Thursday 1 November 2018

PAN Hattrick! Bupati, Gubernur, dan Wakil Ketua DPR-nya Jadi Tersangka Korupsi. Fiuuhh…


Kita tahu, Setya Novanto pernah menjadi ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun jabatan ini harus ditanggalkan oleh politisi Partai Golkar tersebut. Karena dirinya menjadi tersangka kasus korupsi KTP elektronik (e-ktp). Papa Setnov pun tak lagi menjadi ketua dewan, dan digantikan oleh Bambang Soesatyo.
Mendengar fakta ini, reaksi kita barangkali sudah biasa-biasa saja. Karena sebagai rakyat, kita sudah terlampau sering mendengar berita penangkapan anggota dewan lantaran terjerat kasus korupsi.
Ya, mungkin kita sudah tak begitu peduli. Ketika terdapat anggota DPR yang tersangkut korupsi. Entah itu anggota DPR pusat, maupun yang berada di daerah. Rasanya seperti silih berganti, para anggota dewan yang harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lalu dengan tergopoh-gopoh, mereka terlihat keluar dari gedung KPK dengan mengenakan rompi oranye.




Ckckckkk, sungguh menyedihkan. Kala mendapati lembaga perwakilan rakyat, ternyata dipenuhi segala intrik rasuah dan gratifikasi. Lembaga yang harusnya mewakili suara rakyat untuk berbagai kepentingan, ternyata tidak lebih sekadar ladang untuk mencari uang dan prestise belaka.
Oleh sebab itu, tak heran jika rakyat merasa antipati dengan para anggota dewan. Karena barangkali, keberadaan para anggota DPR ini tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan. Ahh, ini hanyalah opiniku saja. Entah bagaimana dengan kamu.
Aku masih berharap. Semoga para anggota dewan masih sanggup melakukan tugasnya. Menjalankan sejumlah amanah dari masyarakat, yang telah memberikan suaranya kepada mereka. Semoga lembaga DPR masih bisa dipercaya.
Tetapi, harapanku ini harus kembali memudar. Bagaimana tidak…? Baru saja tersiar kabar dari KPK, bahwa ada lagi anggota DPR yang tersangkut kasus korupsi. Dan kali ini tidak main-main. Yang disangka telah terlibat tindak pidana korupsi adalah Taufik Kurniawan.
Zainudin Hasan (pelitaekspres.com), Zumi Zola (tempo.co), dan Taufik Kurniawan (kabarpolisi.com). Kader-kader PAN yang tersangkut korupsi. Kolase by me.

Sadarkah kamu, siapa Taufik Kurniawan ini…? Dia adalah wakil ketua DPR. Aku ulangi, WAKIL KETUA DPR! Huufftt…, bisa kau bayangkan? Seperti apa citra lembaga DPR saat ini?! Haduuhh.
Hhmm, bagaimana bisa, seorang wakil ketua DPR diduga terlibat korupsi? Apa sih, yang ada di benak Pak Taufik itu? Hingga rela terlibat dalam kasus rasuah, yang nyata-nyata bisa mempertaruhkan posisinya sebagai wakil ketua DPR…?!
Ya, hari Selasa, 30 Oktober kemarin, wakil ketua KPK Basaria Panjaitan, mengumumkan bahwa Taufik Kurniawan diduga terlibat dalam kasus korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kebumen, Jawa Tengah.
Screenshot dari news.detik.com

