Pontianak dan Kalimantan Barat. Awalnya
aku hanya mengetahui dua tempat ini saat aku belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di kala SD dulu. Ya, Pontianak adalah ibu kota dari Kalimantan Barat.
Sebuah provinsi yang berada di bagian barat Pulau Kalimantan. Wilayahnya
langsung berbatasan dengan Selat Karimata, yang memisahkannya dengan Pulau
Sumatera.
Saat belajar IPS dulu, Pontianak
dikenal dengan Kota Khatulistiwa. Hal ini disebabkan adanya garis khatulistiwa
yang melalui kota itu. Khatulistiwa sendiri adalah sebuah garis yang membagi
bumi menjadi dua bagian. Khatulistiwa adalah garis lintang nol derajat, yang
persis membagi bumi menjadi bagian utara dan selatan. Khatulistiwa juga disebut
garis ekuator.
Selanjutnya, aku mulai lebih banyak tahu soal Kalimantan Barat. Salah satunya tentang Singkawang. Menurut kabar, kota yang terletak di utara Pontianak ini sangat kental dengan budaya keturunan Tionghoa. Hal ini terkait perdagangan antarbangsa di masa lalu.
Terlebih kala muncul film “Aruna dan
Lidahnya” pada 2018 lalu. Film bertema kuliner ini salah satunya mengangkat
makanan khas dari Kalimantan Barat, yakni pengkang dan choi pan. Film yang
dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Oka Antara itu turut mengekplorasi keindahan
Pontianak dan Singkawang.
Dari titik inilah, kemudian muncul
hasratku untuk mengunjungi Kalimantan Barat. Pontianak dan Singkawang akhirnya
masuk ke dalam bucket list tempat
yang ingin kukunjungi.
Alhamdulillah, bucket list itu terwujud
barusan. Pada bulan Februari ini, terdapat libur tanggal merah dan cuti bersama
yang berentetan. Libur itu dimulai dari tanggal 8 Februari adalah peringatan
Isra Miraj. Berlanjut ke tanggal 9 Februari adalah cuti bersama Imlek. Dan
tahun baru Imlek yang jatuh pada 10 Februari.
Adanya libur long weekend ini, kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aku bergegas
menyusun rencana perjalanan, untuk bertandang ke Kalimantan Barat. Kuputuskan
untuk menambah durasi liburanku dengan mengambil jatah cuti tahunanku. Hal ini
lantaran tanggal 14 Februari juga libur karena hari pemilu.
Cutiku sudah di-accept atasan. Yeaayy. Saatnya liburan! Aku yang sehari-hari
berdomisili di Bukittinggi, Sumatera Barat, langsung bertolak ke Pontianak pada
8 Februari kemarin. Aku menggunakan Lion Air, yang jadwal terbangnya dari
bandara Soekarno Hatta jam 14.40.
Pic source: dok. pribadi |
Namun dewi fortuna belum memihakku.
Seperti biasa, pesawat singa ini delay.
Alasan yang dikemukakan petugas di terminal keberangkatan adalah traffic yang padat. Apalagi hari itu
adalah permulaan libur panjang. Glek, aku cuma bisa menelan ludah. Delay-nya
nggak tanggung-tanggung: dua jam!
Aku berjalan menyusuri terminal 2
Soekarno Hatta untuk membunuh waktu. Sesekali duduk untuk minum dan membaca
buku. Akhirnya, pesawat yang kutunggu ready
juga. Pesawatku bergerak meninggalkan Soekarno Hatta sekira jam 17.30. Ya
benar, delay nyaris 3 jam.
Di dalam pesawat, kru Lion Air meminta
maaf kepada seluruh penumpang karena alasan operasional. Dih, klise. Sebagai
kompensasi keterlambatan kala itu, aku dan penumpang lainnya diberi nasi kotak.
Saat kubuka, isinya nasi dan dua lauk. Ya sudah, dinikmati saja. Alhamdulillah.
Aku mendapat kursi persis di sebelah
jendela. Di sebelah kananku, terdapat seorang pria setengah baya dan seorang
anak perempuannya. Dari perawakannya, sepertinya mereka adalah keturunan
Tionghoa. Si anak perempuan masih balita. Oleh ayahnya, si anak perempuan
didudukkan persis di sebelahku.
Lucu sekali. Rambut si anak perempuan
dikuncir kanan kiri. Ditambah asesoris bulu-bulu di kepalanya. Mungkin karena
saat itu menjelang Imlek, jadi si anak didandani untuk menyemarakkan suasana.
Sepanjang penerbangan dari Jakarta ke
Pontianak, si ayah sibuk sekali dengan anaknya ini. Kala si anak mengeluh
gerah, dengan sigap ayahnya langsung membukakan jaketnya. Tatkala si anak
merengek haus, bapaknya langsung menyiapkan botol air.
Saat pembagian nasi kotak, si ayah
terlihat amat lahap dan secepat kilat memakannya. Kupikir ini lantaran beliau
lapar. Namun rupanya tidak. Setelah kuamati, si ayah segera menghabiskan nasi
kotaknya, kemudian beralih menyuapi anaknya. Hikss, merinding.
Di momen itu, jujur aku terharu. Aku
yang seorang perantau ini, sontak teringat kedua orangtua di rumah. Teringat
bapakku. Ahh, untung ada libur panjang ini. Aku bisa traveling ke Pontianak, dan akan kulanjutkan untuk pulang sejenak
ke Malang. Menjenguk orangtua di rumah.
Jadi, bersyukurlah ketika masih ada
kedua orangtua. Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan itu. Karena kita tidak
tahu, sampai kapan mereka bisa menemani.
Pic source: dok. pribadi |
No comments:
Post a Comment