Friday 20 April 2018

Konsumen Itu Masih “Raja” Lhoo… (Refleksi Hari Konsumen Nasional 2018)






Dua hari yang lalu, tiba-tiba ada satu sms yang masuk ke ponselku. Sms apa ya? Aku sedikit antusias untuk segera mengetahuinya. Wajar, sih. Saat ini, barangkali kita semua sudah tak begitu akrab dengan teknologi yang satu itu. Kita sudah terbiasa dengan pesan instan yang berbasis aplikasi, macam Whatsapp, Line, atau Telegram.
Namun sms masih saja eksis. Masih tetap ada, di kehidupan kita sehari-hari. Tak percaya…? Coba tontonlah televisi di rumahmu masing-masing. Ketika menonton ajang pencarian bakat seperti LIDA atau Indonesian Idol, cara untuk mendukung kontestan tetaplah masih menggunakan sms. Tentunya dengan tarif sms yang premium itu.
Sms juga masih digunakan oleh siapapun untuk menyebarkan informasi secara massal. Seperti sms promo, atau sms mama minta pulsa. Eitss…, jangan coba dikait-kaitkan dengan papa minta saham, ya?! Karena kabar terakhir yang kudengar, si ‘papa’ dituntut 16 tahun penjara lantaran terlibat kasus korupsi e-ktp. Wiuuwww…
Kembali ke sms. Sms yang kuterima dua hari yang lalu. Dan ketika aku membuka ponsel dan membaca isi sms tersebut, aku langsung membuktikan bahwa sms masih eksis dimanfaatkan untuk mem-blast informasi kepada khalayak. Sms yang berisi informasi umum, yang perlu untuk disebarkan kepada publik atau masyarakat.
Sms ini berasal dari BPKN. Sejenak aku mengernyitkan dahi. Apa itu BPKN…? Usut punya usut, setelah aku membuka sms-nya dan kubaca, ternyata BPKN itu adalah Badan Perlindungan Konsumen Nasional.


Perlindungan konsumen? Nasional…? Hhmm, pengetahuan baru bagiku, hehee. Isi sms-nya seperti ini:
BIJAKLAH BERTRANSAKSI ONLINE, LINDUNGI HAK ANDA SEBAGAI KONSUMEN. Selamat Hari Konsumen Nasional 20 April. Call Center 153. Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Rupanya sms ini dikirimkan oleh sebuah badan yang menamakan dirinya BPKN. Lembaga yang urusannya terkait perlindungan kepada konsumen. Ternyata tanggal 20 April diperingati sebagai Hari Konsumen Nasional. Oleh sebab itulah, hari ini aku memang sengaja menelurkan artikel ini. Alasan utamanya, ya karena hari ini tanggal 20 April. Jadi…, selamat merayakan hari konsumen ya seluruh warga Indonesiaaa…?!

