Monday 6 August 2018

Inilah Definisi Gempa Menurut Kaum ‘Kampret’. Syatet Ya…!


Sebagai seorang makhluk, kita wajib mensyukuri segala takdir dari Yang Maha Kuasa. Sebagai bangsa Indonesia, Tuhan telah menggariskan bahwa negeri kita terletak diantara dua benua, yakni Asia dan Australia. Selain itu, kepulauan Nusantara juga diapit dua samudera: Pasifik dan Hindia.
Namun bukan soal geografis itu saja, yang ditakdirkan Tuhan untuk Indonesia. Negeri ini juga dikelilingi lempeng-lempeng kerak bumi, yang konon bersinggungan satu sama lain. Fakta ini sepertinya pernah kita pelajari di bangku SMP atau SMA.
Meski begitu, kali ini aku tidak bakal membahas soal lempeng-lempeng tersebut. Tentunya ada pihak yang lebih ahli dalam memaparkan perihal lempeng bumi, yang menopang tanah-tanah yang kita pijaki ini.




Sebelum aku berbicara lebih jauh, pertama-tama aku ingin menghaturkan duka yang mendalam. Kesedihan yang menderaku, kamu, dan kita semua. Ya, barusan pulau Lombok kembali diguncang gempa bumi. Gempa yang terjadi pada Minggu malam, 5 Agustus, nyata-nyata telah memorak-porandakan tanah Sasak.
Aku tak bisa membayangkan, bagaimana kepiluan yang mendera masyarakat Lombok saat ini. Masih segar, hari Minggu, 29 Juli yang lalu, pulau Lombok diguncang gempa yang kencang. Tatkala proses rehabilitasi belum sepenuhnya rampung, pulau di provinsi NTB ini kembali dihentak gempa. Bahkan yang barusan ini konon lebih kencang. Ya Allah…
Alam memang tidak bisa dilawan. Sebagai manusia, kitalah yang seharusnya menyelaraskan diri dengan alam. Bencana gempa bumi baru saja menerpa kita. Mungkin peristiwa ini menjadi bentuk teguran dari Tuhan. Tuhan barangkali kembali mengingatkan. Bahwa sebagai warga Indonesia, kita hidup di rangkaian pulau-pulau yang ‘rawan’.
Ya, rawan. Seingatku, para ahli telah berkali-kali berujar. Bahwa Indonesia adalah negara yang wajib ‘bersahabat’ dengan aneka gempa bumi. Bagaimana tidak…? Mulai ujung Sumatra, Jawa, kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua, semuanya dilalui jalur-jalur lempeng bumi.
Lempeng-lempeng itu bersinggungan satu sama lain. Dan imbasnya, bakal sering terjadi gempa bumi. Mulai dari gempa imut, hingga gempa-gempa raksasa yang mematikan bagi manusia. Cuma pulau Kalimantan-lah, yang relatif aman dari ancaman gempa bumi. Hhmm.
Oleh sebab fakta inilah. Kita sebagai masyarakat Indonesia, seyogianya tak perlu ‘kagetan’ dengan bencana alam seperti gempa bumi tersebut. Yang ada, kita harus terus belajar. Belajar bagaimana hidup ‘bersahabat’ dengan gempa. Walau pun pada akhirnya, semua ikhtiar yang kita lakukan bakal berhadapan dengan takdir dari Allah.

Inilah Definisi Gempa Terbaru Menurut Kaum ‘Kampret’
Kenapa tulisan kali ini kuberi judul seperti di atas…? Begini alasannya. Kau tahu, akhir-akhir ini tensi perpolitikan bisa disebut meningkat. Kita telah menapaki bulan Agustus. Tanggal 4 hingga 10 ini, KPU membuka pendaftaran untuk pilpres 2019.
Baik itu pihak Jokowi sebagai petahana, maupun pihak-pihak yang kontra dengannya, semuanya sedang bersemedi. Semuanya sedang menimbang-nimbang, langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi pilpres tahun depan.
Perang urat saraf antar para pendukung kedua kubu, sudah amat santer di media sosial. Tengoklah grup-grup di linimasa Facebook. Betapa bertaburan grup-grup yang berisikan dukungan untuk Jokowi, atau support untuk non-petahana.
Dukungan ini bentuknya bermacam-macam. Ya, dunia maya telah menghadirkan keberanian bagi para warganet untuk menampilkan segala ekspresinya. Jadi, kamu tak usah heran. Apabila di grup-grup tersebut, akan banyak postingan yang bernada miring. Bahkan tak lagi miring. Melainkan sinting.
Just illustration. Pic source: specialtyansweringservice.net

