Tuesday 2 October 2018

Upaya Ahmad Dhani untuk Tetap Terlihat ‘Hijau’


Kenapa artikel ini kuberi judul seperti di atas? Biarkan aku menjelaskannya. Di judul itu, aku memberi penekanan pada kata ‘hijau’. Salah satu jenis warna yang tentunya sudah amat familiar bagi kita semua.
Hijau dipandang sebagai warna yang menenangkan, menentramkan. Karena pemandangan alam yang tampak di sekitar kita, juga didominasi oleh warna hijau. Warna hijau juga melambangkan kesuburan.
Tetapi ngomongin soal warna hijau, kukira sebagian besar dari kita sudah cukup paham. Bahwa warna hijau mempunyai arti khusus bagi pemeluk agama Islam. Dalam keyakinan Islam, warna hijau direpresentasikan sebagai warna surga.




Karenanya tidaklah mengherankan. Hijau acapkali digunakan sebagai warna untuk mewakili ‘nuansa’ dalam agama Islam. Atribut-atribut berwarna hijau, seringkali disimbolkan sebagai identitas bagi kalangan Muslim.
Ya, hijau telah menjelma menjadi warna yang identik dengan kalangan umat Islam. Menjadi wajar, ketika akhirnya warna hijau juga dimanfaatkan sebagai warna yang dominan bagi kelompok maupun organisasi yang berlandaskan ideologi Islam.
Contoh konkretnya, lihatlah Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi massa berbasis Islam, yang konon memiliki jumlah anggota terbesar di tanah air ini, telah menjadikan warna hijau sebagai ciri khas utama.
Tidak hanya organisasi massa. Kalangan politik pun juga menggunakan warna hijau sebagai atribut. Lihatlah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai politik berlambang Ka’bah ini, adalah sebuah parpol yang mengadopsi hijau sebagai warna identitas.
Namun sejak bergulirnya era reformasi pada 1998, PPP tak lagi dapat ‘memonopoli’ penggunaan warna hijau sebagai ciri khas utama. Era reformasi telah membuka kran kebebasan, untuk mendirikan partai-partai politik baru. Ada banyak parpol yang bermunculan, yang diantaranya tentu saja adalah partai-partai berbasis Islam.
Tetapi jika dikaitkan dengan pemilu 2019 yang akan kita sambut, parpol bernapas Islam yang menjadikan hijau sebagai warna identitas, jumlahnya tidak banyak. PPP masih ada di barisan terdepan. Selain PPP, ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Cuma PPP dan PKB…? Tidak. Masih ada partai ‘gurem’ besutan Yusril Ihza Mahendra: Partai Bulan Bintang (PBB). Ya, setidaknya ketiga partai inilah, yang konsisten menjadikan warna hijau sebagai ciri khas.
Ahmad Dhani. Pic source: merdeka.com

Lalu apa hubungannya dengan Ahmad Dhani…? Begini, aku lanjutkan. Kita tahu, Ahmad Dhani adalah pesohor di tanah air. Dia awalnya masuk ke dalam kategori selebriti. Karena sepak terjangnya sebagai musisi. Entah itu sebagai vokalis grup band, atau pun sebagai pencipta lagu.
Tetapi kemudian, sepak terjang seorang Ahmad Dhani mulai melebar. Ia tak hanya dikenal sebagai seorang artis. Lelaki ini bisa dianggap pula sebagai politisi. Cieehhh…, politisi?! Hehee.
Di awal-awal kiprahnya terjun ke dunia politik, Dhani dikenal dekat dengan kalangan NU. Hal ini karena Dhani memang tumbuh besar di Surabaya. Surabaya adalah ibukota Jawa Timur. Dan Jawa Timur, merupakan wilayah utama berkumpulnya para kader dan simpatisan NU.
Oleh sebab inilah. Banyak yang mengira sosok Ahmad Dhani adalah kader dari PKB. Tahu sendiri lah. PKB adalah partai yang berbasis Nahdlatul Ulama. Tidak sedikit kader NU, yang juga menjadikan PKB sebagai wahana berpolitik praktis. Namun entahlah. Aku belum menemukan bukti yang kuat, bahwa Ahmad Dhani adalah anggota resmi dari PKB. Dan aku nggak begitu peduli, sih. Hahaa.



