Friday 24 August 2018

Perlukah Merasa Kesal dengan Pawai Anak TK yang Menenteng ‘Bedil’ di Probolinggo…?


Selepas perayaan kemerdekaan yang jatuh pada 17 Agustus pekan lalu, kita semua disibukkan dengan euforia upacara pembukaan pesta olahraga terbesar di Asia. Ya, pada 18 Agustus malam, telah dilangsungkan opening ceremony Asian Games 2018. Dan Indonesia memperoleh kehormatan untuk menjadi tuan rumah di perhelatan ke-18 tahun ini.
Semua berdecak kagum, dengan sajian upacara pembukaan yang digeber di GBK Jakarta. Wishnutama dan tim, telah berhasil menghadirkan sebuah pertunjukan kolosal yang sungguh luar biasa.
Opening ceremony Asian Games kemudian menjadi pergunjingan nasional. Tidak hanya lantaran keindahannya yang memanjakan mata. Namun turut diseret ke ranah politik. Bagaimana tidak…? Di awal pertunjukan upacara pembukaan, ditampilkan sosok Presiden Joko Widodo yang beratraksi.




Nah, penampilan Pak Jokowi inilah yang kemudian membuat pihak oposisi panas dingin tak karuan. Para oposan menuding video pembukaan Asian Games sebagai ajang Jokowi untuk tebar pesona. Untuk narsis sana sini.
Blaaahh…, masa bodo, deh. Kalau aku sih, tak begitu ambil pusing dengan reaksi miring dari kubu oposisi. Mereka pada intinya memang haters-nya Jokowi. Jadi, sudut pandang kaum oposisi pastilah negatif, terhadap apa pun yang dilakukan oleh Pak Presiden.
Tetapi beberapa hari yang lalu, tidak hanya soal upacara pembukaan Asian Games yang ramai dibicarakan. Ada satu peristiwa viral lainnya, yang bagiku cukup mengagetkan. Tak hanya mengejutkan, tetapi miris.
Hari kemerdekaan selalu disambut dengan berbagai kegiatan untuk memeriahkannya. Salah satu agenda yang Indonesia banget adalah pawai atau karnaval Agustusan. Karnaval Agustusan…? Hhmm, tak ada yang menyangsikan kegiatan yang satu ini.
Pawai atau karnaval, kerap menjadi satu kegiatan yang mesti ada di setiap perayaan menyambut hari kemerdekaan. Entah itu di desa, kelurahan, kecamatan, bahkan di level kota atau kabupaten.
Karnaval Agustusan menjadi satu event yang ditunggu-tunggu oleh segenap masyarakat. Semua bisa bersuka cita di gelaran pawai kemerdekaan. Semua elemen masyarakat dapat berkreasi, dan memamerkan hasil kreativitasnya di perhelatan pawai Agustusan tersebut.
Namun pada 18 Agustus kemarin, ada satu pawai Agustusan yang menarik perhatian. Aku membaca informasi dari linimasa akun medsosku. Bahwa terdapat satu hal unik, yang terjadi pada karnaval Agustusan di kota Probolinggo, Jawa Timur.
Pawai yang diadakan untuk menyemarakkan hari kemerdekaan itu, diikuti oleh segenap siswa Taman Kanak-kanak (TK). Pawai ini tidak akan viral dan menjadi perbincangan hangat, kalau tidak ada sesuatu yang ‘luar biasa’.
Diantara para peserta karnaval, ada satu kelompok yang mencolok. Anak-anak ini ternyata berasal dari TK Kartika. Sebuah taman kanak-kanak yang ternyata binaan dari korps militer: Kodim 0820 Probolinggo (sumber).
Apakah yang membuatnya mencolok…? Ternyata, siswa TK Kartika mengenakan pakaian berwarna hitam, dan bercadar. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta ini merupakan siswa perempuan. Karena bercadar itu tadi. Nggak mungkin dong, cowok pake cadar?
Pic source: news.detik.com

