Thursday 17 May 2018

Mahathir Jadi PM Malaysia di Usia 92 Tahun, Prabowo Masih 66 Tahun, Kamu Mau?


Belakangan ini kita semua ‘disibukkan’ oleh ingar-bingar terkait tindakan terorisme. Dimulai sejak polemik di Mako Brimob Depok, lalu berlanjut ke pengeboman di Surabaya. Kemudian disusul dengan ditangkapnya sejumlah terduga pelaku terorisme.
Nyaris segala perhatian kita tertuju kepada pihak kepolisian. Yang tentu saja menjadi garda terdepan dalam upaya penggerebekan gembong teroris. Media-media mainstream berlomba untuk mengangkat berita terkait terorisme. Termasuk perihal undang-undang tindak pidana terorisme, yang sudah cukup lama terkatung-katung tanpa status yang benderang.
Sementara masih banyak isu atau peristiwa lainnya yang juga terjadi secara berbarengan. Namun karena isu terorisme sedang panas, maka masalah ini mendapatkan perhatian utama.

Ulasan yang sengaja kusajikan kali ini, dipicu oleh beberapa kejadian yang cukup menarik dimataku. Sepekan yang lalu, ada peristiwa mengejutkan dari negeri jiran, Malaysia. Negara tetangga ini, baru saja mengadakan pemilu, untuk menentukan siapakah Perdana Menteri yang akan memimpin federasi di semenanjung Malaya dan Kalimantan bagian utara itu.
Tak diduga, Najib Razak yang merupakan Perdana Menteri petahana, menuai hasil yang buruk. Ia kalah dari kelompok oposisi, yang dipimpin oleh mantan perdana menteri, Mahathir Mohamad.
Fakta ini membuat Najib Razak harus meletakkan haknya sebagai kepala pemerintahan di Malaysia. Dan Mahathir, sang politisi supersenior, kembali mencicipi tampuk tertinggi di pemerintahan federal negeri tetangga tersebut.
Bagaimana tidak supersenior…? Ketika kembali memenangi pemilu, usia Mahathir Mohamad adalah 92 tahun. Waooww…, sungguh menakjubkan bukan?! Di umur yang sudah hampir mencapai seabad itu, pria ini kembali diberi amanah untuk memimpin rakyat Malaysia.




Mahathir Jadi PM Malaysia di Usia 92 Tahun, Prabowo Masih 66 Tahun, Kamu Mau?
Perkara umur memang rahasia Ilahi. Jika Tuhan memang berkehendak, apa pun bisa terjadi. Begitu juga dengan apa yang menimpa seorang Mahathir Mohamad. Walau pun usianya cukup senja, tetapi ia masih sanggup memikat rakyat Malaysia hingga kembali memperoleh kepercayaan untuk melanjutkan pemerintahan federasi.
Lalu bagaimana dengan Indonesia…? Sebagai wong cilik, saat ini kita semua mulai merasakan tensi perpolitikan yang mulai meningkat. Ya, pemilu 2019 sudah di depan mata. Pergantian presiden tinggal secuil lagi. Tak heran, salah satu wacana yang menghinggapi keseharian kita, salah satunya adalah perihal calon presiden.
Barangkali diantara kamu ada yang mulai jengah. Di jagad medsos, sudah tak terhitung berbagai ujaran mengenai pemilihan presiden. Mulai dari tagar #2019GantiPresiden, atau #DiaSibukKerja. Padahal, kampanye calon presiden saja belum. Alih-alih kampanye, pendaftaran capres dan cawapres saja masih lama. Kalau tak salah baru digeber sekitar Agustus 2018.
Namun dunia medsos sudah amat berisik tak ketulungan. Semuanya seolah tak mau kalah. Debat kusir, kata-kata kotor, hingga ujaran negatif lainnya, seakan menjadi santapan kita sehari-hari. Hadeehh…
Satu peristiwa mutakhir yang membuat ‘kegaduhan’ di medsos, adalah perilaku yang ditunjukkan satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di pilkada Jawa Barat. Pasangan itu menamakan dirinya Asyik, yakni Sudrajat dan Ahmad Syaikhu. Yah, nggak usah heran. Pasangan ini diusung duo maut bin gaduh, Gerindra-PKS.
Wahai Cecunguk Teroris, Apakah Kau Sudah Mencapai "Surga" yang Kau Tuju?
Pada perhelatan debat publik pilgub Jabar yang diadakan KPU pada 14 Mei kemarin, pasangan Asyik terang-terangan melakukan tindakan provokatif di ujung acara. Mereka membentangkan sebuah kaos, yang tidak hanya berisi slogan untuk mendukung mereka. Melainkan, juga tercantum slogan ‘ganti presiden’.
Apa yang disajikan pasangan Asyik tersebut, sudah pasti mengundang kericuhan. Karena pada prinsipnya, forum debat itu adalah untuk kampanye pemilihan gubernur, bukan pemilihan presiden!
Prabowo ketika berorasi. Pic source: online24jam.com

Yaah…, mungkin para kader Gerindra dan PKS ini sudah mumet. Mumet dan kehilangan kesabaran. Tidak sabar untuk segera menuntaskan libidonya yang sudah amat membuncah. Nafsu untuk segera mengganti presiden dan berkuasa.
Baiklah. Sebelum tulisan ini semakin random tak keruan, aku mau menanyakan satu hal. Prabowo, yang digadang-gadang menjadi calon presiden dari duo Gerindra dan PKS. Coba dijawab dengan jujur. Sebagai masyarakat Indonesia, bersediakah kamu memberi kesempatan kepada Prabowo di pilpres 2019 nanti…?
Bandingkan dengan Mahathir Mohamad di Malaysia, yang masih bisa memegang tampuk kepemimpinan di usia 92. Nah, Prabowo ‘kan umurnya masih 66. Kamu mau memberinya kesempatan untuk menjadi presiden Indonesia selanjutnya?
Tunggu pemilu, ya…?!