Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan sepuluh tokoh
yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan, 10
November 2025. Dari sepuluh Pahlawan Nasional tersebut, dua di antaranya adalah
perempuan. Mereka adalah Marsinah dari Jawa Timur, dan Rahmah El Yunusiyyah
dari Sumatera Barat.
Masyarakat Sumatera Barat patut berbangga. Tahun ini, ada satu figur dari Sumatera Barat yang dianugerahi Pahlawan Nasional. Istimewanya, tokoh tersebut adalah seorang perempuan, yakni Rahmah El Yunusiyyah. Rahmah El Yunusiyyah lahir di Padang Panjang, 29 Desember 1900. Rahmah dikenal karena kiprahnya dalam dunia pendidikan. Semasa hidupnya, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyyah Lil Banaat (Perguruan Diniyyah Puteri) di Padang Panjang.
Perguruan Diniyyah Puteri merupakan sekolah berbasis agama
Islam khusus perempuan pertama di Indonesia. Melalui Perguruan Diniyyah Puteri
ini, Rahmah bertekad mempertahankan sekolahnya sebagai lembaga nonpolitik.
Perguruan Diniyyah Puteri tidak terikat dengan pemerintah kolonial atau partai
politik manapun. Pernah pada sebuah momen, Rahmah tegas tidak mengizinkan
Rasuna Said memasukkan pelajaran-pelajaran politik ke dalam kurikulum sekolah.
![]() |
| Pic source: parapuan.co |
Menurut Rahmah, pengajaran agama yang didapatkan
murid-murid di Perguruan Diniyyah Puteri akan memberikan landasan pada mereka
untuk membuat keputusan-keputusan mereka sendiri kelak. Terkait dengan dunia
politik, Rahmah berpandangan bahwa anak-anak akan terlibat secara otomatis
begitu mereka menyelesaikan pendidikannya. Rahmah percaya, bahwa kecintaan
kepada tanah air dan sikap politik seseorang tidak akan goyah jika dilandasi
oleh iman. Sebaliknya, kepintaran dalam berpolitik akan dapat digunakan untuk
hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan Islam apabila tidak disertai
dengan iman.
Dalam riwayat Perguruan Diniyyah Puteri, sikap netral yang
diambil Rahmah adalah untuk melindungi sekolahnya dari tindakan represi
pemerintah kolonial Belanda. Termasuk, Rahmah juga menolak tawaran subsidi dari
pemerintah Belanda untuk sekolahnya. Rahmah bertekad menjaga independensi
Perguruan Diniyyah Puteri, meski itu berarti membuatnya harus terus bepergian
ke berbagai tempat di Sumatera dan Semenanjung Malaya untuk mencari dana
operasional sekolah.
Satu yang menarik dari Rahmah El Yunusiyyah, beliau
merupakan perempuan pertama yang meraih gelar Syaikhah dari Universitas Al
Azhar, Kairo, Mesir. Gelar Syaikhah ini didapatkan Rahmah pada 1957. Hingga
kini, belum ada tokoh perempuan lain yang mendapatkan gelar yang sama.
Penyematan gelar Syaikhah untuk Rahmah berawal dari kunjungan petinggi
Universitas Al Azhar yang dibawa Mohammad Natsir ke Padang Panjang, untuk
melihat langsung proses belajar mengajar di Perguruan Diniyyah Puteri. Kala
itu, pihak Universitas Al Azhar terkejut dan kagum dengan Perguruan Diniyyah
Puteri yang sudah menerima dan mengajarkan ilmu pengetahuan secara formal
kepada kaum perempuan.
Perguruan Diniyyah Puteri yang masih eksis berkiprah hingga
saat ini, menjadi landasan untuk mengajukan Rahmah El Yunusiyyah sebagai sosok
yang layak memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Kontribusi Rahmah melalui
Perguruan Diniyyah Puteri, dipandang sebagai upaya konkret untuk memberikan
kesempatan yang sama kepada kaum perempuan, untuk mengenyam pendidikan formal
yang setara seperti kaum laki-laki.
![]() |
| Pic source: adarelief.com |
Jalan panjang harus dilalui Rahmah El Yunusiyyah, untuk
memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Bermula dari zaman Presiden Soeharto,
Rahmah sudah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Berlanjut ke masa Presiden B.
J. Habibie, Rahmah dianugerahi Bintang Mahaputera Pratama. Pihak keluarga
Rahmah terus berusaha mengusulkan gelar Pahlawan Nasional. Pada era Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Rahmah diganjar Bintang Mahaputera Adipradana.
Puncaknya pada tahun 2025, Presiden Prabowo Subianto akhirnya memberikan gelar
Pahlawan Nasional untuk Rahmah El Yunusiyyah.
Selepas upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional di
Istana Negara pada Senin, 10 November 2025, Menteri Kebudayaan Fadli Zon
memaparkan perihal pemberian gelar Pahlawan Nasional tersebut. Proses
pengusulan gelar Pahlawan Nasional dilakukan secara berjenjang. Dimulai dari masyarakat
di tingkat kabupaten atau kota, kemudian dikaji oleh tim peneliti dan pengkaji
gelar daerah. Tim tersebut terdiri dari akademisi, tokoh agama, tokoh
masyarakat dan gubernur. Setelah lolos, baru diajukan ke tim peneliti dan pengkaji
gelar tingkat pusat di bawah koordinasi Kementerian Sosial.
Fadli Zon menegaskan, seluruh tokoh yang akhirnya
mendapatkan gelar Pahlawan Nasional telah memenuhi syarat dan kriteria sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Fadli berharap, keteladanan para Pahlawan
Nasional bisa memberikan inspirasi bagi generasi masa kini. Termasuk dari
seorang Rahmah El Yunusiyyah, yang telah wafat pada 26 Februari 1969. Bagaimana
sumbangsihnya yang mampu memberdayakan kaum perempuan di sekitarnya. Rahmah El
Yunusiyyah menjadi satu dari 18 tokoh perempuan yang memiliki predikat Pahlawan
Nasional.
Referensi:
- Koran Padang
Ekspres, 11 November 2025
- https://www.instagram.com/historiadotid/


No comments:
Post a Comment