhnya terbebas dari paham terorisme. Masih ada oknum-oknum yang dengan pongahnya menjadikan paham radikalisme dan ekstremisme sebagai jalan hidup.
Sejumlah aksi teror masih menghiasi bumi Nusantara dalam beberapa tahun terakhir. Sebut saja aksi teror di kawasan Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Lalu bom di sebuah gereja di Samarinda pada akhir 2016. Yang terbaru, kita semua dibikin terhenyak oleh aksi pemberontakan napi terorisme di Mako Brimob, Depok, dan bom bunuh diri di sejumlah titik di Surabaya.

Thursday 24 May 2018

Menurut Tommy Soeharto, Sebaiknya Presiden Dipilih oleh MPR. Neo Orba…?


Masih cukup hangat, tatkala beberapa hari yang lalu, lembaga survei Indobarometer merilis sebuah hasil survei. Survei ini bertajuk: siapakah presiden yang paling berhasil dalam memimpin Indonesia. Jawabannya amatlah mencengangkan. Pilihan tertinggi yang disampaikan para responden bukanlah Jokowi. Jokowi ada di peringkat ketiga. Sementara di peringkat satu adalah Soeharto.
Wow. Cuma ini reaksi awalku ketika mendengar pernyataan diatas. Oh ya, sebagai bukti, kamu bisa membaca sumber beritanya di laman cnnindonesia.com ini. Ya, Pak Harto dipilih 32,9 persen responden, sebagai pemimpin yang paling sukses dalam membangun Indonesia. Di urutan kedua ada proklamator Soekarno. Dan Jokowi, berada di tempat ketiga.
Bagiku, survei Indobarometer tersebut sungguhlah menarik. Hasil survei ini disampaikan pada hari Minggu kemarin. Tepatnya pada 20 Mei lalu. Padahal, esoknya pada 21 Mei, merupakan momen dimana Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden pada 1998 silam. Hhmm, seolah menjadi sebuah kebetulan yang sudah direncanakan.

Monday 21 May 2018

20 Tahun yang Lalu Pak Harto Lengser, Apa yang Kamu Ingat Tentangnya?


Hari ini adalah 21 Mei 2018. Di linimasa medsos, banyak yang menggaungkan hari ini sebagai peringatan 20 tahun dimulainya era reformasi. Fase terbaru yang dijalani Indonesia sebagai bangsa. Itu saja?
Aku harus jujur. Sejak 20 tahun terakhir, tanggal 21 Mei akan menjadi sesuatu yang berbeda bagiku. Entah dengan dirimu. Karena di tanggal tersebut, seorang presiden Indonesia yang bernama Soeharto, tiba-tiba meletakkan jabatannya. Jabatan yang sudah dikuasainya selama sekitar 32 tahun. Periode yang fantastis…!
Sepertinya aku perlu merunut di masa yang lebih awal. Patut kuberitahu. Aku adalah generasi yang tumbuh besar di tahun 1990-an. Jadi, aku masih cukup ingat. Seperti apa Indonesia ketika masih dipimpin oleh Soeharto.

Saturday 19 May 2018

Nyawa Dibalas Nyawa, Aman Abdurrahman Dedengkot JAD Dituntut Hukuman Mati, Kamu Setuju?


Kabar dari ranah terorisme masih menjadi headline. Yang terbaru, seorang narapidana kasus terorisme yang bernama Aman Abdurrahman, dituntut hukuman mati. Ckckckkk…, hukuman mati? Waduhh, jika jaksa di persidangan sampai ‘tega’ menuntutnya untuk mendapatkan hukuman yang paling maksimal itu, maka sosok Aman Abdurrahman ini barangkali memang ‘luar biasa’.
Luar biasanya ini tolong jangan disalahartikan. Tatkala seorang pesakitan sampai dituntut hukuman seumur hidup atau bahkan mati, berarti perbuatan yang dilakukannya memang extraordinary. Kejahatannya dianggap super, dan layak diganjar hukuman yang setimpal, yaitu pidana mati.

Thursday 17 May 2018

Mahathir Jadi PM Malaysia di Usia 92 Tahun, Prabowo Masih 66 Tahun, Kamu Mau?


