Thursday 9 August 2018

Bakal Cawapres Prabowo Tetap UAS, Uno Alahuddin Sandiaga. Betul Nggak…?


Pendaftaran kandidat untuk pemilu presiden 2019 telah dibuka, dan akan berakhir besok, pada 10 Agustus 2018. Namun hingga detik dimana aku menulis artikel ini, KPU masih adem ayem saja. Belum ada satu pun pasangan yang datang untuk mendaftar secara resmi.
Ya, mendaftar pilpres memang tidak bisa seperti tahu bulat yang digoreng dadakan. Semua butuh proses. Semua butuh waktu. Para elit politisi berjibaku kesana kemari, dan saling tawar sana-sini. Tujuannya cuma satu. Agar segala kepentingan dapat diakomodir.
Karena terbentur berbagai peraturan pemilu, sepertinya peserta untuk pilpres tahun depan bakalan sama seperti tahun 2014 lalu. Hanya ada dua pasangan calon. Ya, lagi-lagi cuma ada dua. Kalau nggak si Ini, ya si Itu. Fiuuhh…

Bagaimana tidak? Sampai detik-detik terakhir seperti ini, kubu yang mencuat hanya berasal dari kelompok petahana, dan kelompok pendukung Prabowo Subianto. Belum muncul kelompok lain yang berniat turut meramaikan pilpres 2019.



Presiden Joko Widodo sebagai petahana, sudah (hampir) pasti diusung oleh sembilan parpol. Enam diantaranya merupakan parpol yang mempunyai kursi di DPR. Dan tiga sisanya adalah parpol nonparlemen.
Lalu bagaimana dengan kubu pendukung Pak Prabowo…? Naaah, ini yang sedang jadi pembicaraan hangat?! Bagiku, kelompok pendukung Prabowo ini unik. Unik dan luar biasa. Luar biasa ributnyaaa…! Hehee.
Partai Gerindra yang diketuai sendiri oleh Prabowo, tentu menjadi pemotor utama di kelompok yang mengusungnya untuk maju kembali ke kancah pilpres. Lainnya, ya itu-itu saja. Selain Gerindra, ada PKS. Dan yang masih muntup-muntup, adalah PAN. Tidak hanya dari parpol. Ada pula dukungan dari kelompok PA 212. Iyuuuhh…!
Well, kamu bisa bayangkan sendiri, bagaimana atmosfer di kubu pro-Prabowo ini. Kubu yang berisi tokoh-tokoh yang menjadi idolanya para kaum kampret. Jadi kemungkinan besar, ‘perang urat saraf’ yang pernah melanda masyarakat Indonesia pada masa menjelang pilpres 2014, akan kembali tersaji sebentar lagi. Ckckckkk.
Sebenarnya kejutan bisa terbit dari Partai Demokrat. Partainya keluarga Yudhoyono ini, sudah lama ngebet ingin menjadikan ‘pangeran’ Agus Yudhoyono (AHY) sebagai calon wapres. Entah siapa pun calon presidennya. Pokoknya, AHY harus jadi cawapres! Begitu kira-kira keinginan dari Demokrat.
Sayang seribu sayang. Cita-cita Demokrat menjadikan AHY sebagai peserta pilpres, bertepuk sebelah tangan. Nyaris belum ada yang berniat meminangnya. Pengalaman politik AHY dinilai belum matang dan belum mumpuni bagi banyak kalangan.
Apa daya, Demokrat kurang kuat dalam bargaining position. Partai ini tidak bisa melenggang sendirian untuk mengajukan capres dan cawapresnya. Diperlukan satu atau dua parpol lainnya, yang menjadi partner Demokrat dalam menghadapi pilpres.
Lantaran ‘menyodor-nyodorkan’ AHY tidak sukses, sepertinya Demokrat tahu diri. Partai berlambang mercedes benz ini memilih mengarahkan dukungannya kepada kubu Prabowo.
Kenapa kubu Prabowo? Karena menurut Pak SBY, ada barrier yang membuatnya tidak nyaman merapat ke kelompok Jokowi. Dan Bu Megawati lagi-lagi disebut sebagai ‘biang keladi’-nya. Hhmm. Baper nih ye…!
Sudah pasti ini menarik. Karena awalnya, banyak yang memprediksi bahwa SBY sebagai ketum Demokrat, bakal memotori adanya kubu ketiga di gelaran pilpres 2019. Seperti yang pernah dilakukannya pada pilgub DKI 2017. Namun sepertinya, kubu ketiga ini hanyalah tinggal angan-angan.
Dengan hadirnya Demokrat di kelompok pro-Prabowo, apakah sang ‘pendatang baru’ memiliki keistimewaan lebih ketimbang para penghuni lama…? Apakah PAN dan PKS merasa ‘terganggu’ dengan kehadiran Demokrat? Biarkan waktu yang menjawabnya! Huahahahaa.




