Saturday 28 April 2018

Mata Najwa Review: Jokowi Menjawab Soal Cawapres, Latihan Tinju, dan Sertifikat Tanah


Mata Najwa edisi Rabu, 25 April kemarin, bagiku amatlah menarik. Bahkan tak hanya menarik. Namun juga penting. Penting karena di gelar wicara tersebut, Presiden Jokowi mempunyai kesempatan untuk menjawab sejumlah isu yang selama ini menerpanya. 

Masih mending kalau isu-isu tersebut bernada positif. Lha sebagian diantaranya, malah terdengar negatif. Oleh sebab itulah, episode Mata Najwa kali ini semoga bisa menjadi jawaban atas beberapa isu miring yang disematkan kepada Jokowi.
Ada banyak isu yang coba dikonfirmasi oleh Najwa Shihab. Dari durasi acara yang cuma sekitar satu setengah jam, beberapa isu yang cukup panas, coba digelindingkan kepada Jokowi. Harapannya, sang presiden dapat menjelaskan. Bagaimana fakta sebenarnya, atas berbagai tudingan negatif yang sering diarahkan kepada pria asal Solo itu.
Namun sebelum kamu melanjutkan membaca ulasanku kali ini, ada baiknya kamu membaca bagian satu dari review Mata Najwa yang sudah aku susun. Silakan mampir di Mata Najwa Review: Jawaban Jokowi Atas Isu PKS dan Novel Baswedan. Di artikel ini, aku mencoba sepintas membandingkan Mata Najwa yang digawangi Najwa Shihab, dengan CNN Insight yang dibawakan oleh Desi Anwar.



Pada artikel review yang pertama, aku menyoroti soal isu PKS. Ya, sempat santer tersiar kabar. Bahwa Jokowi mengadakan sebuah pertemuan khusus dengan PKS. Dan ternyata, isu ini memang benar adanya. Jokowi memang sempat bertemu dengan petinggi PKS. Isi pembicaraannya, ya sudah pasti tidak jauh-jauh dari soal politik. Mengingat tinggal setahun lagi, bakal dilangsungkan hajatan pemilu 2019. 

Di artikel pertama itu, aku juga sedikit mengulik mengenai kasus Novel Baswedan. Najwa sempat bertanya kepada Jokowi terkait kasus ini. Jawaban Jokowi sih sebenarnya normatif. Sebagai kepala negara, ia memercayai sepenuhnya kepada Polri. Institusi berseragam coklat itu diharapkan segera menyelesaikan kekerasan yang menimpa penyidik KPK tersebut. Karena bagaimanapun juga, masyarakat sudah amat penasaran. Siapakah dalang dari kasus penyiraman air keras itu.
Selain soal Novel Baswedan dan PKS, ada isu-isu lainnya yang coba dipaparkan oleh Mata Najwa. Salah satunya berhubungan dengan pemilu 2019. Ya, tahun depan, bakal ada lagi perhelatan untuk memilih presiden yang baru. Sebagai petahana, tentu Jokowi bakal digadang-gadang. Apakah ia bakal maju lagi dalam pilpres tahun depan…?
Tampaknya pertanyaan ini sudah mempunyai jawaban yang hampir pasti. Ya, Jokowi sepertinya bakal kembali mengikuti kontestasi pilpres 2019. Sinyalemen ini terlihat dari pernyataan ketua umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang sepertinya sudah positif untuk kembali mengusung Jokowi untuk bertarung di 2019. Hal ini wajar, karena pengusung utama dari Jokowi memang PDIP.
Joko Widodo di Mata Najwa, edisi 25 April 2018. Pic source: dok.pribadi

Bahkan bukan cuma PDIP. Partai Nasdem, malah sudah terang-terangan bakal memberikan dukungannya kepada Pak Jokowi di pilpres 2019. Hanya mereka…? Oow, tentu saja tidak?! Parpol baru seperti Perindo, nampaknya juga turut merapat ke Jokowi. Begitu juga dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Belum lagi parpol lama macam Golkar, PKB, dan PPP. Bau-baunya, mereka bakal tetap bercokol di dalam gerbongnya Jokowi. Fakta ini kemudian menjadi sesuatu yang menarik.


