Sunday 5 May 2024

Imlek dan Secuil Cerita dari Singkawang

Sebulan yang lalu, aku berkesempatan melakukan perjalanan ke Kalimantan Barat. Rasanya sungguh senang tak terkira, lantaran aku telah berhasil mewujudkan salah satu bucket list yang kumiliki. Bucket list yang kupunya ini adalah daftar tempat yang ingin kudatangi.

Ya, sederhana saja. Salah satu bucket list-ku adalah ingin menapakkan kaki di Kalimantan Barat. Mengunjungi Tugu Khatulistiwa, dan mengabadikan foto untuk kenang-kenangan bahwa aku pernah menjejak di garis lintang nol derajat. Garis yang tepat membagi bumi menjadi dua bagian, utara dan selatan.

Jujur, aku masih belum bisa move on. Ingin rasanya aku mempunyai waktu yang lebih lama, untuk mengeksplorasi bumi Kalimantan Barat. Momen jalan-jalan adalah kegiatan yang amat kusuka. Bertualang sesuka hati. Mengunjungi tenpat-tempat yang belum pernah kudatangi.

Namun apa daya, aku tidak bisa leluasa untuk berlibur. Sebagai seorang pegawai, dalam setahun aku cuma memiliki cuti sebanyak 12 hari. Tetapi hal ini tak menyurutkan semangatku untuk berlibur. Sejumlah libur tanggal merah yang berdekatan, harus sungguh dicermati. Semata agar kesempatan liburan bisa berdurasi lebih panjang. Hahaa.

Pada artikel sebelumnya aku sudah bercerita. Jika kamu belum membacanya, sila mampir di sini. Karena cerita kali ini merupakan lanjutan dari tulisan tersebut. Bulan Februari kemarin, ada libur tanggal merah yang berentetan. Dimulai dari peringatan Isra Miraj pada 8 Februari. Kemudian cuti bersama Imlek pada 9 Februari. Dan disusul Tahun Baru Imlek pada 10 Februari.

Libur yang berentetan itu kumanfaatkan betul. Tahun baru Imlek. Hhmm, sontak aku langsung terpikir untuk mengunjungi Singkawang. Yippiiee … ! Tekadku sudah bulat. Aku tak perlu menunggu akhir tahun untuk berlibur.

Aku menyusun rencana perjalanan dengan rapi. Aku akan mengambil cuti tahunan sebanyak empat hari. Ditambah libur pemilu pada 14 Februari. Jadi total, aku bisa berlibur sebelas hari! Horeee.

Imlek tahun ini jatuh pada tanggal 10 Februari. Waktunya sungguh pas, dan membuatku tak berpikir lama untuk mewujudkan keinginanku untuk menyambangi Singkawang. Aku ingin tahu saja, seperti apa suasana perayaan Imlek di kota ini. Kota yang pernah tersemat sebagai kota paling toleran di Indonesia. Keren.

Pic source: dok. pribadi


Sejak aku menonton film “Aruna dan Lidahnya”, aku sungguh ingin tahu, seperti apa Kota Singkawang itu. Menurut yang kutahu, kota ini amat kental dengan nuansa Tionghoa. Singkawang dikenal sebagai Kota Seribu Kelenteng.

Keinginanku terwujud pada 9 Februari. Tepat di malam Imlek, aku berkesempatan menghampiri Singkawang. Dari Pontianak, aku menempuh waktu sekira tiga jam untuk sampai ke sana. Aku menggunakan mobil travel untuk menuju Singkawang. Warga lokal menyebutnya dengan taksi.

Mobil travel langsung mengantarku ke Hotel Kalbar. Rupanya hotel ini berada di tengah kota. Tepatnya di area pecinan. Sesampai di hotel, aku hanya meletakkan barang bawaanku. Kemudian aku langsung menuju titik pusat Kota Singkawang yang ternyata bisa kugapai hanya dengan berjalan kaki.

Masyaallah. Akhirnya aku memijakkan kaki di Singkawang! Kota yang menawan. Aku langsung berfoto-foto di area Vihara Tri Dharma Bumi Raya. Karena saat itu malam Imlek, area vihara sungguh hiruk-pikuk. Halaman vihara dipenuhi umat yang sedang beribadat dan pengunjung yang sedang menikmati suasana Tahun Baru Imlek.

Pic source: dok. pribadi


Di depan halaman Vihara Tri Dharma Bumi Raya terpasang sebuah balon udara yang semakin menyemarakkan suasana Imlek. Aku pun ber-selfie di depan tulisan “I Love Singkawang”. Nuansa Imlek di sekitar vihara pun tak kalah semarak. Di atas jalan-jalan terpasang lampion dengan aneka rupa.

Aku sungguh bersyukur dengan pengalaman ini. Bagaimana tidak … ? Jika Tuhan tidak menganugerahkan rezekinya padaku, maka momen ini tidak akan terwujud. Allah telah memberiku rezeki yang luar biasa. Pekerjaan yang tetap. Upah yang cukup. Kesehatan yang prima. Dan waktu. Waktu yang pas, hingga akhirnya aku bisa memenuhi bucket list-ku untuk datang ke Singkawang, Kalimantan Barat.

Tak ada yang lebih menyenangkan daripada bersyukur. Bagiku, melakukan perjalanan seperti ke Kalimantan Barat barusan adalah salah satu cara bersyukur. Salah satu cara untuk menikmati anugerah yang sudah Tuhan berikan padaku. Dengan melakukan traveling, aku menjadi tahu seperti apa warga lokal Kalimantan Barat. Aku jadi tahu keunikan dan serba-serbinya.

Dengan melakukan traveling, aku jadi semakin tahu. Seperti apa diriku sebenarnya. Alhamdulillah. Aku percaya, dengan bersyukur Tuhan akan semakin menambah nikmat yang digelontorkannya pada kita semua.

Pic source: dok. pribadi

 
  

No comments:

Post a Comment