Friday 19 October 2018

Sensitifnya Simbol-simbol Jari Gegara Pemilu


Saat ini, musim kampanye pemilu 2019 memang sudah dimulai. Baik itu pemilu presiden, mau pun pemilu legislatif. Kalau di pilpres, calon wapres nomer urut dua, yakni Sandiaga Uno, kayaknya yang paling semangat buat kampanye. Bagiku, ‘pendekar bango’ ini banci kamera banget deeeh…! Pokoknya, tiada hari tanpa ucapan-ucapan nyeleneh dari Sandi. Betul nggak?!
Hahaa. Cuap-cuap soal Sandi Uno di atas, sekadar prolog saja. Karena aku sedang tidak begitu ingin membahas pria metroseksual yang satu itu. Aku lebih suka ngobrolin hal lainnya. Seperti ini misalnya. Coba kamu amati foto yang kulampirkan di bawah:
Pic source: instagram.com/najwashihab

Gimana…? Menarik kan? Yaps, foto ini kucomot dari akun Instagram resmi-nya Mbak Najwa Shihab. Foto tersebut diambil, setelah episode Mata Najwa yang ditayangkan pada Rabu, 10 Oktober 2018 kemarin.

Kala itu, Mata Najwa menghadirkan figur-figur politisi, yang menjadi tim sukses dari kedua pasangan yang akan bertarung di pilpres. Dari tim Jokowi-Ma’ruf, ada Arsul Sani, Budiman Sudjatmiko, Guntur Romli, dan Irma Suryani Chaniago.
Sementara dari kubu Prabowo-Sandi, hadir Dahnil Anzar, Mardani Ali Sera, Ferdinand Hutahaean, dan Rahayu Saraswati. Aku tak perlu membahas detil, bagaimana jalannya diskusi yang melibatkan mereka semuanya.
Namun yang jelas, masing-masing tim pasti mengunggulkan paslonnya, dengan berbagai argumen dan pernyataan. So, tinggal diserahkan kepada rakyat, deh. Siapa diantara Jokowi atau Prabowo, yang bakal menjadi presiden tahun depan.



Di foto yang diposting Mbak Najwa di IG-nya tersebut, terlihat ekspresi dari setiap politisi. Mereka semua kompak menebar senyum semringah. Yah, meski pun sebelumnya mereka gontok-gontokan untuk menunjukkan kelebihan capresnya masing-masing.
Tetapi mungkin kita perlu sadar. Bahwa perdebatan sengit yang mereka tunjukkan di layar kaca, barangkali hanya sekadar permukaan saja. Pertentangan yang mereka tampilkan, mungkin hanyalah untuk show di televisi belaka. Bisa saja, mereka semua tetap berkawan baik. Walau berbeda partai dan berbeda pilihan dalam berpolitik.
Amatilah. Di foto ini, Najwa mengambil pose wefie. Tetapi coba lihatlah secara detil di jari-jari para politisi tersebut. Di kesempatan foto bersama ini, mereka masih sempat untuk ‘berkampanye’.
Ya, Arsul Sani, Budiman Sudjatmiko, dan Irma Chaniago kompak mengacungkan telunjuk mereka. Kita semua mafhum. Acungan telunjuk ini menyimbolkan angka satu. Angka urutan untuk pasangan Jokowi-Ma’ruf di pilpres.
Lain halnya bagi Ferdinand Hutahaean dan Mardani Ali Sera. Mereka berdua kompak menampilkan bentuk jari menyerupai huruf ‘V’. Simbol ini, juga biasa kita pahami sebagai perwakilan untuk menunjukkan angka dua. Nomer urutan kepunyaan Prabowo-Sandi.
Inilah mengapa, di artikel ini aku membubuhkan judul seperti di atas. Hmm…, sepertinya kita tidak bisa menafikan. Bahwa semenjak penetapan nomer urut untuk peserta pilpres, maka angka 1 dan 2 menjadi terasa ‘istimewa’.
Angka satu dan dua, tiba-tiba terasa berbeda. Karena sejak kampanye pemilu ditabuh, angka satu dan dua otomatis mempunyai makna yang spesifik. Satu untuk Jokowi. Dan dua untuk Prabowo. Sesimpel itu.



