Friday 11 May 2018

Mungkin Saking Murkanya Pak Krishna Murti, Hingga Sempat Mengunggah Foto “Itu” di Instagram


Tragedi yang terjadi di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, masih hangat di benak kita semua. Berbagai informasi terkait peristiwa menggemparkan itu, masih berseliweran tiada henti. Sebagai bangsa tentu kita kehilangan. Setidaknya ada lima prajurit kepolisian yang meregang nyawa, ketika peristiwa ini meletus sejak Selasa, 8 Mei, malam.
Seperti peristiwa menghebohkan pada umumnya. Selalu ada saja yang mampu mengabadikan apa pun yang terjadi di sepanjang peristiwa yang bersangkutan. Entah itu dalam bentuk foto maupun video. Lalu dengan secepat kilat, dokumentasi itu diunggah ke media sosial. Dan tak lama, ‘seluruh dunia’ bakal mengetahuinya.
Begitu juga dengan apa yang baru saja terjadi di Mako Brimob Depok. Ketika kerusuhan masih berlangsung, aku sempat melihat sebuah video yang diedarkan oleh satu media online terkemuka. Video ini menunjukkan seseorang yang diduga sebagai salah satu napi yang bikin kisruh di Mako. Saat kutelusuri, ternyata sumber video itu berasal dari unggahan live sebuah akun Instagram. Video itu kemudian tersebar, dan menjadi viral.

Ya, begitu cepatnya arus informasi yang melanda kita semua. Ini semua gara-gara media sosial yang supercepat bak shinkansen. Informasi apa pun dapat dengan mudah disebarkan. Bahkan oleh siapapun. Tak perlu lagi menunggu wartawan atau jurnalis untuk meliput sesuatu. Semua orang sudah bisa menjadi publisher.
Kericuhan yang terjadi di Mako Brimob, saat ini telah berakhir. Dari penjelasan resmi Kapolri Tito Karnavian yang kulihat di layar televisi, pelaku penyerangan dan penyanderaan petugas kepolisian di Mako adalah para narapidana kasus terorisme. Duuhh…, nggak heran?!
Ungkapan berkabung pun membahana. Dari linimasa Facebook, Twitter, dan Instagram, semuanya dijejali oleh ucapan belasungkawa, atas gugurnya lima prajurit kepolisian.
Kala memandangi linimasa yang dibanjiri ungkapan kesedihan terkait kericuhan di Mako Brimob, membuatku merasa campur-campur. Sedih, sudah pasti. Iba, tatkala melihat keluarga yang ditinggakan para polisi yang meninggal tersebut.



Aku juga merasa marah! Kesal! Siapa lagi kalau bukan kepada para cecunguk napi teroris itu…?! Teroris sialan. Gerombolan manusia sampah yang tak berguna. What the hell dengan segala ideologimu?!
Aku juga merasa miris. Miris dan bergidik. Kala melihat beberapa foto yang muncul di linimasa medsos. Ada sebuah foto yang menampakkan seseorang yang sudah tidak berdaya. Ia yang sudah berdarah-darah itu, terlihat diinjak dengan sepatu…! Ckckckk, sungguh biadab!
Usut punya usut, foto yang mengerikan itu rupanya berasal dari akun Instagram seorang polisi yang tersohor. Jadi setidaknya, foto itu bisa diakui kredibitasnya. Bukan foto-foto lainnya yang barangkali masih perlu pembuktian. Apakah benar-benar berasal dari peristiwa kericuhan di Mako Brimob.
Ya, sebuah foto memilukan sempat terunggah di akun Instagram milik Krishna Murti. Kupikir aparat yang satu ini sudah amat familiar di telinga kita. Ia mulai populer, sejak kasus teror Thamrin pada awal tahun 2016. Kala itu ia menjabat Direskrimum Polda Metro Jaya.
Krishna Murti. Pic source: makassar.tribunnews.com

Selain mengunggah foto yang mengerikan, tak lupa ada caption yang menyertainya. Unggahan ini kontan memicu kemarahan para netizen. Ribuan komentar sontak membanjiri foto ini. Bahkan kemudian, foto ini diangkat menjadi beberapa berita di media-media online.
Pada berita yang kutautkan diatas, foto yang berasal dari Instagram Krishna Murti sudah disensor. Ya, aku tidak ingin menyebarkan berita lainnya yang masih memasang foto itu tanpa sensor. Sangatlah bikin ngeri.
Aku mencoba memahami, apa alasan Pak Krishna Murti mengunggah foto tersebut. Ia tentu merasa murka, mendapati rekannya sesama polisi diperlakukan secara kejam oleh para napi teroris itu. Pantaskah para napi ini masih kita anggap sebagai manusia…? Kelakuannya sudah seperti manusia barbar!
Tadi pagi, aku masih sempat melihat foto itu di akun Instagram Krishna Murti di @krishnamurti_91. Tetapi di siang hari selepas Jumatan, aku sudah tak mendapati foto tersebut. Mungkin pria ini memperoleh banyak teguran terkait foto mengerikan itu. Sehingga ia memilih untuk menghapusnya.
Mungkin saking geramnya Pak Krishna Murti, hingga ia berani mengunggah foto ini di Instagram. Padahal saat masyarakat melihat foto ini, yang ada barangkali malah kecemasan baru. Kekhawatiran bakal muncul, ketika membayangkan betapa kejamnya para napi teroris itu kepada lawan-lawannya.
Aku jadi sepakat dengan pendapat yang dilontarkan oleh aktivis NU, Guntur Romli. Dari pendapatnya yang kubaca di tribunnews.com, aku setuju jika kita tak perlu latah untuk menyebarkan berbagai informasi terkait kerusuhan di Mako Brimob barusan.
Dengan menyebarluaskan foto, video, atau apa pun yang bersangkut paut dengan ulah para napi terorisme tersebut, maka yang diuntungkan adalah para teroris itu sendiri. Tujuan mereka menjadi berhasil, untuk membuat ‘kekacauan’ dan ‘kegelisahan’ di benak masyarakat. Di alam pikiran kita semua.
Mari kita jaga diri kita dari bahaya laten radikalisme. Karena radikalisme mempunyai kepanjangan tangan berupa terorisme. Amati orang-orang tersayang di sekitar kita masing-masing. Jangan sampai terkontaminasi paham radikalisme.
Karena yang kutahu, radikalisme mudah menjangkiti anak-anak muda yang polos, lugu, dan sedang mencari jatidiri. #KamiTidakTakut #KamiBersamaPolri