Thursday 5 July 2018

Benarkah Tuan Guru Bajang NTB Mendukung Jokowi di Pilpres? Wah, Semua Akan ‘Jokowi’ Pada Waktunya!


Mata Najwa edisi Rabu, 4 Juli kemarin, membahas satu isu yang bagiku amatlah menarik. Tak cuma menarik. Namun krusial. Bertajuk Pasar Bebas Capres. Dari judulnya, kamu sudah bisa menebak seperti apa materi bahasan yang ditampilkan. Yapp, musim copras-capres sudah dimulai.
Hal ini tidak terlepas dari pilkada serentak yang baru saja usai. Hasil dari pilkada di sejumlah daerah, mau tak mau menjadi data yang bisa digunakan oleh segenap parpol, sebagai persiapan menuju pemilu 2019.
Ya, pemilu 2019 sudah di depan mata. Tidak hanya pemilu untuk memilih anggota legislatif yang baru. Namun juga pemilu yang lebih ‘seksi’. Lebih menarik di mata kita semua sebagai rakyat Indonesia. Yakni pemilihan presiden untuk masa bakti 2019-2024.

Berbagai isu dan wacana terkait pilpres 2019 mulai bermunculan, bak cendawan di musim penghujan. Padahal, saat ini adalah musim kemarau lho yaa…?! Hehee, bercanda. Jangan terlalu serius dalam membaca artikelku yang blekethek’an ini. Karena aku memang tidak pernah mengklaim tulisanku ini adalah berita. Melainkan OPINI. Pendapat atau reaksiku atas berbagai peristiwa. Clear, ya…?
Kembali ke pilpres 2019. Tampaknya sudah banyak pihak yang mulai tak sabaran, untuk menyongsong suksesi lima tahunan ini. Parpol-parpol mulai melancarkan berbagai manuver, semata untuk memperoleh perhatian dari masyarakat. Karena bagaimana pun juga, rumus mujarab untuk memenangkan sebuah pemilu adalah suara terbanyak dari rakyat. Udah, itu saja.



Jauh-jauh hari, sudah banyak figur yang hendak melibatkan diri dalam pilpres 2019. Dari yang sekadar bercanda, hingga yang benar-benar serius untuk mewujudkannya. Salah satunya, lihatlah Persaudaraan Alumni (PA) 212. Kelompok ini memang istimewa. Ckckckkk, dimana istimewanya…?! Mau tahu? Lanjutkan membaca artikel ini, hehe.
PA 212 bukanlah sebuah partai politik. Ia hanyalah satu wadah khusus yang dibentuk setelah peristiwa demonstrasi besar-besaran yang diberi nama Aksi Bela Islam. Satu aksi demo yang berlangsung di akhir 2016. Tujuannya satu: untuk menekan penguasa agar segera mengadili Ahok yang keseleo lidah.
Tatkala Ahok akhirnya dipenjara lantaran ucapannya sendiri, tentulah tujuan aksi demo tersebut telah tercapai. Nah, untuk mengenang aksi demonstrasi yang berlangsung pada 2 Desember 2016, dibentuklah PA 212. Yah, tujuannya untuk mengabadikan. Mengenang sebuah aksi yang selalu didengung-dengungkan sebagai ‘perjuangan’ umat Islam tersebut.
Jadi pada intinya, walaupun PA 212 bukanlah sebuah parpol, namun kelompok ini mempunyai histori awal yang tidak bisa dianggap remeh. Dan selanjutnya, kelompok ini tak lagi malu-malu untuk mulai menunjukkan eksistensinya. PA 212 percaya diri dan mengklaim bahwa mereka bakal terus hadir untuk membela kepentingan ‘umat’.
Ahh…, aku pribadi sebenarnya tidak ambil pusing dengan segala polah kelompok ini. Bahwa ada kelompok-kelompok yang tidak sepaham dengan pemerintah, itu sudah biasa. Dan PA 212, dapat dianggap sebagai kelompok yang berada di posisi ini. Yaitu kelompok kontrapemerintah, alias oposisi.
Menjelang pilpres 2019, PA 212 tidak mau ketinggalan. Mereka tampaknya semakin jumawa, dan bertindak seakan mereka benar-benar representasi umat Islam di negeri ini. Oh come on…, tidak sesimpel itu, hei kau PA 212! Tidak semua umat Muslim sepakat dengan pandangan yang kau usung!
Mulutku lantas menganga lebar, ketika di bulan Ramadan kemarin, PA 212 bertindak laksana sebuah partai politik. Bagaimana tidak…?! PA 212 menelurkan satu daftar resmi, yang isinya rekomendasi nama-nama yang pantas diusung untuk bertanding di pilpres.



