Wednesday 14 February 2024

Cerita Pertama dari Pontianak

Pontianak dan Kalimantan Barat. Awalnya aku hanya mengetahui dua tempat ini saat aku belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kala SD dulu. Ya, Pontianak adalah ibu kota dari Kalimantan Barat. Sebuah provinsi yang berada di bagian barat Pulau Kalimantan. Wilayahnya langsung berbatasan dengan Selat Karimata, yang memisahkannya dengan Pulau Sumatera.

Saat belajar IPS dulu, Pontianak dikenal dengan Kota Khatulistiwa. Hal ini disebabkan adanya garis khatulistiwa yang melalui kota itu. Khatulistiwa sendiri adalah sebuah garis yang membagi bumi menjadi dua bagian. Khatulistiwa adalah garis lintang nol derajat, yang persis membagi bumi menjadi bagian utara dan selatan. Khatulistiwa juga disebut garis ekuator.

Selanjutnya, aku mulai lebih banyak tahu soal Kalimantan Barat. Salah satunya tentang Singkawang. Menurut kabar, kota yang terletak di utara Pontianak ini sangat kental dengan budaya keturunan Tionghoa. Hal ini terkait perdagangan antarbangsa di masa lalu.

Terlebih kala muncul film “Aruna dan Lidahnya” pada 2018 lalu. Film bertema kuliner ini salah satunya mengangkat makanan khas dari Kalimantan Barat, yakni pengkang dan choi pan. Film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Oka Antara itu turut mengekplorasi keindahan Pontianak dan Singkawang.

Dari titik inilah, kemudian muncul hasratku untuk mengunjungi Kalimantan Barat. Pontianak dan Singkawang akhirnya masuk ke dalam bucket list tempat yang ingin kukunjungi.

Alhamdulillah, bucket list itu terwujud barusan. Pada bulan Februari ini, terdapat libur tanggal merah dan cuti bersama yang berentetan. Libur itu dimulai dari tanggal 8 Februari adalah peringatan Isra Miraj. Berlanjut ke tanggal 9 Februari adalah cuti bersama Imlek. Dan tahun baru Imlek yang jatuh pada 10 Februari.

Adanya libur long weekend ini, kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aku bergegas menyusun rencana perjalanan, untuk bertandang ke Kalimantan Barat. Kuputuskan untuk menambah durasi liburanku dengan mengambil jatah cuti tahunanku. Hal ini lantaran tanggal 14 Februari juga libur karena hari pemilu.

Cutiku sudah di-accept atasan. Yeaayy. Saatnya liburan! Aku yang sehari-hari berdomisili di Bukittinggi, Sumatera Barat, langsung bertolak ke Pontianak pada 8 Februari kemarin. Aku menggunakan Lion Air, yang jadwal terbangnya dari bandara Soekarno Hatta jam 14.40.

Pic source: dok. pribadi


Namun dewi fortuna belum memihakku. Seperti biasa, pesawat singa ini delay. Alasan yang dikemukakan petugas di terminal keberangkatan adalah traffic yang padat. Apalagi hari itu adalah permulaan libur panjang. Glek, aku cuma bisa menelan ludah. Delay-nya nggak tanggung-tanggung: dua jam!

Aku berjalan menyusuri terminal 2 Soekarno Hatta untuk membunuh waktu. Sesekali duduk untuk minum dan membaca buku. Akhirnya, pesawat yang kutunggu ready juga. Pesawatku bergerak meninggalkan Soekarno Hatta sekira jam 17.30. Ya benar, delay nyaris 3 jam.

Di dalam pesawat, kru Lion Air meminta maaf kepada seluruh penumpang karena alasan operasional. Dih, klise. Sebagai kompensasi keterlambatan kala itu, aku dan penumpang lainnya diberi nasi kotak. Saat kubuka, isinya nasi dan dua lauk. Ya sudah, dinikmati saja. Alhamdulillah.

Aku mendapat kursi persis di sebelah jendela. Di sebelah kananku, terdapat seorang pria setengah baya dan seorang anak perempuannya. Dari perawakannya, sepertinya mereka adalah keturunan Tionghoa. Si anak perempuan masih balita. Oleh ayahnya, si anak perempuan didudukkan persis di sebelahku.

Lucu sekali. Rambut si anak perempuan dikuncir kanan kiri. Ditambah asesoris bulu-bulu di kepalanya. Mungkin karena saat itu menjelang Imlek, jadi si anak didandani untuk menyemarakkan suasana.

Sepanjang penerbangan dari Jakarta ke Pontianak, si ayah sibuk sekali dengan anaknya ini. Kala si anak mengeluh gerah, dengan sigap ayahnya langsung membukakan jaketnya. Tatkala si anak merengek haus, bapaknya langsung menyiapkan botol air.

Saat pembagian nasi kotak, si ayah terlihat amat lahap dan secepat kilat memakannya. Kupikir ini lantaran beliau lapar. Namun rupanya tidak. Setelah kuamati, si ayah segera menghabiskan nasi kotaknya, kemudian beralih menyuapi anaknya. Hikss, merinding.

Di momen itu, jujur aku terharu. Aku yang seorang perantau ini, sontak teringat kedua orangtua di rumah. Teringat bapakku. Ahh, untung ada libur panjang ini. Aku bisa traveling ke Pontianak, dan akan kulanjutkan untuk pulang sejenak ke Malang. Menjenguk orangtua di rumah.

Jadi, bersyukurlah ketika masih ada kedua orangtua. Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan itu. Karena kita tidak tahu, sampai kapan mereka bisa menemani.

Pic source: dok. pribadi


 

No comments:

Post a Comment