Well, ngomongin Taufik Kurniawan, mungkin ia memang tak begitu populer. Politisi ini barangkali bukanlah figur yang menjadi media darling. Statusnya sebagai wakil ketua DPR memang mentereng. Tetapi ‘suara’-nya kalah terdengar, apabila dibandingkan dengan pucuk pimpinan lainnya macam Fadli Zon dan Fahri Hamzah.
Meski begitu, Taufik tetaplah wakil ketua DPR. Dan pria ini berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN). Status tersangka yang mendera Taufik Kurniawan ini, tentu saja mencoreng lembaga DPR.
Citra DPR sudah amat minus, tatkala sejumlah perbuatan sang ketua―Setya Novanto―mengemuka. Seperti skandal #papamintasaham atau ‘kecelakaan’ yang melibatkan tiang listrik.
Belum lagi berbagai kontroversi yang ditiupkan duo F. Fahri Hamzah dan Fadli Zon, dua wakil ketua DPR yang sering menjadi bahan cercaan publik. Lantaran berbagai pernyataan yang ‘menyerang’ pemerintah. Bahkan kadangkala, mereka nyinyir kepada Presiden Jokowi secara pribadi.
Dan sekarang, bersiaplah untuk drama terbaru dari pimpinan DPR. Taufik Kurniawan sudah dijadikan tersangka kasus korupsi. Mari kita tunggu, seperti apa jalannya kasus yang menimpa kader PAN tersebut. Apakah Taufik akan mundur dari jabatannya sebagai wakil ketua dewan…? Kita tunggu saja.




Bupati, Gubernur, dan Wakil Ketua DPR dari PAN Jadi Tersangka Korupsi
Yah, tidak bisa dipungkiri. Nyaris tidak ada satu pun partai politik di negeri ini, yang bersih dari keterlibatan dalam kasus korupsi. Semua parpol sudah pernah ‘menyumbangkan’ kader-kadernya, untuk menjadi pesakitan KPK.
Penetapan tersangka korupsi yang disematkan kepada Taufik Kurniawan, sontak membuatku teringat dengan sejumlah politisi PAN lainnya. Perhatian pertamaku tentu saja tertuju kepada gubernur Jambi nonaktif, Zumi Zola.
Hhmm, Zumi Zola. Gubernur yang pernah berprofesi sebagai aktor itu, memang merupakan salah satu kader PAN. Sepanjang tahun 2018 ini, sosoknya cukup mengemuka. Namun sayangnya, bukan kabar gembira atau prestasi yang membuatnya menjadi sorotan.
Yang ada, Zumi Zola ditetapkan menjadi tersangka, atas kasus korupsi yang berkaitan dengan proyek infrastruktur di Jambi. Lelaki ini juga tersangkut kasus pengesahan APBD provinsi Jambi. Ia diduga menyuap para anggota DPRD agar menyetujui rancangan APBD tersebut (sumber).
Tidak hanya Zumi Zola. Ingatanku juga tertuju kepada Zainudin Hasan. Kamu masih ingat dengannya…? Kalau lupa, silakan baca di sini. Yang jelas, pria ini merupakan adik dari ketua MPR sekaligus ketua umum PAN, Zulkifli Hasan.
Berbicara soal PAN, tentu otak kita akan terpikir sosok Amien Rais. Ya, Amien Rais. Pria (durjana) yang melahirkan PAN di masa awal reformasi. Inilah mengapa, aku memberi judul artikel ini dengan ungkapan hattrick.
Bagaimana tidak hattrick…? Dari contoh-contoh yang sudah aku uraikan di atas, sudah menjadi bukti otentik. Sebagai kepala daerah di tingkat 2, bupati yang diusung PAN menjadi tersangka korupsi. Contohnya adalah Zainudin Hasan.
Sementara di tingkat 1, Zumi Zola muncul sebagai gubernur yang tersangkut kasus korupsi. Dan baru saja, wakil ketua DPR dari PAN, juga menjadi tersangka kasus gratifikasi. Fiuuhh…, PAN. Riwayatmu kini.
Bisa jadi, kader-kader PAN yang tersangkut korupsi seperti ini, akan memberikan dampak yang signifikan terhadap elektabilitas PAN. Ingat, pemilu 2019 tak lama lagi. Jika image partai tercoreng lantaran ulah kader-kadernya, jangan salahkan rakyat ketika rakyat tak lagi mau memberikan suaranya.
Jadi, kita semua sebagai rakyat jelata harus smart. Pilihlah partai atau caleg yang mumpuni. Yang niat, dan yang punya integritas. Caranya…? Hehee, masih kupikirkan?!