Belakangan kasus terorisme merebut perhatian kita semua. Satu fakta semakin menguat, bahwa negeri Indonesia tercinta ini belum sepenuhnya terbebas dari paham terorisme. Masih ada oknum-oknum yang dengan pongahnya menjadikan paham radikalisme dan ekstremisme sebagai jalan hidup.
Sejumlah aksi teror masih menghiasi bumi Nusantara dalam beberapa tahun terakhir. Sebut saja aksi teror di kawasan Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Lalu bom di sebuah gereja di Samarinda pada akhir 2016. Yang terbaru, kita semua dibikin terhenyak oleh aksi pemberontakan napi terorisme di Mako Brimob, Depok, dan bom bunuh diri di sejumlah titik di Surabaya.
Bahkan aksi teror terbaru yang terjadi di Surabaya, tampaknya semakin edan saja. Bagaimana tidak edan…? Pelaku bom tak hanya para lelaki. Namun telah melibatkan para wanita, dan anak-anak. Hhmm, sungguh biadab sekaligus memprihatinkan.
Oleh sebab itulah. Rasanya negeri ini mulai mengalami darurat paham terorisme. Dibutuhkan perhatian ekstra, untuk menghadapi kasus yang satu ini. Tak hanya perhatian. Tetapi perbuatan nyata, untuk benar-benar memerangi sepak terjang dari kelompok-kelompok ekstremis tersebut.
Akhirnya, para penyelenggara negara telah ‘sadar’. Bahwa kasus terorisme tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Perlu adanya payung hukum yang tegas. Payung hukum yang menaungi aparat keamanan untuk melakukan aksi penanggulangan kejahatan terorisme.
Dan hari ini, 25 Mei 2018, akhirnya revisi terkait Undang-undang Tindak Pidana Terorisme (Antiterorisme) resmi disahkan oleh DPR. Undang-undang yang baru ini, harapannya dapat lebih komprehensif ketimbang UU yang lama, yakni UU nomer 15 tahun 2003. Berita mengenai pengesahan revisi UU Antiterorisme, bisa kamu baca di sini.
By the way, rasanya beberapa waktu terakhir urat syaraf kita begitu menegang. Terlebih ketika menyadari betapa kejamnya para napi teroris, yang menewaskan lima anggota polisi di kerusuhan Mako Brimob. Begitu pula saat kita semua dibuat porak-poranda, tatkala bom bunuh diri mengoyak tiga gereja di Surabaya. Sungguh miris!
Menurut Tommy Soeharto, Sebaiknya Presiden Dipilih oleh MPR. Neo Orba?
Namun semoga kita bisa mulai sejenak menghela napas lega. Karena UU Antiterorisme yang baru, semoga bisa memberikan kewenangan lebih bagi para aparat, untuk menindak para terduga pelaku terorisme.
Dan…, kita bisa sedikit melakukan relaksasi, salah satunya dengan menonton film-film yang kita sukai di bioskop. Berbicara mengenai film, aku mau memberi kabar cukup menarik terkait film produksi anak negeri.
Tentu kamu masih ingat betul dengan aksi terorisme yang terjadi di bilangan Thamrin, pada 14 Januari 2016 lalu. Kala itu, sejumlah pelaku meledakkan sebuah pos polisi, dan melancarkan aksi teror dengan bersenjata.
 |
| Poster film #22menit. Pic source: instagram.com/22menitthemovie |
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami sebuah rumah produksi, untuk membuat sebuah film yang berusaha meng-capture apa yang terjadi di kawasan Thamrin pada hari naas itu. Penasaran, ‘kan…?! Nah, ini aku kasih trailer dari film tersebut:
Gimana...? Setelah menonton trailer film diatas, kamu penasaran dengan film yang bertajuk #22menit ini? Kalau aku pribasi sih, penasaran banget…! Apalagi filmnya pasti bergenre action. Sebuah jenis film yang jarang kita temukan di film-film produksi lokal.
Dari trailer film #22menit ini, aku menemukan sejumlah aktor kenamaan yang terlibat di dalamnya. Ada Mathias Muchus, Ajeng Kartika, Fanny Fadhilah, dan…, Ario Bayu…! Widiiwww…, pokoknya bikin penasaran, deeeh?!
Kamu juga tertarik untuk segera menonton film #22menit secara utuh? Tenang, film ini akan naik layar pada 19 Juli 2018. Jadi…, selamat menunggu!