Bagiku, parpol-parpol yang sudah duluan mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi, sudah pasti memiliki tujuan tersendiri. Tak cuma sekadar mendukung Jokowi. Tetapi mereka mungkin berharap. Dengan memberikan dukungan kepada Jokowi, ada efek lain yang mereka peroleh. Diantaranya elektabilitas yang mungkin ikut terkerek naik, dan citra positif di mata masyarakat. Ya…, semua itu lantaran satu orang yang bernama Jokowi. Jokowi effect!

Jokowi Mulai Berburu Cawapres…?
Aku sungguh puas menyaksikan episode Mata Najwa 25 April 2018 ini. Karena apa? Karena Najwa Shihab turut membahas satu isu yang cukup hangat dalam beberapa saat terakhir. Bahkan isu ini sepertinya bakal terus meningkat ‘suhu’-nya, ketika semakin mendekati gelaran pemilu 2019 esok.
Ya, apakah Jokowi sudah mulai berburu cawapres? Ada selentingan sempat terdengar, bahwa Jokowi secara diam-diam telah membentuk satu tim khusus. Tim ini bertugas untuk melakukan audisi. Ciee…, udah kayak ajang pencarian bakat aja, yaa! Sampai ngadain audisi segala…?!
Bukan. Audisi ini bukan seperti audisi pencarian bakat. Melainkan sebuah upaya untuk menjaring tokoh-tokoh yang berpotensi, dan mampu serta layak untuk mendampingi Jokowi di perhelatan pilpres tahun depan. Tim ini bahkan konon, dipimpin oleh Pratikno. Dia merupakan Menteri Sekretaris Negara, yang sudah pasti merupakan ‘orang dekat’ dari Pak Jokowi.
Pic source: dok.pribadi

Namun…, sepertinya kita harus membuang jauh-jauh pikiran negatif kepada Pak Jokowi. Tim yang katanya dipimpin oleh Pratikno itu, rupanya tidak ada sama sekali. Hal ini diakui secara langsung oleh sang presiden. Bahwa tidak ada sama sekali, sebuah tim yang sedang bergerilya tersebut. Itu adalah hoax…! Yah, semoga pengakuan ini memang benar adanya. Karena bagaimanapun juga, Jokowi adalah politisi. Ia tentu menginginkan sosok pendamping yang pas lahir batin. Hehee.
Berbicara soal calon pendamping Jokowi untuk pilpres 2019, lalu bagaimana pendapat dari pendamping Jokowi yang sekarang? Ya, sampai saat ini Jusuf Kalla masih resmi menjabat wakil presiden. JK pun memaparkan, seperti apakah sosok yang pantas untuk mendampingi Jokowi.
Bagi JK, seorang calon wapres haruslah populer. Harus yang dikenal baik oleh rakyat. Karena hal ini menjadi tiket awal, tatkala fase kampanye berlangsung. Seorang yang sudah terkenal, apalagi mempunyai image yang bagus, tentu akan lebih mudah untuk membangun kampanye yang positif. Dan dampaknya, bakal memengaruhi tingkat elektabilitas di dalam pemilu nanti.
JK juga menggarisbawahi, bahwa cawapres haruslah bisa bekerja. Catet, bisa bekerja! Ya, itu sudah pasti. Ketika nanti benar-benar terpilih sebagai wakil presiden, dia wajib mampu untuk membantu kerja presiden. Bukan sekadar pelengkap atau pajangan belaka.