Di media sosial, para haters tak lagi malu-malu dalam upaya untuk menyerang orang yang dibencinya. Seperti kubu KAMPRET misalnya. Kubu ini dikenal sebagai golongan yang tidak menyukai Joko Widodo sebagai pemangku pemerintahan yang sah di negeri ini.
Kaum kampret memiliki identitas yang seragam. Pokoknya, mereka adalah kaum anti-Jokowi. Siapa pun yang menjadi pendukung dari Jokowi, akan otomatis menjadi obyek yang bakal dibenci mati-matian oleh para kampret…!
Simpelnya, ketika kamu menahbiskan dirimu sebagai PROJO alias pro-Jokowi, maka bersiap-siaplah. Kamu akan dibenci dan diserang habis-habisan sama pasukan bani kampret itu.



Seperti yang menimpa Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi. TGB memang unik. Dia dikenal sebagai figur yang agamis. Bahkan lelaki ini merupakan lulusan universitas tertua di dunia: Al Azhar, Mesir.
TGB juga sempat menjadi tim sukses pasangan Prabowo-Hatta Radjasa pada pilpres 2014. Sehingga, kaum kampret dengan ikhlas mengidolakan TGB sebagai salah satu ‘junjungan’-nya.
Tetapi apa mau dikata. Rupanya TGB tidak selamanya berada di dalam ‘barisan’ pendukung Prabowo. Ia mengaku memberikan dukungan kepada Joko Widodo, jika sang presiden kembali maju dalam pilpres 2019. Alasannya terdengar sederhana. Karena TGB membuktikan bahwa Jokowi memang benar-benar bekerja untuk membangun negeri ini. Termasuk provinsi yang dipimpinnya, NTB.
Hal ini yang membuat bani kampret sontak kejang-kejang berjamaah. Kejang-kejang setengah mampus. Mereka yang awalnya sungguh mengagung-agungkan sosok TGB, kemudian langsung berputar haluan. Langsung balik kanan dan membenci TGB. Duuuh…, kelakuan?!
Sejumlah peristiwa gempa yang melanda Lombok beberapa waktu belakangan, sontak menjadi momen yang digunakan sebaik-baiknya oleh para kampret. Momen bencana yang memilukan itu, malah dijadikan komoditas bagi kaum kampret.
Ilustrasi seismograf. Pic source: lampung.tribunnews.com

Berseliweran di linimasa medsos, para kampret berujar amat lantang. Bahwa gempa-gempa yang melanda Lombok adalah peringatan dari Tuhan. Peringatan karena sikap politik TGB. TGB yang notabene adalah pemimpin di NTB, yang memberikan dukungan kepada Jokowi.
Duh Gusti…, para kampret ini makannya apa ya?! Kok bisa-bisanya berpikir culas seperti itu…? Menghubung-hubungkan bencana alam dengan sikap seseorang, itu adalah hal yang amatlah dipaksakan!
Pikiranku jadi ngglambyar, mendapati para kampret yang naif dan culas itu. Fenomena inilah yang akhirnya mengilhamiku untuk menulis artikel ini. Seusai gempa-gempa di NTB, akhirnya ada ‘definisi’ terbaru dari gempa itu sendiri.
Kalau menurut Wikipedia, gempa adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi, akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba, yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak (lempeng) bumi.
Namun menurut kaum kampret, gempa adalah azab dari Tuhan. Lantaran TGB berpindah haluan politik, dan memberikan dukungan kepada Jokowi di pilpres 2019. Catet, ini ala-ala satire ya! Jangan terlalu dianggep serius…!
Wallahu ‘alam.