Oleh sebab inilah, para politisi yang diundang Mata Najwa tak lagi sungkan untuk mengacungkan jari-jarinya, sesuai pilihan politik masing-masing. Bagi tim Jokowi, cukup dengan mengacungkan telunjuk. Sementara kalau timnya Prabowo, tak cukup dengan telunjuk saja. Harus ditambah satu jari lainnya, agar simbol angka dua terpenuhi. Hehee.
Acungan jari yang menyimbolkan angka urutan paslon di pilpres, tidak cuma dimainkan oleh para elit politisi. Rakyat jelata pun tidak mau ketinggalan. Fiuuhh…, bahkan semenjak tanggal 21 September malam, tatkala KPU mengadakan pengundian nomer urutan pada pilpres, warganet di dunia maya sudah riuh. Sesaat setelah penetapan nomer urut tersebut.
Para cebongers yang identik sebagai pendukung Jokowi, langsung menjadikan angka 1 sebagai hal yang harus disebarluaskan. Sementara bagi kampreters, langsung sibuk dengan berbagai pernyataan yang mengagung-agungkan angka 2. Ckckckkk.
Ngomongin soal simbol jari yang membentuk angka-angka, aku jadi teringat dengan sebuah insiden yang terjadi pada perhelatan annual meeting IMF dan Bank Dunia, di Bali barusan. Di akhir-akhir, ada peristiwa unik yang melibatkan Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Pic source: news.detik.com

Nah, dari foto di atas kamu mungkin sudah mulai tahu. Di momen tersebut, Luhut dan Sri Mulyani bergandengan dengan direktur IMF dan Bank Dunia. Terdapat sesi foto untuk mengabadikan momen ini. Dan secara alamiah, ‘juragan’ IMF dan Bank Dunia mengacungkan dua jari. Sebuah simbol bertema perdamaian alias peace.
Tetapi acungan jari ini segera ‘dikondisikan’ oleh Luhut dan Sri Mulyani. Two for Prabowo, and one for Jokowi. Hahaa…, sebenarnya momen ini tak usah lah dipandang terlalu serius. Meski akhirnya, ada pihak yang merasa bahwa pada momen tersebut terdapat ‘pelanggaran pemilu’.
Lain lagi dengan sebuah peristiwa yang terjadi di Medan. Bahkan menurutku, peristiwa ini lucu, dan tak usah ditanggapi secara berlebihan. Belum lama ini, Presiden Jokowi sedang melakukan kunjungan kerja ke Medan.
Naaah…, yang namanya rakyat, kalau ketemu presidennya pasti pengennya salaman atau ambil foto bersama. Namun ada satu yang menarik. Seorang paspampres tertangkap kamera sedang ‘membetulkan’ acungan jari salah seorang masyarakat. Hahaa!
Pic source: viral.solopos.com

Jadi ceritanya, si pria berkacamata hendak mengacungkan simbol dua jari, ketika berpose dengan Jokowi. Simbol jari yang teracung ini biasanya terjadi secara spontan. Sekadar menunjukkan ekspresi bahagia. Karena dua jari berbentuk seperti ‘V’. yang biasanya juga menyimbolkan victory alias kemenangan. Lihat cuplikan videonya di sini.
Well…, kita semua perlu sadar. Bahwa semenjak kampanye pemilu bergulir, simbol-simbol jari telah mempunyai ‘jodohnya’ masing-masing. Acungan-acungan jari, saat ini telah memiliki maknanya sendiri-sendiri. Jadi bijaksanalah, dalam menggunakan simbol-simbol jari. Nanti kamu bisa dituduh sebagai cebong atau kampret, hanya berdasar jari-jari yang kamu acungkan!