Fiuuhh, tak cuma bercadar. Murid-murid yang masih bau kencur ini, juga menenteng bedil?! Yah, sudah pasti bedilnya bohongan, laahh. Namun, tidakkah kamu merasa heran dengan dandanan seperti itu…?
Huufftt…, inilah yang kusebut dengan miris di awal. Aku pribadi, merasa tak habis pikir dengan pilihan kostum yang ditampilkan oleh TK Kartika tersebut. Kupikir, kekayaan alam dan budaya Indonesia begitu beragam. Dan mampu menghadirkan inspirasi yang nyaris tak ada habis-habisnya.
Tapi kenapa…? Harus memilih kostum seperti itu? Jujur, aku tidak menyalahkan para warganet yang merasa keberatan dengan dandanan seperti itu. Aku berada di pihak, yang menyayangkan kenapa anak-anak TK ini didandani seperti pakaian kebesaran ISIS tersebut!
Pakaian atau gamis berwarna hitam, itu sangat tidak masalah. Lalu mengenakan cadar, juga tidak masalah sama sekali. Karena menutup raut muka dengan cadar, berhubungan dengan keyakinan dari si pengguna. Biarlah keyakinan itu menjadi urusannya dengan Tuhan.
Namun yang disayangkan adalah, MENAMBAHKAN REPLIKA SENJATA YANG DITENTENG OLEH ANAK-ANAK TK TERSEBUT. Aku sengaja membubuhkan kalimat barusan, dengan capslock jebol. Biarlah. Karena ini menjadi semacam jeritan keprihatinanku atas insiden ‘salah kostum’ di pawai HUT RI yang bersangkutan.



Senjatanya memang replika. Namun, replika ini akan lebih pantas jika disandingkan dengan baju-baju tentara, atau baju-baju yang biasa digunakan oleh para pejuang di masa perang dahulu.
Replika senapan ini menjadi tidak elok, lantaran bersanding dengan kostum serba hitam dan bercadar. Seperti dandanan serdadu ISIS di tanah konflik sono. Aku jadi berpikiran negatif. Sebenarnya apa, motivasi yang tersembunyi dari penampakan kostum tersebut…? Mau menunjukkan eksistensi? Mau rebel…? Oh my God.
Kalau memang masalahnya adalah keterbatasan dana untuk membuat kostum yang lain, kenapa tidak berinisiatif dengan bahan-bahan murah meriah, seperti kertas koran misalnya…?        
Jangan salahkan netizen. Jika akhirnya kostum TK Kartika di pawai Agustusan di Probolinggo, menjadi viral kemana-mana. Karena memang ada satu ketidakwajaran, yang tampil di sini.
Alangkah eloknya pawai Agustusan dihiasi dengan kostum-kostum yang sangat Indonesia. Seperti baju-baju adat, atau kalau masih ingin menenteng bedil, ya berkostum seperti para pejuang…?! Jangan sengaja berkostum, yang bisa menimbulkan kecurigaan di masyarakat yang heterogen ini! Indonesia ini damai, bukan sedang berperang!
Oh ya. Aku bisa memberikan saran untuk TK Kartika, maupun sekolah-sekolah lain yang masih ingin menghadirkan busana yang terkesan Islami. Ini aku kasih contoh. Pawai takbiran yang diadakan di malam menjelang hari raya Idul Adha barusan.
Dok.pribadi

Pawai takbiran ini terjadi di wilayah Kemantren, kota Malang. Pada Selasa, 21 Agustus kemarin, berlangsung karnaval yang bagiku menentramkan. Peserta karnavalnya anak-anak TK sampai SD. Tidak jauh berbeda dengan pawai Agustusan di Probolinggo yang viral itu.
Dok.pribadi

Kostumnya sederhana, mayoritas berpakaian berwarna putih. Mungkin lantaran diadakan di malam hari, jadi biar terlihat terang dan mencolok. Tak ada yang berpakaian provokatif seperti yang terjadi di Probolinggo.
Para peserta pawai bertakbir bersahutan. Sebagian kecil membawa obor api. Sebagian besar lainnya cukup mengacungkan senter tabung. Inilah kegiatan positif menyambut Idul Qurban. Inilah Indonesia.
Semoga peristiwa di Probolinggo tidak terulang. Kalau masih terjadi lagi, maka pihak yang memicu harus diusut sampai ke akar-akarnya…!