Sebenarnya tidak ada yang salah dengan daftar yang disodorkan oleh PA 212 ini. Toh, mereka tetap saja merupakan bagian dari rakyat Indonesia. Semua boleh menyampaikan pendapatnya. Terlepas pendapat mereka masuk akal atau tidak, biarlah rakyat lainnya yang menilai. Ya, ‘kan…?
Salah satu nama yang direkomendasikan PA 212 untuk mengikuti pilpres 2019 adalah gubernur Nusa Tenggara Barat: Zainul Majdi atau yang akrab dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB).
TGB merupakan kader Partai Demokrat. Periode yang dilakoninya sekarang merupakan masa jabatan kedua ia membaktikan diri di provinsi NTB. Banyak kalangan yang menganggapnya sebagai representasi umat Islam. Dengan latar belakang yang agamis, TGB juga dikenal sebagai cendekiawan dan hafidz (penghapal Alquran).
Munculnya nama TGB di jajaran tokoh-tokoh yang direkomendasikan oleh PA 212, kupikir bukan sebuah kejutan. TGB memang mempunyai citra yang dekat dengan umat Muslim. Apalagi ia lulusan Al Azhar Mesir. Menjadi garansi tersendiri, bagaimana ia akan bersikap jika diberi amanah sebagai pemimpin di jajaran eksekutif.
Ketika ada nama TGB di daftar yang dikeluarkan oleh PA 212, aku menganggap bahwa TGB memang sejalan dengan para dedengkot PA 212. PA 212 sendiri telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan memberikan dukungan kepada Jokowi di pilpres 2019. Jadi kukira, TGB akan bersikap kontra kepada Jokowi di pilpres nanti.
Pic source: screenshot dari detik.com

Tetapi aku (mungkin) salah. Dinamika politik memang selalu menghadirkan kejutan. Di kurun sebulan menjelang pembukaan pendaftaran capres untuk pemilu 2019, TGB disinyalir memberikan pandangan yang berbeda. Pandangan yang ternyata bertolak belakang dengan anggapan banyak orang selama ini.
Pada awalnya kamu barangkali juga berpikiran sama sepertiku. Bahwa TGB tidak akan pro-Jokowi di pilpres nanti. Apalagi ia merupakan kader Demokrat. Namun, sepertinya TGB malah menunjukkan sikap yang berbeda. Menurutnya, Presiden Joko Widodo patut diberi kesempatan untuk melanjutkan kiprah di periode kedua.
Nah lhoo…?! Entah ini benar apa tidak. Jika memang benar TGB berpandangan seperti itu, maka secara tersirat ia memberikan dukungannya kepada Jokowi, di pilpres tahun depan. Waooww…, mengejutkan bukan?
Well, aku sih senang-senang saja, kalau TGB memang memberikan dukungannya kepada Jokowi. Berarti, bertambah lagi kepala daerah yang bisa lebih kooperatif, untuk menerjemahkan apa maunya Jokowi sebagai presiden.
Pic source: screenshot dari detik.com

Namun, isu dukungan TGB kepada Jokowi ini, terang saja membuat PA 212 seolah kebakaran jenggot. Menanggapi sikap TGB tersebut, PA 212 sepertinya tidak segan-segan bakal mencoret nama TGB dari daftar rekomendasi capres dan cawapres yang diusungnya.
Kalau aku sih, bodo amat…! Karena bagiku, daftar rekomendasi PA 212 ini tak lebih sekadar imbauan. Pada akhirnya, daftar ini akan kalah dengan berbagai bargaining yang terjadi diantara parpol-parpol.
Dan akhirnya, semua akan ‘Jokowi’ pada waktunya. Hhmm…