Monday 25 June 2018

Vonis Mati Aman Abdurrahman, Akankah Mempengaruhi Eksistensi JAD?


Sidang terdakwa teroris Aman Abdurrahman, hari Jumat, 22 Juni kemarin, mencapai klimaksnya. Sebelumnya, jaksa menuntut pentolan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) itu dengan pidana maksimal: hukuman mati. Hhmm, ngeri.
Dan klimaks sidang Aman tersebut, ternyata seirama dengan tuntutan yang sudah dipatok jaksa. Majelis hakim menjatuhkan pidana mati kepada lelaki ini (sumber). Kawan, bagaimana pendapatmu atas vonis yang menimpa Aman…?
Jujur, aku termasuk ke dalam golongan orang yang merasa lega dengan vonis mati tersebut. Pandanganku ini merujuk kepada fakta-fakta yang tercetus selama persidangan berlangsung. Ya, Aman Abdurrahman diyakini sebagai tokoh sentral yang menyebabkan sejumlah aksi teror di tanah air.

Ya, tokoh sentral. Aku suka menyebut Aman dengan istilah tersebut. Karena lelaki ini bukanlah eksekutor di lapangan. Ia bukan orang yang menjadi martir diantara bom-bom yang diledakkan itu.
Peran seorang Aman Abdurrahman lebih dari sekadar ‘pengantin bom’. Aman diindikasi sebagai pemimpin tertinggi. Seorang leader dari kelompok JAD. Leader sekaligus peneguh ideologi yang diusung kelompok radikal ini.
Aman Abdurrahman. Pic source: megapolitan.kompas.com

Aman Abdurrahman dianggap sebagai peneguh ideologis di dalam jaringan JAD. Menyadari perannya yang teramat signifikan, lelaki ini kurasa perlu mendapatkan perhatian ekstra. Kurasa, ia mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk menanamkan hegemoni kepada para pengikut dan simpatisannya.
Aku kadang merasa heran. Dan mungkin keherananku ini juga mampir di benakmu, kawan. Aku heran, kenapa para anggota kelompok JAD begitu mudahnya untuk menyediakan diri sebagai martir? Sebagai pelaksana kegiatan ‘amaliah’…?
Aku jadi penasaran. Apa yang ditanamkan oleh para peneguh ideologis ―seperti Aman Abdurrahman― kepada para pengikutnya? Sungguh aku ingin tahu. Apa rahasia yang mereka miliki. Hingga mampu untuk memengaruhi dan meyakinkan orang lain, untuk sepakat dengan prinsip dan pandangan yang dimilikinya.



Namun anehnya, jika benar bahwa para peneguh ideologis itu merayu para pengikutnya untuk meledakkan diri atau melakukan kekerasan, kenapa dirinya sendiri tidak melakukannya…? Kenapa ia cuma duduk berpangku tangan, ongkang-ongkang kaki. Sementara anak buahnya yang berjibaku melakukan kekerasan di lapangan?
Aneh. Aku merasakan ada hal yang tidak adil di sini. Apabila para peneguh ideologis itu menganjurkan untuk menyerang ‘musuh’ dengan kekerasan atau meledakkan bom, kenapa mereka tidak melakukannya terlebih dahulu…? Simpelnya, kenapa tidak mencontohkannya terlebih dahulu, dan mati duluan?! Huufftt.
Ahh…, barangkali opiniku ini hambar saja. Mungkin setelah kamu membaca tulisanku ini, kamu bakal mencapku terlalu naif. Polos, atau bahkan dungu. Tak apa. Aku memang dungu. Karena pengetahuanku memang dangkal. Cethek.

Hanya saja, aku perlu untuk menegaskan kembali reaksiku atas vonis mati yang ditujukan kepada Aman Abdurrahman. Aku merasa LEGA, dengan adanya vonis tersebut. Aku berharap, vonis ini mampu mengakhiri sepak terjang seorang Aman. Karena menurut hematku, lelaki ini berbahaya. Jika ia masih dibiarkan menghirup napas, ia bakal terus melancarkan hegemoninya. Hegemoni yang ngawur!
Vonis mati untuk Aman Abdurrahman, memang belum benar-benar final. Vonis itu masih berumur tiga hari. Masih ada waktu bagi Aman dan tim penasihat hukumnya untuk mengajukan upaya keringanan hukuman, alias banding. Entahlah. Apakah Aman bakal mengajukan banding atau tidak. Kita tunggu saja.
Aman Abdurrahman bersujud, setelah mendengar vonis mati dari majelis hakim. Pic source: megapolitan.kompas.com

Aku jadi mulai bertanya-tanya. Vonis mati Aman tersebut, apakah bakal memengaruhi eksistensi dari kelompok JAD…? Apakah jaringan ini akan melemah? Apakah JAD bakal pincang, karena cepat atau lambat akan kehilangan sosok Aman?
Aku sendiri tidak tahu. Karena sepertinya, aktivis kelompok JAD masih terus menebar ancaman. Buktinya, Densus 88 masih terus menangkapi para terduga teroris. Para terduga yang dianggap mempunyai kaitan dengan jaringan JAD. Yang terbaru, ada terduga yang ditembak aparat, yang diindikasi bakal meledakkan bom di momen pilkada serentak lusa (sumber). Bukankah ini menyebalkan…?!