Friday 14 September 2018

Sandiaga Uno Sang ‘Media Darling’


Beberapa waktu belakangan, sosok Sandiaga Uno sering menjadi pembicaraan. Kupikir pria ini telah menjelma menjadi media darling baru di tanah air. Segala tindak tanduknya selalu memperoleh perhatian. Nyaris semua ucapannya dijadikan kutipan untuk mengisi berita utama di media-media. Dan dipergunjingkan di linimasa media sosial.
Apalagi setelah Sandi Uno melesat mulus menjadi salah satu kandidat pada pilpres 2019. Nyaris tak ada yang menduga, jika lelaki 49 tahun itu bakal turut berkontestasi di pilpres. Sandiaga Uno mengalahkan figur-figur lainnya yang awalnya berpeluang menjadi tandemnya Prabowo Subianto.
Sandiaga Uno. Pic source: wartakota.tribunnews.com

Ya, sungguh merupakan kejutan. Sandi yang belum genap setahun mengemban amanah sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, lebih memilih untuk meletakkan jabatan tersebut. Kemudian bersama Prabowo, mendaftarkan diri ke KPU untuk menantang petahana, Presiden Joko Widodo.

Kuingat-ingat kembali, bagaimana aku mulai mengetahui sosok pria bernama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno tersebut. Aku mulai mengenal Sandi Uno, dari tayangan iklan di televisi. Iklan itu adalah minuman kemasan Aqua. Dan setelah aku googling, iklan itu telah tayang pada 2011 silam.
Di iklan Aqua ini, ditampilkan sejumlah pesohor yang mayoritas berasal dari kalangan selebriti. Diantaranya seperti Nicholas Saputra, Becky Tumewu, Winky Wiryawan, Mariana Renata, dan Denny Sumargo. Tetapi nyempil satu sosok lainnya, yang bagiku kala itu masih terasa asing. Dialah Sandiaga Uno.



Di zaman 2011 dulu, seusai menonton iklan dari Aqua, bagiku Sandi Uno adalah sosok pengusaha muda yang bisa dibilang sukses. Buktinya pria ini digandeng oleh brand sebesar Aqua untuk mengisi kampanye produknya. Sejajar dengan aktor seperti Denny Sumargo dan Nicholas Saputra.
Bagiku, penampilan Sandi di iklan Aqua ini cukup menarik. Look-nya tak kalah dengan para selebriti. Hingga sempat terbentuk kesan di benakku, bahwa Sandiaga Uno adalah seorang figur yang layak dicontoh dan bahkan diidolakan. Fisik yang menawan, usia relatif muda. Dan sudah pasti sepak terjangnya sebagai pengusaha yang moncer. Mantaplah pokoknya!
Iklan minuman Aqua yang menampilkan Sandiaga Uno pada 2011. Pic source: uns.ac.id

Tetapi pandanganku ini perlahan memudar. Tatkala Sandiaga Uno menunjukkan preferensi politiknya. Pada medio 2015, ia merapat ke Partai Gerindra. Bahkan resmi menjadi kadernya.
Yaahh…, aku bukanlah simpatisan dari Prabowo atau pun Gerindra. Aku berada di ‘kubu’ yang lain. Jadi, ketika Pak Sandiaga Uno melabuhkan diri ke Gerindra, rasa kagumku kepadanya sontak berkurang drastis.
Sejak menjadi kader Gerindra, menurutku Sandi Uno semakin menunjukkan keseriusannya untuk terjun ke ranah politik praktis. Menjelang pilgub Jakarta 2017, kuamati Sandi Uno mulai bergerilya. Ia sering mengunjungi sudut-sudut ibukota. Sembari memperkenalkan diri kepada segenap warga DKI.
Bahkan seingatku, upayanya ini sudah dimulai jauh sebelum hiruk-pikuk pendaftaran peserta pilgub Jakarta. Ketika perhatian banyak tertuju kepada duo petahana ―Ahok dan Djarot― Bang Sandi sudah memulai ‘tebar pesona’ kepada masyarakat Jakarta.
Hal inilah yang akhirnya memudahkan jalannya untuk mengikuti kontestasi pilgub DKI 2017. Bersama Anies Baswedan, Sandi mantap terjun langsung ke politik praktis. Dan takdir Tuhan, Anies-Sandi memenangkan pilgub tersebut. Mereka sukses menumbangkan pasangan petahana.