Kejutan Calon Wapres Prabowo
Kalau untuk kandidat calon presiden, sepertinya sudah fix. Cuma ada Jokowi dan Prabowo. Lalu siapakah figur yang bakal menemani perjalanan mereka berdua di pilpres nanti? Inilah yang gonjang-ganjing saat ini.
Sebagai rakyat, kita semua tentu dibuat penasaran. Siapakah sosok yang bakal ‘diangkut’ oleh Jokowi maupun Prabowo. Ehmm, mari kita tinggalkan sosok cawapres pendamping Jokowi. Lebih rame membahas cawapresnya Prabowo. Hihii.
Ada sejumlah nama yang digadang-gadang untuk menemani Prabowo. Beberapa nama akhirnya mulai mengerucut. Dari PKS, mereka mengajukan Salim Segaf Aljufri. Dari Demokrat, sudah pasti AHY. Lalu dari PAN dan Ijtima’ Ulama, ada nama Ustadz Abdul Somad (UAS).
Fiuuhh…, untuk nama yang disebut terakhir, jujur aku tak banyak berkomentar. UAS dikenal sebagai seorang pendakwah, yang mempunyai basis massa yang terbilang kuat. Jadi intinya sih, aku tahunya UAS itu ustadz. Bukan birokrat apalagi politisi. Aku lebih sreg menempatkan UAS sebagai mubaligh. Tak berharap ia ikut terjun ke dunia politik. Itu saja.
Walau pun UAS banyak didorong-dorong untuk mau dipinang Prabowo, tetapi sepertinya UAS tidak menyambut kesempatan tersebut. Pria ini konon ingin tetap mendakwah. Tanpa terjun ke politik praktis. Bahkan ia sempat memberikan perumpamaan. Kalau ada seseorang yang tidak bisa dipegang omongannya, lebih baik diikat saja. Koreksi jika aku salah kutip.
So…, sekarang tinggal Salim Segaf dan AHY yang tersisa. Namun hari-hari belakangan, ternyata ada nama lainnya yang muncul di kelompok oposisi ini. Dialah wakil gubernur Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno.
Sandiaga Salahuddin Uno. Pic source: wartakota.tribunnews.com

What the hell…?! Si Sandi Uno mau menemani Prabowo di pilpres? Laaahh, bukannya belum ada setahun jadi wakil gubernur di ibukota? Terus, ikut pilgub kemarin tujuannya apa, yaa…?! Haduuhh, ngomong kayak gini pasti sebentar lagi bakalan diserang bala-bala kampret, niiiih!
Screenshot dari detik.com

Aku sih sebenarnya tidak terlalu ambil pusing dengan kejutan dari kubu Prabowo itu. Meski agak kaget juga. Kalau misalnya Prabowo benar-benar menggandeng Sandi Uno, berarti cuma mencerminkan Gerindra, dong?! Wong Sandi Uno kader Gerindra…!
Yaahh…, kita lihat saja, siapa yang bakal digandeng Prabowo di pilpres kali ini. Hmm, hampir pasti bukan UAS sang ustadz. Melainkan ‘UAS’ yang lain. UAS yang kepanjangannya Uno Alahuddin Sandiaga. Maksa ya? Biarin deh.