Belakangan ini kita semua ‘disibukkan’ oleh ingar-bingar terkait tindakan terorisme. Dimulai sejak polemik di Mako Brimob Depok, lalu berlanjut ke pengeboman di Surabaya. Kemudian disusul dengan ditangkapnya sejumlah terduga pelaku terorisme.
Nyaris segala perhatian kita tertuju kepada pihak kepolisian. Yang tentu saja menjadi garda terdepan dalam upaya penggerebekan gembong teroris. Media-media mainstream berlomba untuk mengangkat berita terkait terorisme. Termasuk perihal undang-undang tindak pidana terorisme, yang sudah cukup lama terkatung-katung tanpa status yang benderang.
Sementara masih banyak isu atau peristiwa lainnya yang juga terjadi secara berbarengan. Namun karena isu terorisme sedang panas, maka masalah ini mendapatkan perhatian utama.

Monday 14 May 2018

Wahai Cecunguk Teroris, Apakah Kau Sudah Mencapai “Surga” yang Kau Tuju?


Tulisan ini lahir lantaran kupelototi breaking news di layar televisi, yang tiada henti-hentinya mengabarkan peristiwa di Jawa Timur. Tepatnya di Surabaya dan Sidoarjo. Sejak kemarin pagi, Minggu, 13 Mei 2018, sejumlah tempat dijadikan sasaran untuk meledakkan bom.
Tempat-tempat yang menjadi sasaran bom pun tidak main-main. Setidaknya ada 3 tempat ibadah umat Nasrani di tengah kota Surabaya, yang terkena bom yang menyalak dengan dahsyatnya.
Mendapati realita ini, aku yang cuma masyarakat biasa, hanya bisa mengelus dada. Di benakku, segala rasa tumpang tindih tak keruan. Prihatin. Sedih. Takut. Tetapi juga marah. Sekaligus geram!
Geram kepada para pelaku yang begitu tega, meledakkan bom di depan gereja-gereja itu. Tampaknya nyaris semua orang sangat mengutuk aksi brutal ini. Huufftt…, jika ada yang tidak mengutuk atau bahkan mendukung, maka aku sangsi. Apakah makhluk ini benar manusia atau bukan.

Friday 11 May 2018

Mungkin Saking Murkanya Pak Krishna Murti, Hingga Sempat Mengunggah Foto “Itu” di Instagram


Tragedi yang terjadi di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, masih hangat di benak kita semua. Berbagai informasi terkait peristiwa menggemparkan itu, masih berseliweran tiada henti. Sebagai bangsa tentu kita kehilangan. Setidaknya ada lima prajurit kepolisian yang meregang nyawa, ketika peristiwa ini meletus sejak Selasa, 8 Mei, malam.
Seperti peristiwa menghebohkan pada umumnya. Selalu ada saja yang mampu mengabadikan apa pun yang terjadi di sepanjang peristiwa yang bersangkutan. Entah itu dalam bentuk foto maupun video. Lalu dengan secepat kilat, dokumentasi itu diunggah ke media sosial. Dan tak lama, ‘seluruh dunia’ bakal mengetahuinya.
Begitu juga dengan apa yang baru saja terjadi di Mako Brimob Depok. Ketika kerusuhan masih berlangsung, aku sempat melihat sebuah video yang diedarkan oleh satu media online terkemuka. Video ini menunjukkan seseorang yang diduga sebagai salah satu napi yang bikin kisruh di Mako. Saat kutelusuri, ternyata sumber video itu berasal dari unggahan live sebuah akun Instagram. Video itu kemudian tersebar, dan menjadi viral.

Thursday 10 May 2018

Hikks, Najwa Shihab “Dilabrak” Prof Yusril di Mata Najwa Edisi HTI


Sejujurnya aku tak begitu mengikuti akun-akun medsos yang dimiliki acara Mata Najwa. Aku lebih suka langsung menontonnya di layar kaca setiap Rabu malam, jam 8. Begitu juga dengan barusan. Sebelumnya aku sama sekali tak mengetahui, bahwa episode Mata Najwa pada 9 Mei 2018 bakal membahas polemik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Ya, kupikir Mata Najwa bakal membahas topik yang sedang panas. Apalagi kalau bukan kericuhan yang terjadi di Mako Brimob di Kepala Dua, Depok. Namun dugaanku salah. Ternyata Mata Najwa lebih memilih untuk mengulas topik lainnya. Topik yang sebenarnya tidak kalah panasnya dengan apa yang terjadi di Mako Brimob barusan.
Dua hari yang lalu, tak sengaja aku membaca sebuah berita yang terbit di kompas.com. Judulnya cukup mencolok mataku, hingga membuatku tertarik untuk membacanya lebih jauh. Judulnya seperti ini: Gugatan Ditolak, Massa Pendukung HTI Sujud Syukur.
Organisasi massa (ormas) yang bernama HTI ini memang sedang menjalani proses hukum. Yang kutahu, mereka sedang mengajukan banding atas pencabutan status badan hukumnya. Dengan kata lain, HTI tidak sah secara hukum dan dinyatakan bubar.

