Saturday, 22 November 2025

Rahmah El Yunusiyyah: Pahlawan Nasional Bergelar Syaikhah

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan sepuluh tokoh yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2025. Dari sepuluh Pahlawan Nasional tersebut, dua di antaranya adalah perempuan. Mereka adalah Marsinah dari Jawa Timur, dan Rahmah El Yunusiyyah dari Sumatera Barat.

Masyarakat Sumatera Barat patut berbangga. Tahun ini, ada satu figur dari Sumatera Barat yang dianugerahi Pahlawan Nasional. Istimewanya, tokoh tersebut adalah seorang perempuan, yakni Rahmah El Yunusiyyah. Rahmah El Yunusiyyah lahir di Padang Panjang, 29 Desember 1900. Rahmah dikenal karena kiprahnya dalam dunia pendidikan. Semasa hidupnya, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyyah Lil Banaat (Perguruan Diniyyah Puteri) di Padang Panjang.

Perguruan Diniyyah Puteri merupakan sekolah berbasis agama Islam khusus perempuan pertama di Indonesia. Melalui Perguruan Diniyyah Puteri ini, Rahmah bertekad mempertahankan sekolahnya sebagai lembaga nonpolitik. Perguruan Diniyyah Puteri tidak terikat dengan pemerintah kolonial atau partai politik manapun. Pernah pada sebuah momen, Rahmah tegas tidak mengizinkan Rasuna Said memasukkan pelajaran-pelajaran politik ke dalam kurikulum sekolah.

Pic source: parapuan.co

Menurut Rahmah, pengajaran agama yang didapatkan murid-murid di Perguruan Diniyyah Puteri akan memberikan landasan pada mereka untuk membuat keputusan-keputusan mereka sendiri kelak. Terkait dengan dunia politik, Rahmah berpandangan bahwa anak-anak akan terlibat secara otomatis begitu mereka menyelesaikan pendidikannya. Rahmah percaya, bahwa kecintaan kepada tanah air dan sikap politik seseorang tidak akan goyah jika dilandasi oleh iman. Sebaliknya, kepintaran dalam berpolitik akan dapat digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan Islam apabila tidak disertai dengan iman.

Dalam riwayat Perguruan Diniyyah Puteri, sikap netral yang diambil Rahmah adalah untuk melindungi sekolahnya dari tindakan represi pemerintah kolonial Belanda. Termasuk, Rahmah juga menolak tawaran subsidi dari pemerintah Belanda untuk sekolahnya. Rahmah bertekad menjaga independensi Perguruan Diniyyah Puteri, meski itu berarti membuatnya harus terus bepergian ke berbagai tempat di Sumatera dan Semenanjung Malaya untuk mencari dana operasional sekolah.

Satu yang menarik dari Rahmah El Yunusiyyah, beliau merupakan perempuan pertama yang meraih gelar Syaikhah dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Gelar Syaikhah ini didapatkan Rahmah pada 1957. Hingga kini, belum ada tokoh perempuan lain yang mendapatkan gelar yang sama. Penyematan gelar Syaikhah untuk Rahmah berawal dari kunjungan petinggi Universitas Al Azhar yang dibawa Mohammad Natsir ke Padang Panjang, untuk melihat langsung proses belajar mengajar di Perguruan Diniyyah Puteri. Kala itu, pihak Universitas Al Azhar terkejut dan kagum dengan Perguruan Diniyyah Puteri yang sudah menerima dan mengajarkan ilmu pengetahuan secara formal kepada kaum perempuan.

Perguruan Diniyyah Puteri yang masih eksis berkiprah hingga saat ini, menjadi landasan untuk mengajukan Rahmah El Yunusiyyah sebagai sosok yang layak memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Kontribusi Rahmah melalui Perguruan Diniyyah Puteri, dipandang sebagai upaya konkret untuk memberikan kesempatan yang sama kepada kaum perempuan, untuk mengenyam pendidikan formal yang setara seperti kaum laki-laki.

Pic source: adarelief.com

Jalan panjang harus dilalui Rahmah El Yunusiyyah, untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Bermula dari zaman Presiden Soeharto, Rahmah sudah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Berlanjut ke masa Presiden B. J. Habibie, Rahmah dianugerahi Bintang Mahaputera Pratama. Pihak keluarga Rahmah terus berusaha mengusulkan gelar Pahlawan Nasional. Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rahmah diganjar Bintang Mahaputera Adipradana. Puncaknya pada tahun 2025, Presiden Prabowo Subianto akhirnya memberikan gelar Pahlawan Nasional untuk Rahmah El Yunusiyyah.

Selepas upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara pada Senin, 10 November 2025, Menteri Kebudayaan Fadli Zon memaparkan perihal pemberian gelar Pahlawan Nasional tersebut. Proses pengusulan gelar Pahlawan Nasional dilakukan secara berjenjang. Dimulai dari masyarakat di tingkat kabupaten atau kota, kemudian dikaji oleh tim peneliti dan pengkaji gelar daerah. Tim tersebut terdiri dari akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan gubernur. Setelah lolos, baru diajukan ke tim peneliti dan pengkaji gelar tingkat pusat di bawah koordinasi Kementerian Sosial.

Fadli Zon menegaskan, seluruh tokoh yang akhirnya mendapatkan gelar Pahlawan Nasional telah memenuhi syarat dan kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fadli berharap, keteladanan para Pahlawan Nasional bisa memberikan inspirasi bagi generasi masa kini. Termasuk dari seorang Rahmah El Yunusiyyah, yang telah wafat pada 26 Februari 1969. Bagaimana sumbangsihnya yang mampu memberdayakan kaum perempuan di sekitarnya. Rahmah El Yunusiyyah menjadi satu dari 18 tokoh perempuan yang memiliki predikat Pahlawan Nasional.


Referensi:

-       https://www.setneg.go.id/baca/index/pemerintah_tetapkan_10_pahlawan_nasional_berdasarkan_kajian_sejarah_dan_keteladanan


-       Koran Padang Ekspres, 11 November 2025

-       https://www.instagram.com/historiadotid/


No comments:

Post a Comment