Thursday 26 April 2018

Mata Najwa Review: Jawaban Jokowi Atas Isu PKS hingga Novel Baswedan


Mata Najwa adalah sebuah talkshow yang digawangi oleh Najwa Shihab. Jurnalis andal ini sungguh identik acara yang satu itu. Lahir dan besar di stasiun Metro TV. Namun sejak awal 2018, Mata Najwa resmi mengudara melalui Trans 7.
Meski telah pindah stasiun televisi, sama sekali tak memudarkan pesona Mata Najwa. Ia tetaplah menjadi program bincang-bincang yang berbobot. Acara yang selalu ditunggu-tunggu pemirsa setianya. Ketajaman sang ‘tuan rumah’, yakni Najwa Shihab, menjadi kekuatan utama yang membentuk image Mata Najwa sebagai talkshow yang mencerahkan.
Dan aku merupakan salah satu pemirsa setia dari Mata Najwa. Nyaris setiap hari Rabu malam, aku tak melewatkan episode-episodenya. Mata Najwa memang bukan talkshow yang ecek-ecek. Mata Najwa bukanlah tipikal bincang-bincang hiburan yang cuma mengandalkan candaan atau aksi konyol para selebriti.
Lebih dari itu, Mata Najwa memilih jatidiri sebagai program yang berusaha mengupas isu-isu yang tidak sembarangan. Isu-isu yang menyentuh kepentingan masyarakat. Diantara isu-isu yang biasa menjadi ‘santapan’ Mata Najwa, tentulah isu terkait politik yang seringkali masuk ke dalam radar. Hingga akhirnya, Mata Najwa menjadi satu program yang identik dengan isu-isu hangat dari ranah politik.

Bagiku, Pak Jokowi tak semata menjabat sebagai seorang presiden. Pria ini memang secara konstitusional bertugas sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Tetapi, di negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi ini, Jokowi juga seorang politisi. Iya lah, wong dia menjadi presiden karena diusung oleh beberapa partai politik. Kemudian mengikuti pemilu, dan akhirnya dipilih oleh mayoritas warga.
Presiden Jokowi di Mata Najwa, edisi 25 April 2018. Pic source: dok.pribadi

Tentu amatlah menarik untuk memandang Jokowi sebagai politisi. Karena bagaimanapun juga, seorang presiden adalah politisi juga. Lelaki ini dituntut mempunyai taktik yang mumpuni, agar bisa ‘mengendalikan’ pemerintahan yang ada. Apalagi dimasa kini, ada pihak oposisi di dalam kehidupan politik di tanah air.



Tahun depan, bakal ada pemilihan presiden baru, yang dipilih untuk menjabat periode 2019-2024. Semua pihak yang berkepentingan mulai memasang kuda-kuda. Berancang-ancang untuk menyambut pesta demokrasi lima tahunan itu. Siapa yang paling cepat dan cermat, maka ia bisa memiliki peluang untuk ‘bersinar’ di 2019 besok.
Satu demi satu, pihak-pihak tersebut mulai menebar pesonanya. Dari memasang baliho di seantero negeri. Membuat iklan di media-media massa. Atau rajin menyambangi masyarakat. Ya, pokoknya semua yang ingin meraih ‘sesuatu’ di pemilu 2019, sudah mulai bekerja dari sekarang. Entah itu partai politik, atau sosok-sosok politisi yang berniat meramaikan pemilihan presiden.
Lantas bagaimana dengan Jokowi…? Tokoh yang satu ini jangan sampai ‘tergerus’ sama yang lainnya, ya?! Mentang-mentang dia sedang menjabat sebagai presiden, bukan berarti ia tidak turut berancang-ancang, ‘kan…? Apalagi Jokowi baru menjabat satu periode. Ia masih mempunyai satu kesempatan lagi untuk berhak dipilih dalam gelaran pilpres.
Pemilu 2019 sudah di depan mata. Relatif tinggal setahun lagi. Jika parpol atau tokoh-tokoh lainnya sudah memulai gerilyanya, lalu bagaimana dengan Pak Jokowi…? Rasanya amat menarik untuk diketahui, bagaimana sikapnya menjelang tahun politik di 2019 besok.
Terlebih survei-survei berbau politik sudah mulai bermunculan. Survei-survei itu, bagiku tak ubahnya MBAH MIJAN yang sekarang sering nongol di layar televisi. Bagaimana tidak…? Ya, walaupun survei-survei itu bisa saja memang kredibel, tetapi jatuhnya seperti ramalan-ramalan yang bakal terjadi di tahun depan. Yang ngomongin elektabilitas lah. Yang bahas tingkat kepuasan lah. Si ini. Si ono. Si kucrut. Beuuhh…, hasil-hasil survei itu sudah seperti ramalan nasib saja!


Kembali ke topik. Rasanya antusias saja, untuk mengetahui seperti apakah sikap Pak Jokowi di masa-masa yang ‘kritis’ ini. Hal ini menjadi satu topik yang seksi bagi media-media yang berkepentingan. Jurnalis-jurnalis andal mulai berdatangan ke Istana. Tentunya untuk menemui Jokowi, dan menanyakan. Seperti apakah ‘persiapan’-nya untuk menuju pemilu 2019.
Joko Widodo. Pic source: dok.pribadi

