Thursday 10 May 2018

Hikks, Najwa Shihab “Dilabrak” Prof Yusril di Mata Najwa Edisi HTI


Sejujurnya aku tak begitu mengikuti akun-akun medsos yang dimiliki acara Mata Najwa. Aku lebih suka langsung menontonnya di layar kaca setiap Rabu malam, jam 8. Begitu juga dengan barusan. Sebelumnya aku sama sekali tak mengetahui, bahwa episode Mata Najwa pada 9 Mei 2018 bakal membahas polemik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Ya, kupikir Mata Najwa bakal membahas topik yang sedang panas. Apalagi kalau bukan kericuhan yang terjadi di Mako Brimob di Kepala Dua, Depok. Namun dugaanku salah. Ternyata Mata Najwa lebih memilih untuk mengulas topik lainnya. Topik yang sebenarnya tidak kalah panasnya dengan apa yang terjadi di Mako Brimob barusan.
Dua hari yang lalu, tak sengaja aku membaca sebuah berita yang terbit di kompas.com. Judulnya cukup mencolok mataku, hingga membuatku tertarik untuk membacanya lebih jauh. Judulnya seperti ini: Gugatan Ditolak, Massa Pendukung HTI Sujud Syukur.
Organisasi massa (ormas) yang bernama HTI ini memang sedang menjalani proses hukum. Yang kutahu, mereka sedang mengajukan banding atas pencabutan status badan hukumnya. Dengan kata lain, HTI tidak sah secara hukum dan dinyatakan bubar.

Tetapi HTI tidak tinggal diam begitu saja. Mereka mengajukan banding. Dan pada Senin, 7 Mei kemarin, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menolak gugatan yang diajukan oleh HTI. Jadi keputusannya, HTI tetaplah bubar dan dinyatakan terlarang di Indonesia.
Namun kenapa massa pendukung HTI malah bersujud syukur…? Bukankah sujud syukur dilakukan jika mengalami peristiwa yang membahagiakan atau mendapatkan sesuatu yang diharapkan? Lahh…, ini gugatan ditolah di pengadilan tapi kok malah sujud syukur?
Akan tetapi keherananku ini tidak bertahan lama. Seusai membaca beritanya, aku mulai ngeh dengan apa yang terjadi. Ya, gugatan HTI memang ditolak. Namun ada seorang simpatisan HTI yang mengajak para pendukung lainnya yang berada di luar pengadilan, untuk melakukan sujud syukur. Ingin menunjukkan bahwa ‘perjuangan’ HTI tidak akan berhenti sampai disini.



Lantas kemudian, aku menyaksikan tayangan Mata Najwa yang membahas gugatan HTI ini. Tak tanggung-tanggung, Najwa Shihab mengundang juru bicara HTI, yakni Ismail Yusanto. Menemani Ismail, ada pakar hukum pembela HTI, yaitu Prof Yusril Ihza Mahendra. Sebagai pembanding, salah satunya ada Romahurmuziy, dari DPR fraksi PPP.
Seperti biasa, talkshow mengalir dan dikendalikan oleh Najwa Shihab, sang tuan rumah Mata Najwa. Terjadi perdebatan yang cukup alot, antara pengacara dari pemerintah dengan pihak HTI yang diwakili Yusril. Barangkali karena hasil gugatan HTI masih anget. Masih fresh from the oven. Jadi emosi dan euforianya masih terbawa hingga ke acara Mata Najwa.
Dari epidose kali ini, ada satu momen yang bagiku amat menarik. Tak sekadar menarik. Namun cukup mendebarkan! Ceritanya begini. Ada segmen ketika Najwa bertanya kepada jubir HTI, yakni Ismail Yusanto. Najwa ingin mengulik, apa dan bagaimana sih sebenarnya HTI itu.
Najwa Shihab di Mata Najwa edisi 9 Mei 2018. Pic source: dok.pribadi

Kupikir ini adalah wajar. Karena toh, faktanya memang TIDAK SEMUA MASYARAKAT PAHAM, apa dan bagaimana itu HTI. Bahkan tidak sedikit orang awam yang menganggap bahwa HTI ini tidak jauh berbeda seperti Muhammadiyah atau NU. Alias ormas berbasis Islam. Begitu kira-kira.
Najwa pun melontarkan pertanyaan seperti ini: berapa jumlah anggota dari HTI…? Pertanyaan ini kurasa merupakan pertanyaan yang biasa saja. Toh, tujuannya ya cuma ingin tahu. Seberapa banyak anggota dari ormas HTI tersebut.
Namun Ismail Yusanto menyambut dingin pertanyaan ini. Ia bolak-balik berkilah. Yang pada intinya, pria ini sama sekali tidak ingin memberitahu Najwa, berapa persisnya jumlah anggota dari HTI.
Yah…, mungkin si Ismail masih baper. Sensi. Soalnya dua hari sebelumnya PTUN telah menolak gugatan yang dilayangkan HTI perihal pencabutan badan hukumnya. Sehingga ia tidak mau menjawab detil pertanyaan dari Najwa Shihab.
Namun respon yang ditunjukkan oleh sang jubir HTI tersebut, akhirnya menimbulkan tanda tanya lebih besar. Kenapa sampai sebegitunya…?! Tidak mau membuka informasi kepada masyarakat luas? Masyarakat yang notabene sedang menonton episode Mata Najwa melalui jutaan layar televisi di rumah.
Ismail Yusanto, jubir HTI hadir di Mata Najwa, 9 Mei 2018. Pic source: dok.pribadi

Seharusnya dengan kesempatan tampil di televisi nasional seperti ini, adalah waktu yang tepat bagi jubir HTI untuk menjelaskan. Apa dan bagaimana HTI itu. Bukannya malah main rahasia-rahasiaan…?! Dengan bersikukuh untuk menutup informasi secara confidential, itu jatuhnya malah menimbulkan kecurigaan dari para pemirsa. Jangan-jangan HTI memang melakukan kegiatan terlarang…? Hhmm.
Tetapi Ismail Yusanto tidak sendirian. Ia didampingi Yusril Ihza Mahendra. Nah, tatkala Najwa tidak henti-hentinya mencecar Ismail agar membuka informasi terkait HTI, Najwa malah ketiban sampur.
Yusril sempat memotong pembicaraan, dan ‘menyerang’ Najwa. Yusril berujar bahwa Najwa jangan arogan. Sebagai wartawan seharusnya janganlah begitu memaksa. Memaksa dan menekan si narasumber untuk menjawab sesuatu. Menurutnya, barangkali informasi yang dipertanyakan itu memanglah rahasia, dan tidak perlu diumbar ke publik.
Sebenarnya ungkapan Yusril ini ada benarnya. Kapasitas Najwa memang hanya sebagai jurnalis. Ia harus memegang etika ketika berhadapan dengan narasumber. Tidak bisa seenaknya menekan si narsum, cuma untuk mendapatkan satu jawaban yang pasti.
Namun apa yang dilakukan Najwa Shihab ini memang telah menjadi trademark Mata Najwa. Karena bila tidak dipaksa-paksa seperti itu, maka tidak bakal ada informasi berlevel A1 yang muncul ke permukaan. Nah, masyarakat kadangkala memang perlu untuk mengetahuinya.