Saturday 16 June 2018

Daya Beli Rakyat Turun…? Itu Hoaks! Buktinya Masih Banyak yang ‘Bakar’ Duit Buat Nyalain Petasan?!


Alhamdulillah…, Idulfitri telah tiba. Rasa syukur ini membuncah kemana-mana. Kuhaturkan, selamat berlebaran buat pembaca semuanya. Dan yang jelas, selamat berlibur semuanya…?! Karena yang berlibur tak cuma umat Muslim. Seluruh masyarakat Indonesia, tanpa kecuali, semuanya turut merasakan kegembiraan karena cuti di hari Lebaran.
Meski begitu, jagad media sosial masih tetap panas seperti biasanya. Di dunia nyata barangkali kita semua bermaaf-maafan. Namun di dunia maya, rasanya polarisasi antara dua kutub yang berseberangan, tak pernah berhenti untuk ‘berperang’.
Dua kutub tersebut, yang pertama dikenal sebagai bani cebong. Kelompok spesies katak yang diidentikkan sebagai golongan yang menjadi pengagum, pendukung, dan pembela dari petahana. Bagi cebongers, presiden Joko Widodo wajib untuk didukung. Karena pemerintahannya terbentuk secara sah dan konstitusional.

Ada bani cebong, ada pula bani kampret. Bani kampret merupakan ‘lawan’ dari kelompok cebong. Jadi, bani kampret merupakan golongan yang kontra dengan Jokowi. Simpelnya, segala apa pun yang dilakukan oleh Jokowi pasti akan dicibir habis-habisan. Bahkan ketika sebuah hal positif pun, dimata kampreters akan terlihat negatif. Gila deh pokoknya.
Jujur, aku tidak begitu paham. Kenapa gerombolan kontrapemerintah bisa diidentikkan dengan istilah ‘kampret’. Padahal, kampret merupakan bahasa Jawa dari anak kelelawar. Sebelum ngetren istilah kampret, kelompok anti-Jokowi biasa dikenal sebagai bani sumbu pendek. Entah kenapa, sekarang ungkapan ini bergeser menjadi bani kampret.



‘Keahlian’ utama dari bani kampret adalah gemar melakukan hal-hal tak berfaedah. Contoh konkretnya, mereka ini hobinya nyampah di media sosial. Suka menulis status-status yang isinya sungguh tak wajar. Bahkan seringnya amatlah halusinasi. Khayalan tingkat dewa…!
Salah satu pernyataan yang acapkali dilemparkan bani kampret di medsos adalah: DAYA BELI MASYARAKAT YANG TURUN. Bagiku pribadi, pernyataan ini tidaklah semudah pengucapannya. Ada banyak variabel yang perlu dibahas, untuk memutuskan apakah pernyataan ini memang kebenaran ataukah fitnah belaka.
Sebagai warga biasa, aku sih tak mau mikir yang muluk-muluk. Wahai bani kampret, kalau misalnya daya beli rakyat itu turun, seharusnya kamu dapat menjabarkan secara jelas. Rakyat yang mana…? Daya beli yang seperti apa yang turun itu?!

Tetapi kenyataannya, si kampret tak pernah mau menjelaskan secara gamblang. Tatkala ditanya, respon mereka malah sinting tak keruan. Yah, kita yang masih waras, mending melipir saja. Karena buang-buang waktu dan energi. Daripada meladeni bani kampret yang cuma mengandalkan emosi dan dengkul semata.
Sekarang gini, deh. Kalau memang bani kampret merasa daya beli rakyat itu turun, kok mereka masih punya duit buat beli pulsa, ya…? Masih bisa beli pulsa buat paketan internet. Terus internetnya dipakai buat nyampah di medsos. Ngomel-ngomel nggak jelas ke Jokowi.
Satu lagi bukti otentik terkait isu daya beli rakyat yang turun tersebut. Kita semua sedang berada di euforia Idulfitri. Bagi sebagian masyarakat, merayakan Lebaran kurang afdol jika tidak menyalakan mercon alias petasan. Benar, ‘kan…?
Ilustrasi petasan. Pic source: batam.tribunnews.com

Sejak malam takbiran, petasan ‘meledak’ bersahut-sahutan. Seolah, bunyi petasan itu merupakan pelengkap dari gema takbir yang sedang membahana. Rasanya tidak ada yang mampu melarang, para kawula muda yang bersemangat untuk memainkan petasan di malam takbiran.
Bahkan irama petasan tidak berhenti di malam takbiran saja. Seusai sholat Ied, ‘orkestra’ petasan masih berlanjut. Berbagai insiden kecelakaan karena ledakan petasan, seakan bukan momok bagi masyarakat untuk berlebaran dengan menyalakan mercon.
Naahh…, dari fakta ini, lalu dimanakan daya beli masyarakat yang turun itu…? Lha kenyataannya, masih banyak rakyat yang bisa beli petasan, tuh?! Masih banyak masyarakat yang RELA dan MAMPU, untuk membelanjakan duitnya buat beli petasan. Sungguh sayang, ‘kan. Ibaratnya, susah-susah cari duit. Ehh…, duitnya malah dibakar kayak petasan.
Lha terus, yang seperti apa daya beli rakyat yang turun itu, hei bani kampret…?! Sungguh aku tak habis pikir dengan segala banyolan dan tingkahmu di jagat medsos. Kamu itu ya, ngomong nggak pakai data. Asal njeplak tanpa tahu keadaan aslinya. Basi…!