Ada CNN Indonesia. Saluran televisi milik Chairul Tanjung ini, ‘menyodorkan’ jurnalis senior, Desi Anwar. Melalui program CNN Insight, Desi Anwar berkesempatan menyambangi Istana Bogor, dan berbincang-bincang secara eksklusif dengan Pak Jokowi. Acara ini sudah tayang pada 30 Maret lalu.
Dari tayangan CNN Insight tersebut, Desi Anwar lebih membahas mengenai apa saja yang sudah dicapai oleh pemerintahan Jokowi. Juga menyangkut berbagai isu yang sedang hangat. Seperti pembagian sertifikat tanah, maupun isu-isu seperti utang negara, dan hal-hal lainnya. Kalau aku pribadi, memberikan penekanan kepada tol laut. Sebuah terobosan yang bagiku merupakan prestasi tersendiri yang dicapai Pak Jokowi.
Setelah Desi Anwar, lalu bagaimana dengan Mata Najwa…? Sepertinya Najwa Shihab tidak mau ketinggalan begitu saja. Dan akhirnya, Mata Najwa menghadirkan satu episode khusus, yang mewawancarai Jokowi di Istana Negara. Episode itu bertajuk Eksklusif: Kartu Politik Jokowi.
Episode eksklusif ini tayang barusan, pada Rabu, 25 April 2018. Mengingat betapa menariknya tayangan Mata Najwa ini, aku sampai berancang-ancang. Aku tidak boleh melewatkannya. Aku harus menontonnya secara full. Karena lain Desi Anwar, lain pula Najwa Shihab!
Najwa Shihab. Pic source: dok.pribadi

Seperti biasa, Najwa Shihab selalu menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang penting. Tak hanya penting, namun juga kritis. Wanita ini tak pernah ketinggalan untuk melayangkan pertanyaan-pertanyaan yang tajam, dan menyangkut isu-isu penting yang perlu mendapatkan jawaban langsung dari sang empunya: presiden Republik Indonesia.
Inilah yang membedakan Mata Najwa dengan tayangan talkshow politik lainnya. Mata Najwa bisa mengemas acara dengan singkat, namun tidak kehilangan makna. Yang terpenting, dari hasil gelar wicara tersebut, ada penjelasan atau pemaparan yang muncul. Pemaparan dan pengakuan inilah, yang harapannya bisa menjawab segala pertanyaan yang mungkin timbul di benak masyarakat.
Diantara berbagai isu yang coba dikonfirmasi oleh Najwa Shihab, ia bertanya tentang isu PKS. Ya, seperti kita ketahui bersama. PKS merupakan satu parpol yang ‘berseberangan’ dengan Jokowi. PKS memilih untuk menjadi oposisi dari pemerintahan yang berkuasa sekarang.
Tetapi sempat muncul, isu yang mengatakan bahwa Jokowi mengadakan ‘pembicaraan’ dengan PKS. Isu ini sempat menggelinding, walaupun tidak begitu santer. Bahkan, seorang politisi PKS, Mardani Ali Sera, sempat berbicara di Mata Najwa edisi, 18 April 2018. Di situ ia meminta Jokowi untuk buka-bukaan mengenai pertemuan dengan PKS.
Najwa Shihab mewawancarai Jokowi secara eksklusif di Mata Najwa, 25 April 2018. Pic source: dok.pribadi

Akhirnya kemarin, di acara Mata Najwa, Jokowi mengakui memang benar, telah terjadi pertemuan dengan PKS. Peristiwa itu diadakan di Istana Bogor. Pertemuan antara Jokowi dengan PKS tersebut, akhirnya menjadi sesuatu yang berbeda. Bagaimana mungkin, seorang presiden memilih untuk mengadakan pertemuan dengan satu parpol, yang nyata-nyata adalah oposisi…?



Tetapi ya itulah politik. Semua bisa terjadi. Dan seperti yang telah aku tulis di awal. Jokowi bukan saja berstatus presiden. Ia juga seorang politisi. Dan upayanya untuk mengadakan pembicaraan dengan PKS, tentu erat kaitannya dengan taktiknya sebagai politisi.
Pertemuan dengan PKS ini, sudah pasti bukanlah pembicaraan yang biasa. Jokowi dengan gamblang mengakui. Bahwa ada pembicaraan yang berusaha untuk mengulik, kemanakah arah politik PKS. Apakah PKS sudah menentukan arah politiknya di pemilu 2019…? Ataukah PKS masih wait and see? Atau, apakah PKS sudah berkontrak dengan Prabowo dan Gerindra?
Kupikir cara yang dilakukan Jokowi ini wajar-wajar saja. Toh, dia memang seorang politisi. Dia berhak melakukan manuver apapun, untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Sama halnya dengan politisi-politisi lainnya.
Selain isu pertemuan dengan PKS, Najwa Shihab juga menanyakan perihal kasus Novel Baswedan. Seperti yang kita ketahui, Novel Baswedan adalah penyidik KPK yang disiram air keras pada April 2017 lalu. Ya, kasus itu sudah setahun…?! Bahkan, Novel Baswedan sudah pulang ke Indonesia pada Februari lalu. Setelah menjalani serangkaian pengobatan di Singapura.
Kesan yang tampak, sepertinya kasus yang menimpa Novel Baswedan ini dibiarkan berlarut-larut. Seperti dibiarkan menguap begitu saja. Tanpa adanya ending yang pasti. Oleh sebab itulah, Najwa Shihab turut mempertanyakan hal ini kepada Jokowi. Seperti apakah negara memandang kasus Novel tersebut.
Bagi Jokowi, ia masih mempercayai Polri untuk membuka tabir kasus yang mengusik rasa keadilan itu. Namun pria ini juga menekankan, bahwa ia bakal memberikan batasan waktu kepada Polri, untuk mengusut kasus penyiraman air keras kepada Novel hingga tuntas. Yah…, mari kita tunggu (lagi).
Selain isu pertemuan dengan PKS dan kasus Novel Baswedan, masih banyak isu lainnya yang dibahas di Mata Najwa episode eksklusif Kartu Politik Jokowi. Jadi, jangan lewatkan review lanjutannya, ya!