Monday 7 May 2018

Daripada Pakai Kaos Provokatif, Mending Pakai Jaket Asian Games Kayak Pak Jokowi!


Gerakan massa yang menamakan dirinya sebagai Ganti Presiden 2019, rupanya semakin menembakkan manuvernya. Setelah berhasil membuat ‘keonaran’ di arena Car Free Day (CFD) di Jakarta pada 29 April lalu, tampaknya belum cukup memuaskan libido yang menjalari kelompok ini.
Ya, seperti kita ketahui bersama. Pada hari Minggu, 29 April kemarin, terdapat sebuah kejadian dugaan persekusi yang menimpa seorang ibu-ibu bernama Susi Ferawati. Dan yang mengintimidasi perempuan ini adalah sejumlah orang yang jelas-jelas mengenakan kaos bertuliskan tagar #2019GantiPresiden.
Peristiwa ini sempat menjadi topik panas pekan lalu. Hingga Susi Ferawati memutuskan melaporkan peristiwa tidak mengenakkan yang dialaminya, kepada Polda Metro Jaya. Entah bagaimana kasus ini bakal menggelinding.
Tetapi yang patut mendapatkan perhatian selanjutnya adalah, kelompok yang masih sangat getol menggaungkan wacana ganti presiden di 2019 nanti. Yah, anggap saja kelompok ini sebagai golongan yang tidak pro kepada pemerintah. Karena kalau mereka pro kepada pemerintah, lalu buat capek-capek kampanye mau ganti presiden segala…? Aneh!

Thursday 3 May 2018

“Gelang Kode”, Bukti Mustofa Nahra adalah Sherlock Holmes-nya Indonesia!


Hari-hari terakhir ini bukan saja cuaca yang mulai memanas. Namun tensi politik juga ikut memanas. Wajar, pemilu 2019 praktis tinggal setahun lagi. Waktu yang relatif. Bisa dianggap cukup lama, tetapi bisa pula dianggap sebagai waktu yang mulai mepet. Mepet untuk mempersiapkan diri di tahun politik tersebut. Siapa yang mempersiapkan diri…? Ya tentu saja para elit politik itu lah…!
Jakarta sebagai ibukota negara selalu sukses menghadirkan berbagai polemik. Polemik yang serta-merta membuat seisi Indonesia memanas. Masih ingat dengan pilkada DKI di 2017 kemarin…? Pertarungan nampaknya bukan cuma milik Ahok, Anies, atau Agus. Bukan pula untuk warga Jakarta semata. Tetapi telah merembet ke segala penjuru tanah air. Kepada masyarakat non-ibukota yang barangkali tidak mempunyai kepentingan sama sekali dengan Jakarta.
Tak henti-henti, Jakarta selalu menghadirkan isu yang seksi. Isu yang amatlah tumpeh-tumpeh, menyitir dari ungkapan almarhum Jupe yang legendaris itu. Seperti barusan misalnya. Masih cukup ramai diperbincangkan. Peristiwa yang terjadi di perhelatan Car Free Day (CFD) di pusat kota Jakarta, pada hari Minggu, 29 April kemarin.

Kamu Suka Selfie di Dalam Mobil atau Jendela Pesawat?

Saat ini kita hidup di zaman millenial. Zaman dimana semua-mua berkaitan dengan media sosial. Media sosial telah merasuk dan menjadi satu hal yang dominan di kehidupan kita sehari-hari. Bagiku pribadi, tentu tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Karena pada hakikatnya, tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua selalu berubah. Bergeser, mengikuti zaman dan berbagai penemuan yang ada.
Jadi pada intinya, aku mendapatkan sebuah ide, dari sejumlah peristiwa yang aku alami. Dan rasanya tidak afdhol, jika ide-ide tersebut cuma menyesap di pikiran belaka. Tanpa pernah kusajikan melalui media tulis.
Okelah, tak perlu berbasa-basi lagi. Kenapa tulisan kali ini kuberi judul seperti diatas? Ya…, sudah pasti kalian semua pernah menemui swafoto atau selfie, yang menunjukkan si empunya foto sedang berada di dalam mobil atau di dekat jendela pesawat. Pasti pernah, ‘kan? Atau jangan-jangan, kalian sendiri pernah juga mengambil selfie dengan pose seperti itu…? Hayo ngaku?!