Sandiaga Uno Sang ‘Media Darling’
Aku terinspirasi dari pernyataan Sandiaga Uno, yang belum lama ini santer dibicarakan. Ya, inilah mengapa aku melabeli mantan wakil gubernur Jakarta itu sebagai media darling baru. Sosoknya memang flamboyan. Fisik yang terbilang prima. Ditambah urusan dompet yang konon duitnya tak berseri.
Hal-hal inilah yang membuat Sandiaga Uno menjadi incaran para kuli tinta. Pernyataannya selalu dinanti-nanti. Reaksinya atas berbagai peristiwa selalu ditunggu-tunggu. Bagi media, Sandi Uno adalah sosok yang perlu disorot saat ini.
Pokoknya, apapun terkait Sandi selalu menarik. Apalagi sejak ia resmi menjadi calon kandidat di pilpres 2019. Apapun kata-kata yang keluar dari mulutnya si Sandi selalu dijadikan bahan berita bagi para jurnalis. Dan, akan menjadi viral dalam waktu yang singkat.
Fenomena ini wajar saja. Karena Sandi memang sedang berada di ‘puncak’. Lelaki ini sedang mereguk puncak kepopuleran. Sebagai penantang Jokowi, tentu berdampak signifikan terhadap citra yang melekat pada dirinya.



Ada sejumlah pernyataan dari Sandi, yang akhirnya menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Mungkin aku berlebihan. Barangkali ‘perbincangan’ ini cuma panas di linimasa medsos. Namun di dunia nyata, sebenarnya rakyat tidak begitu peduli dengan segala isu yang riuh di dunia maya.
Contohnya soal pernyataan Sandi yang menyebut bahwa duit seratus ribu hanya bisa memperoleh bawang dan cabai. Hhmm, bagiku pernyataan ini seyogianya tidak ditelan mentah-mentah begitu saja.
Kita ber-positive thinking saja. Ucapan Sandi itu barangkali hanyalah kiasan. Atau semacam hiperbolis. Pernyataan yang terucap semata untuk menggambarkan kondisi perekonomian saat ini.
Mungkin bagi Bang Sandi, kehidupan rakyat jelata memang sedang rendah sekali. Bahkan uang seratus ribu rupiah hanya dapat bawang dan cabai. Padahal faktanya tidak demikian. Bagi orang yang masih waras, duit seratus ribu masih sanggup membeli sejumlah bahan makanan!
Kuamati, sejumlah temanku di media sosial memberikan reaksi atas pernyataan ‘bodoh’ dari Sandi tersebut. Mereka memposting sebuah foto, yang berisi bahan-bahan pangan yang bisa dibeli dengan uang sebesar 100ribu. Foto itu dilengkapi dengan penjelasan bahwa harga bahan-bahan pangan yang beredar di masyarakat itu masih TERJANGKAU…!
Ckckckkk…, aku tak habis pikir dengan Sandi Uno. Barangkali ia mengira bakal mendapatkan simpati dengan pernyataannya yang bernada pesimis tersebut. Tetapi ia berhasil ‘dipukul’ mundur oleh para warga yang tidak sepakat dengan ocehannya itu.
Aku tak tahu. Apakah segala style yang ditunjukkan oleh Sandi Uno belakangan ini, adalah sebentuk strategi yang coba dimainkan untuk menghadapi pilpres. Tak perlu heran. Aku yakin di belakang Sandi, terdapat sebuah tim yang menjadi tulang punggungnya untuk menghadirkan taktik-taktik yang mumpuni untuk menarik perhatian dari khalayak.
Tak hanya sekadar duit 100ribu. Masih ada pernyataan perihal tempe yang setipis kartu ATM. Lalu menyuruh warganet agar jangan julid. Termasuk pernyataannya soal kepala daerah yang seharusnya tak perlu cawe-cawe untuk kampanye pilpres.
Well, cara terbaik untuk menolak ‘pesona’ Sandiaga Uno adalah tidak perlu bereaksi lebih terhadap segala ocehannya. Ingat, pria ini telah menjadi media darling. Mau positif atau negatif ucapannya, pasti akan mengemuka dan diperbincangkan. Dan itu adalah tujuan utama dari timnya Sandi.
Yuuukkk…, Bang Sandi mau ngemeng apa lagi habis ini…?!