Pada
masa libur Idulfitri lalu, sejumlah film layar lebar dirilis oleh banyak rumah
produksi. Tatkala aku menonton Pabrik Gula,
ada beberapa iklan yang diputar sebelum filmnya dimulai. Salah satu iklan yang
membuatku tertarik adalah trailer film yang berjudul Rumah Untuk Alie.
Sesaat
setelah trailer Rumah Untuk Alie diputar, aku sepintas membahasnya dengan
Bapak. Ujarku kepada Bapak kala itu, sepertinya Rumah Untuk Alie adalah film
yang mengisahkan penderitaan seorang perempuan. Khususnya seorang gadis remaja.
Dan akhirnya, aku tak menunda waktu supaya aku bisa menonton Rumah Untuk Alie tatkala awal dirilis. Long weekend ini, aku langsung bergerak ke Padang untuk menghampiri bioskop kesayangan. Ada beberapa film baru yang ingin kutonton. Pilihan pertama kujatuhkan kepada Rumah Untuk Alie. Aku menonton di XXI Plaza Andalas, pada Jumat, 18 April.
Kesan
pertama yang kutangkap kala menonton Rumah Untuk Alie: laris. Studio tempatku
menonton nyaris penuh. Hanya menyisakan satu dua kursi saja yang kosong. Persis
seperti pengalamanku kala menonton Pabrik Gula. Cuma kali ini aku sedikit
beruntung. Aku mendapatkan kursi di row kedua dari bawah. Tak seperti
saat menonton Pabrik Gula, di mana aku duduk di row paling bawah. Huhuu.
![]() |
Poster film Rumah Untuk Alie. Pic source: dok. pribadi |
Barangkali
lantaran ada libur Paskah, sehingga long weekend ini dimanfaatkan warga Padang
untuk menonton film-film baru di bioskop. Kuamati sekilas, mayoritas penonton
Rumah Untuk Alie adalah remaja dan dewasa muda. Mereka notabene adalah generasi
Z, sedang duduk di bangku SMA atau berstatus mahasiswa.
Rumah
Untuk Alie, pada poster yang terpampang di luar studio XXI, memasang Rizky Hanggono
dan Anantya Kirana sebagai pemeran utama. Kalau Rizky Hanggono, kita semua sudah
sangat familiar. Aktor ini mencuat melalui film Ungu Violet bersama Dian
Sastrowardoyo pada 2005. Film Rizky yang kutonton terakhir adalah 2nd
Miracle in Cell No. 7, di mana ia menjadi villain.
Kalau
Anantya Kirana? Hmm, jujur aku baru mendengar aktris yang satu ini. Anantya
memerankan Alie, tokoh utama dalam Rumah Untuk Alie. Diceritakan, Alie
merupakan seorang anak bungsu dalam keluarga yang dikepalai oleh Abimanyu
(Rizky Hanggono). Namun, Alie rupanya menerima perlakuan yang tidak
menyenangkan di dalam keluarga tersebut.
Hal
ini dikarenakan kesalahan Alie, yang membuat Gianla, ibunya, harus meregang
nyawa dalam sebuah kecelakaan mobil. Kecelakaan ini dipicu oleh perbuatan Alie
yang memaksa Gianla (Tika Bravani) untuk melakukan vlog kala sedang
menyetir.
![]() |
Pic source: dok. pribadi |
Kematian
Gianla membuat Abimanyu dan keempat kakak lelaki Alie menjadi terpuruk. Kakak
tertua Alie yang bernama Dipta, bahkan sampai pincang lantaran kebodohan Alie.
Inilah yang membuat Abimanyu, Dipta, Hendra, dan Samuel amat membenci Alie
sepeninggal Gianla. Hanya satu kakak Alie yang masih mengasihinya, yakni Nata.
Selepas
kepergian Gianla, kehidupan keluarga Abimanyu menurun secara finansial. Hal ini
membuat Abimanyu dan ketiga kakak lelakinya semakin benci kepada Alie. Di
rumah, mereka kerap melabeli Alie sebagai anak pembawa sial. Mereka tidak lagi
menyukai kehadiran Alie. Bagi mereka, Alie merusak suasana. Abimanyu bahkan
pernah menghukum Alie dengan menyiramnya di kamar mandi, karena pulang malam.
Alie
berusaha menerima segala perlakuan buruk yang dilayangkan Abimanyu dan ketiga
kakak lelakinya itu. Beruntung masih ada Nata, seorang kakaknya yang masih
menganggapnya adik yang perlu dilindungi.
