Saturday 28 April 2018

Mata Najwa Review: Jokowi Menjawab Soal Cawapres, Latihan Tinju, dan Sertifikat Tanah


Mata Najwa edisi Rabu, 25 April kemarin, bagiku amatlah menarik. Bahkan tak hanya menarik. Namun juga penting. Penting karena di gelar wicara tersebut, Presiden Jokowi mempunyai kesempatan untuk menjawab sejumlah isu yang selama ini menerpanya. 

Masih mending kalau isu-isu tersebut bernada positif. Lha sebagian diantaranya, malah terdengar negatif. Oleh sebab itulah, episode Mata Najwa kali ini semoga bisa menjadi jawaban atas beberapa isu miring yang disematkan kepada Jokowi.
Ada banyak isu yang coba dikonfirmasi oleh Najwa Shihab. Dari durasi acara yang cuma sekitar satu setengah jam, beberapa isu yang cukup panas, coba digelindingkan kepada Jokowi. Harapannya, sang presiden dapat menjelaskan. Bagaimana fakta sebenarnya, atas berbagai tudingan negatif yang sering diarahkan kepada pria asal Solo itu.

Thursday 26 April 2018

Mata Najwa Review: Jawaban Jokowi Atas Isu PKS hingga Novel Baswedan


Mata Najwa adalah sebuah talkshow yang digawangi oleh Najwa Shihab. Jurnalis andal ini sungguh identik acara yang satu itu. Lahir dan besar di stasiun Metro TV. Namun sejak awal 2018, Mata Najwa resmi mengudara melalui Trans 7.
Meski telah pindah stasiun televisi, sama sekali tak memudarkan pesona Mata Najwa. Ia tetaplah menjadi program bincang-bincang yang berbobot. Acara yang selalu ditunggu-tunggu pemirsa setianya. Ketajaman sang ‘tuan rumah’, yakni Najwa Shihab, menjadi kekuatan utama yang membentuk image Mata Najwa sebagai talkshow yang mencerahkan.
Dan aku merupakan salah satu pemirsa setia dari Mata Najwa. Nyaris setiap hari Rabu malam, aku tak melewatkan episode-episodenya. Mata Najwa memang bukan talkshow yang ecek-ecek. Mata Najwa bukanlah tipikal bincang-bincang hiburan yang cuma mengandalkan candaan atau aksi konyol para selebriti.
Lebih dari itu, Mata Najwa memilih jatidiri sebagai program yang berusaha mengupas isu-isu yang tidak sembarangan. Isu-isu yang menyentuh kepentingan masyarakat. Diantara isu-isu yang biasa menjadi ‘santapan’ Mata Najwa, tentulah isu terkait politik yang seringkali masuk ke dalam radar. Hingga akhirnya, Mata Najwa menjadi satu program yang identik dengan isu-isu hangat dari ranah politik.

Tuesday 24 April 2018

Merindukan Bu Khofifah Tampil di “Mikrofon Pelunas Utang”


Apabila kamu adalah pemirsa setia televisi lokal, barangkali kamu mengenal sebuah acara yang mengudara di channel Indosiar. Program ini bertajuk Mikrofon Pelunas Utang. Jika ditilik, Mikrofon Pelunas Utang (MPU) bisa dikategorikan kedalam genre acara realitas. Sesuai dengan judulnya, MPU adalah sebuah acara yang bertujuan membantu seseorang untuk melunasi utang-utang yang dimilikinya.
Menurut informasi yang kubaca di Wikipedia, MPU pertama mengudara di Indosiar sejak April 2017. Namun bagiku, acara ini mulai menarik perhatianku sejak bulan Ramadan tahun lalu. Ya, jadi sekitar Mei-Juni 2017 kemarin. Sambil menunggu waktunya berbuka puasa, aku dan keluargaku sering menonton MPU di layar Indosiar. Yah, daripada nonton sinetron, mending nonton acara realitas, ‘kan…? Hehee.
Mikrofon Pelunas Utang. Pic source: indosiar.com
Setelah beberapa kali aku menonton acara ini, aku cukup tertarik dengan pengemasan MPU. Secara program, bagiku MPU tetaplah acara yang diproduksi Indosiar, yang tujuannya tentu untuk menjaring profit sebanyak-banyaknya. Termasuk untuk mencapai rating yang tinggi. Karena MPU memang sengaja dipasang Indosiar di jam primetime, yang on air mulai jam lima sore.

Friday 20 April 2018

Konsumen Itu Masih “Raja” Lhoo… (Refleksi Hari Konsumen Nasional 2018)






Dua hari yang lalu, tiba-tiba ada satu sms yang masuk ke ponselku. Sms apa ya? Aku sedikit antusias untuk segera mengetahuinya. Wajar, sih. Saat ini, barangkali kita semua sudah tak begitu akrab dengan teknologi yang satu itu. Kita sudah terbiasa dengan pesan instan yang berbasis aplikasi, macam Whatsapp, Line, atau Telegram.
Namun sms masih saja eksis. Masih tetap ada, di kehidupan kita sehari-hari. Tak percaya…? Coba tontonlah televisi di rumahmu masing-masing. Ketika menonton ajang pencarian bakat seperti LIDA atau Indonesian Idol, cara untuk mendukung kontestan tetaplah masih menggunakan sms. Tentunya dengan tarif sms yang premium itu.
Sms juga masih digunakan oleh siapapun untuk menyebarkan informasi secara massal. Seperti sms promo, atau sms mama minta pulsa. Eitss…, jangan coba dikait-kaitkan dengan papa minta saham, ya?! Karena kabar terakhir yang kudengar, si ‘papa’ dituntut 16 tahun penjara lantaran terlibat kasus korupsi e-ktp. Wiuuwww…
Kembali ke sms. Sms yang kuterima dua hari yang lalu. Dan ketika aku membuka ponsel dan membaca isi sms tersebut, aku langsung membuktikan bahwa sms masih eksis dimanfaatkan untuk mem-blast informasi kepada khalayak. Sms yang berisi informasi umum, yang perlu untuk disebarkan kepada publik atau masyarakat.
Sms ini berasal dari BPKN. Sejenak aku mengernyitkan dahi. Apa itu BPKN…? Usut punya usut, setelah aku membuka sms-nya dan kubaca, ternyata BPKN itu adalah Badan Perlindungan Konsumen Nasional.


Thursday 19 April 2018

Istiqomahnya Pria Tua yang bernama Amien


Salah satu tujuan menulis adalah menyalurkan ide maupun gagasan yang muncul di kepala. Dan ide atau gagasan itu terbit, diantaranya sebagai reaksi atas sebuah stimulus. Nah, stimulus yang kumaksud kali ini, lantaran sudah mulai ‘terkesima’ dengan segala nyanyian yang keluar dari mulut seorang pria tua. Pria tua itu bernama Amien. Amien…, yaa sudahlah.


Okelah. Tak perlu banyak bermain kata-kata. Apalah aku ini. Aku cuma sisa jus sianida yang tak pandai bermain diksi. Pria yang kumaksud adalah Amien Rais. Seorang bapak ‘terhormat’ yang ramai dijuluki sebagai Bapak Reformasi. Bapak reformasi…?! Oh really?