Sempat muncul wacana, bahwa PKB hendak mengusung Ahmad Dhani untuk mengikuti pemilihan walikota Surabaya pada 2015 silam. Yah…, wacana itu memang hanya sekadar wacana. Karena Ahmad Dhani nyatanya tidak jadi berkontestasi di pilwali Surabaya.
Malah belakangan, Ahmad Dhani lebih banyak terlihat ‘mesra’ dengan Partai Gerindra dan PKS. Hal ini terbukti dengan preferensi Dhani di pilpres 2014 kemarin. Tatkala PKB memberikan dukungan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Dhani malah sebaliknya.
Ahmad Dhani termasuk segelintir artis yang menjadi juru kampanye bagi pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa. Pria ini menjadi semakin akrab dengan Gerindra maupun PKS, ketika akhirnya melibatkan diri ke politik praktis, melalui pilkada Kabupaten Bekasi pada 2017.
Di pilkada Bekasi, Dhani kalah, sih. Namun kekalahan ini tidak memadamkan niatnya untuk semakin terjun ke ranah politik. Buktinya, Ahmad Dhani resmi menjadi caleg Gerindra, yang bakal memperebutkan kursi DPR dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur 1.
Tetapi sebagai caleg dari Gerindra, Ahmad Dhani sepertinya tidak kehabisan akal. Ia sepertinya mafhum, bahwa Gerindra barangkali tidak mempunyai keterikatan yang erat dengan kalangan NU. Padahal Dhani harus berjibaku di dapil Jatim 1. Areanya mencakup Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
Screenshot dari viva.co.id

Aku membaca sebuah berita dari portal Viva, seperti di atas. Kamu bisa membaca beritanya di sini. Fiuuhh…, dengan konfidennya, Ahmad Dhani berujar bahwa ia adalah ‘anak ideologis’ dari KH. Abdurrahman Wahid…!
Hei Dhani, kepedean banget lo…, ngaku-ngaku sebagai anaknya Gus Dur…?!
Hhmm, sebenarnya memang tidak perlu terlalu berlebihan, untuk merespons klaim dari Dhani tersebut. Tetapi rasanya lucu saja. Ahmad Dhani tanpa tedeng aling-aling, menganggap dirinya sudah seperti anak ‘ideologis’ dari Gus Dur.
Pernyataan ini sebenarnya hanyalah kiasan. Ahmad Dhani dengan jumawa mengklaim, bahwa dirinya amatlah sejalan dengan sikap maupun pemikiran Gus Dur. Sehingga ia merasa Gus Dur sudah seperti ‘bapak’-nya sendiri.
Namun yang menjadikannya semakin lucu adalah, ia membandingkan klaimnya itu dengan sosok Yenny Wahid. Baginya, Yenny Wahid hanyalah anak biologis dari Gus Dur. Dan sebagai anak ‘ideologis’, Dhani merasa lebih unggul.
What the hell gitu yaa…?! Ahmad Dhani berujar seperti itu, lantaran Yenny Wahid memberikan dukungan kepada Jokowi di pilpres 2019. Sesuatu yang bertolak belakang dengan pilihannya.
Well, bagiku Dhani sedang berusaha untuk keep in touch dengan kalangan nahdliyin. Karena dengan menyebut-nyebut nama Gus Dur, Ahmad Dhani mungkin masih berharap. Bahwa ia masih dianggap sebagai golongan NU. Sebagai golongan berwarna ‘hijau’.
Dengan begitu, setidaknya ia masih bisa bergerilya di belantara dapil Jatim 1. Karena bagaimana pun juga, Dhani sedang berjuang untuk meraih tiket menjadi anggota dewan dari kota kelahirannya ini.
Yah, terserah deh. Suka-suka si Dhani mau ngomong apa saja. Masyarakat sudah cerdas. Bisa menilai. Mana politisi yang tulus. Mana politisi yang karbitan dan oportunis. So…, be wise yaa…!
Jadi intinya, apa yang diucapkan Ahmad Dhani soal anak ideologis dari Gus Dur itu, adalah upayanya untuk tetap terlihat ‘hijau’. Tetap ingin dianggap sebagai bagian dari NU.