Ada
satu scene yang bagiku amat menarik. Alie sedang belajar bersama teman
sekolahnya. Mereka sedang belajar bahasa Inggris, dan berdiskusi soal perbedaan
makna house dan home. Kalau house, merujuk kepada rumah sebagai
objek fisik. Sedangkan home, lebih mengarah rumah sebagai tempat yang memiliki
ikatan emosional dengan seseorang. Tempat di mana orang menjadikannya sebagai
tujuan untuk pulang.
Tatkala
membahas ini, Alie jadi merenung. Apakah rumah yang ditinggalinya bersama ayah
dan kakak-kakaknya adalah rumah yang diinginkannya selama ini? Jika memang iya,
kenapa ia selalu menerima perlakuan kasar dari ayah dan ketiga kakak lelakinya
di rumah tersebut?
Tidak
hanya di rumah. Alie ternyata juga menerima perlakuan tidak menyenangkan di
sekolah. Sebuah geng senior acap kali merundungnya. Bahkan puncaknya, geng ini
menghina Alie dan ibunya, Gianla. Padahal Gianla sudah lama meninggal. Hal ini
membuat Alie muntab dan melawan geng senior tersebut.
Namun
klise, peristiwa ini malah diputarbalikkan. Video yang merekam bullying yang
ditujukan kepada Alie, malah diedit sedemikian rupa, hingga seakan-akan Alie
yang salah. Alie semakin terpojok. Bahkan Nata yang selama ini membelanya, ikut
termakan video hoaks tersebut.
Mendengar
Alie dituduh sebagai tukang bully, Abimanyu murka tak ketulungan. Ia semakin
benci kepada Alie, dan mengusirnya dari rumah. Sebuah kalimat yang terucap dari
Abimanyu kepada Alie: bahwa Alie bukan bagian dari keluarganya lagi.
Mendengarnya, tentu membuat Alie patah hati dan hancur.
Berada
pada titik nadir, Alie keluar dari rumah. Rupanya, ada video versi lengkap yang
mematahkan video pertama yang menunjukkan kalau Alie adalah tukang pembully.
Keempat kakak Alie merasa bersalah, dan segera mencari keberadaan Alie.
Dipta
dan Hendra menemukan Alie sedang diganggu oleh preman. Dalam pertikaian dengan
preman, Dipta ditusuk hingga tak sadarkan diri. Dipta kehilangan banyak darah
hingga memerlukan transfusi darah. Tak berpikir lama, Alie kemudian mendonorkan
darahnya supaya Dipta selamat.
Ending Rumah
Untuk Alie bagiku sedikit menggantung. Sempat diperlihatkan bahwa Alie ditabrak
mobil kala sempoyongan setelah mendonorkan darahnya untuk Dipta. Lantas Alie
sedang bercengkerama dengan Gianla, membahas soal apa itu rumah.
Bagi
Alie, ia menginginkan rumah yang tenang. Rumah yang akan membuat orang-orang
tersenyum kala menghampirinya. Jika begitu, apakah ia perlu benar-benar keluar
dari rumah Abimanyu? Rumah yang tak memberinya kebahagiaan, selepas kepergian ibu
kandungnya.
Menonton
Rumah Untuk Alie, bagiku cukup menguras emosi. Bagaimana tidak emosi? Melihat
perangai Abimanyu, Dipta, Hendra dan Samuel yang begitu jahat kepada Alie.
Mereka tidak memosisikan diri sebagai ayah dan kakak bagi Alie. Mereka
merundung Alie, dan tak henti-henti menyalahkan Alie atas kepergian Gianla.
Ok,
Alie memang salah. Sikap Abimanyu dan ketiga putranya memang mempunyai alasan
kuat. Tetapi, apakah itu bisa menjadi pembenaran untuk memperlakukan Alie
dengan buruk? Apalagi Alie adalah seorang perempuan. Masih remaja pula. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam banyak keluarga, lelaki masih menjadi pihak yang amat
superior.
Bayangkan?
Bukankah perlakuan buruk tersebut akan semakin menambah luka kepada diri Alie?
Tentu Alie sudah amat merasa bersalah, karena keteledorannya hingga membuat
kecelakaan mobil itu terjadi. Namun, perlakuan kasar orang-orang terdekatnya di
rumah, justru menambah luka batinnya.
Rumah
Untuk Alie, sebuah film dengan message yang kuat. Angkat topi untuk
Falcon Pictures, dengan sutradara Herwin Novianto. Rumah Untuk Alie diangkat
dari novel karya Lenn Liu. Keren pokoknya.
No comments:
Post a Comment