Konsumen Itu Masih “Raja” Lhoo
Ngomongin soal konsumen, rasanya kita semua adalah konsumen. Aku, kamu, dia, dan kalian semua, pasti selalu melakukan aktivitas konsumsi. Konsumsi disini bukan dalam artian terkait makanan saja, ya. Tapi konsumsi dalam cakupan yang lebih luas. Ya, kita semua yang melakukan aktivitas menggunakan atau mengonsumsi sesuatu, maka secara otomatis telah tersemat di diri kita: kita adalah seorang konsumen.
Nah, ngomong-ngomong soal konsumen, kemarin aku ada pengalaman sedikit. Satu pengalaman superbiasa, yang tiba-tiba menjadi semacam ide cemerlang yang menyala-nyala di benakku. Dan amatlah berkaitan dengan hari konsumen nasional yang diperingati tanggal 20 April ini. Sehingga, aku bersemangat untuk mengabadikannya lewat artikel kali ini.
pic source: billquiseng.com
Jadi ceritanya, aku datang ke sebuah kios laundry. Tujuannya jelas, dong. Aku hendak mencucikan pakaianku. Aku datang ke kios laundry itu, yang tak begitu jauh dari rumahku. Seperti biasa, aku memberikan cucian kotorku, dan diterima oleh mbak-mbak sang penjaga kios tersebut.
Si mbak langsung melakukan ritual laundry seperti biasanya, yakni menimbang baju-baju yang kubawa. Setelah ditimbang, si mbak akan menulis nota, sebagai catatan laundry-ku saat itu. Di nota ini pasti tertulis, berapa kilo bajuku yang dilaundry. Juga berapa rupiah yang harus kubayar nanti, setelah pakaianku selesai dilaundry.
Ketika mbaknya selesai menulis nota, ia menyobek nota itu. Lalu aku diberi bagian nota yang untuk konsumen. Mbak itu menyodorkan nota itu kepadaku, TANPA MENGUCAPKAN SEPATAH KATAPUN. Sementara aku…? Aku reflek mengucapkan ‘terima kasih’, walaupun dengan suara yang terkesan lirih alias tak begitu kencang terdengar.
Sebenarnya aku sudah TERBIASA dengan pengalaman seperti ini. Toh, barangkali kita semua pernah mengalaminya. Bahkan tak sekali dua kali. Bisa jadi, kita hampir setiap hari mengalaminya. Dan akhirnya, kejadian seperti ini jatuhnya menjadi hal yang biasa-biasa saja. That’s not a big deal.
Iya, kejadian yang aku uraikan diatas, memang suatu hal yang biasa saja. Hal yang remeh-temeh, dan tak perlu terlalu serius untuk ditanggapi. Intinya, tak usah terlalu dipermasalahkan lah yaa!
Tetapi, tiba-tiba aku ‘terusik’ untuk sedikit membahasnya, lantaran bertepatan dengan momen hari konsumen nasional, yang jatuh hari ini. The problem is…, di peristiwa itu, aku adalah konsumen gitu looh! Aku dalam hal ini adalah seorang konsumen, yang harusnya ‘diperlakukan’ dengan sebaik mungkin.
Kita semua tentu sangat familiar dengan ungkapan pembeli/konsumen adalah raja. Sebenarnya kalau mau dipikir-pikir, ungkapan itu amatlah benar. Benar sebenar-benarnya. Ya, saat kita berstatus sebagai konsumen, kita berhak untuk mendapatkan layanan yang maksimal. Pelayanan maksimal yang sudah seharusnya disediakan oleh produsen atau si penyedia jasa.
Wajar dong, ya. Kita sebagai konsumen ‘kan nggak gratisan…?! Kita membayar sejumlah uang, untuk memperoleh apa yang kita butuhkan. Apa yang kita perlukan untuk dipakai alias dikonsumsi. Wajar kita menuntut servis yang optimal.


pic source: blog.vendhq.com

Namun dari pengalaman di kios laundry yang kurasakan kemarin, sebagai konsumen aku kecewa. Bisa kali…, si mbaknya mengucapkan terima kasih. Terima kasih kepadaku yang telah ‘bersedia’ menjadi salah satu konsumen di usaha laundry-nya.
Padahal rasanya pasti lebih enak, bukan? Ketika seorang produsen atau penyedia jasa, sekadar mengucapkan terima kasih kepada konsumennya. Konsumennya pasti bakal merasa DIHARGAI. Dan percayalah…, si konsumen bisa menjadi konsumen yang loyal!
Namun dari seluruh ulasan ini, aku kembali ke pendirianku. Bahwa sikap si mbak laundry itu, bukanlah sebuah masalah besar yang menggangguku. Toh, urusanku dengan si mbak cuma sekadar melaundry baju. Tiga hari lagi, aku bakal mengambil bajuku yang sudah bersih, lalu aku membayar sesuai nota. Sudah, selesai.
Tapi alangkah lebih menyenangkannya, apabila setiap produsen lebih ‘menganggap’ para konsumennya. Semoga cuap-cuapku yang tidak penting ini, bisa menghibur Anda semua, para pembaca. Syukur-syukur kalau bisa menjadi satu bahan untuk perenungan. Bahwa konsumen juga berhak untuk diistimewakan. Sekalipun hanya dengan ucapan terima kasih.
Selamat hari konsumen nasional 2018…!