Soal Latihan Tinju dan Pembagian Sertifikat Tanah
Bagiku, Pak Jokowi itu memang nyentrik. Dibalik fisiknya yang kurus dan njawani, ia memiliki bakat terpendam. Bakat apakah itu? Bakat untuk sanggup memberikan kejutan kepada orang lain. Dan kejutan itu, menurutku diwujudkan melalui berbagai simbol yang unik dan menarik.



Masih ingat ketika Jokowi dilantik pada 20 Oktober 2014? Ia dan Jusuf Kalla diarak dari gedung MPR/DPR untuk menuju Istana Negara. Arak-arakan ini menggunakan sebuah kereta yang ditarik beberapa ekor kuda. Sungguh, Jokowi dan JK bak seorang raja dan wakilnya, yang hendak menyapa dan bersentuhan langsung dengan rakyatnya.
Bukan hanya itu. Pak Jokowi sempat berlatih memanah. Lelaki ini juga beberapa kali mengendarai motor, di sela-sela kunjungan kerjanya. Bahkan baru-baru ini, Jokowi menampilkan satu tayangan yang istimewa di laman Youtube-nya. Beliau berlatih tinju.
Apaaa…? Tinju…?!
Ya, tinju. Bapak yang satu ini memang penuh kejutan. Dan tatkala Najwa Shihab mempertanyakan apa alasan sang presiden berlatih tinju, jawabannya amatlah sederhana. Pak Jokowi cuma ingin berolahraga. Berolahraga yang cepat mengeluarkan keringat. Itu saja. Tidak lebih.
Ya, kita semua harus mengakui. Bahwa pekerjaan seorang presiden sudah pasti berat dan kompleks. Memimpin 250 juta rakyat dengan berbagai isi kepala, waaah…, sungguh bukan pekerjaan gampang. Maka, ia butuh kegiatan selingan. Kegiatan untuk refreshing. Ya, kegiatan itu salah satunya adalah dengan aktif berolahraga. Selain untuk menyegarkan pikiran, tentu olahraga untuk menjaga tubuh agar tetap bugar.
Jadi, segala nyinyiran yang dialamatkan kepada Pak Jokowi lantaran video bertinjunya, itu nggak usah diladenin, deeeh…! Ada yang bilang Jokowi sedang ancang-ancang untuk menghadapi pilpres lah, apalah, itulah. Ahh, biarkan saja. Itu semua cuma kerjaan orang nyinyir yang nggak bahagia dengan hidupnya. Duh, berat ini.
Pic source: dok.pribadi

Selain bertinju, ada pula isu pembagian sertifikat tanah yang menghantam Jokowi. Terlebih setelah Amien Rais menyebut bahwa pembagian sertifikat tanah ini adalah pembohongan alias pengibulan. Duuuh…, ada-ada saja si sengkuni itu.
Jokowi pun memaparkan, bahwa pembagian sertifikat tanah yang nyaris tak pernah absen dari agendanya tatkala berkunjung ke daerah-daerah, itu lantaran aspirasi dari masyarakat sendiri. Menurutnya, tak sedikit masyarakat yang terlibat sengketa lahan dengan pihak korporasi, atau dengan pihak lainnya. Nah, dengan adanya sertifikat tanah tersebut, maka legalitas para pemilik tanah bisa diakui. Tak lagi terjadi sengketa yang berlarut-larut.
Perihal terdapat foto Jokowi di map yang membungkus sertifikat tanah tersebut, bagiku itu bukanlah masalah. Toh, itu hanya sekadar foto. Yang terpenting adalah, informasi yang menyertai foto itu. Yaitu imbauan untuk menjaga baik-baik sertifikat yang sudah ada di tangan. Yah, anggap saja foto itu sebagai bukti. Bahwa Jokowi lah yang telah berupaya untuk mengurai karut-marut di sektor pertanahan ini.
Kurasa review terkait episode eksklusif Mata Najwa cukup sampai di sini. Terima kasih untuk segenap pembaca yang mau meluangkan waktunya untuk membaca review yang random ini. Maturnuwun.