Wednesday 7 November 2018

Dari Polemik ‘Tampang Boyolali’, Siapa yang Paling Diuntungkan?


Ketika berselancar di dunia maya, tak sengaja aku menemukan sebuah berita. Berita tersebut berjudul cukup mencolok: Prabowo Minta Maaf Soal ‘Tampang Boyolali’. Wow..., hanya dari membaca judulnya saja, aku sudah tertarik.
Berita ini berasal dari detik.com. Sebuah media online yang kredibilitasnya lumayan mumpuni. Spontan aku mengklik tautan beritanya. Dan kubaca sampai selesai. Hhmm, isinya nyaris sama seperti judulnya. Prabowo Subianto akhirnya menyampaikan permohonan maaf.
Prabowo Subianto. Pic source: online24jam.com

Ya, permintaan maaf. Atas gonjang-ganjing yang timbul lantaran pidatonya yang menyebut-nyebut daerah Boyolali. Permintaan maaf ini tertera dalam sebuah video yang diunggah oleh koordinator jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi―Dahnil Anzar Simanjuntak―melalui akun Instagram-nya.

By the way, kurasa kamu semua sudah tahu. Darimana asal muasal polemik terkait Boyolali, yang belakangan santer dibicarakan itu. Dalam sebuah pidato yang terjadi pada Selasa, 30 Oktober 2018 lalu, Prabowo melontarkan sebuah kalimat.
Kalimat tersebut mengandung kata-kata, yang bagi sebagian kalangan terasa kurang elok. Karena bisa jadi bernada merendahkan. Kata-kata itu adalah ‘tampang Boyolali’. Menurut Prabowo, saat ini sebagian besar rakyat Indonesia hidup dalam kondisi kesusahan. Ketimpangan terjadi dimana-mana. Khususnya menyangkut isu ekonomi.



Dalam pidato tersebut Prabowo mengggambarkan, bahkan untuk memasuki bangunan hotel mewah pun, sebagian besar masyarakat bakalan diusir. Diusir lantaran memiliki keadaan yang ‘tidak meyakinkan’. Yang diwakili oleh penampakan wajah.
Dari ilustrasi ini, capres nomer urut dua itu lantas menambahkan ungkapan ‘tampang Boyolali’, diakhir-akhir kalimatnya. Rangkaian kalimat ini kemudian diinterpretasikan sebagai ungkapan, bahwa kalangan minus yang dimaksud oleh Prabowo tersebut, mempunyai tampang seperti orang-orang Boyolali. Karena lokasi pidato Prabowo kebetulan memang berada di kabupaten Boyolali.
Inilah yang kemudian memicu reaksi dari berbagai kalangan. Khususnya dari warga Boyolali sendiri. Respons-respons miring tersebut, diantaranya merasa tidak terima dengan pelabelan yang diberikan oleh Prabowo. Orang-orang yang merasa memiliki ‘identitas’ Boyolali di dalam dirinya, spontan bereaksi keras atas pernyataan Prabowo itu.
Kecaman pun mengalir deras kepada Prabowo. Bahkan puncaknya, terdapat aksi demonstrasi yang dilakukan oleh warga Boyolali pada hari Minggu, 4 November kemarin. Aksi ini pada intinya bertujuan untuk menanggapi pidato Prabowo, yang menyebut-nyebut soal tampang orang Boyolali.
Screenshot dari news.detik.com

Prabowo pun menyampaikan permohonan maaf, jika dirasa telah menyinggung perasaan masyarakat Boyolali. Dalam video permintaan maafnya, pria ini menjelaskan. Bahwa dirinya sama sekali tidak mempunyai niat untuk melecehkan warga Boyolali.
Ungkapan yang membawa-bawa raut muka alias tampang, hanyalah sekadar guyonan. Agar pidatonya tidak terasa garing. Hhmm, mungkin ungkapan soal ‘tampang Boyolali’ tidak akan menjadi polemik. Jika bukan Prabowo yang mengucapkannya. Tetapi karena Prabowo yang kadung melontarkannya, maka urusannya menjadi panjang.
Yah, nasib. Statusnya yang menjadi salah satu capres pada pemilu 2019, membuat segala pernyataan Prabowo otomatis terasa ‘istimewa’. Maksudnya, apa pun yang terucap dari bibirnya akan dikulik habis-habisan.
Mending jika pernyataan tersebut bernada positif. Nah, kalau bernada negatif, maka bersiaplah untuk menuai cibiran dan protes dari masyarakat. Seperti fenomena soal tampang Boyolali yang sedang panas saat ini.
Apakah terdapat upaya politisasi di dalam kegaduhan ‘tampang Boyolali’ yang menimpa Prabowo? Mungkin saja. Karena tak bisa dipungkiri. Saat ini sedang masanya kampanye pemilu. Semua peristiwa bakal disangkut-pautkan dengan urusan politik kekuasaan.
Prabowo yang ‘keseleo’ lidah soal tampang Boyolali, tak pelak menjadi bahan bully-an bagi para pembencinya. Ungkapan tersebut dianggap menambah daftar pernyataan-pernyataan Prabowo, yang terkesan asbun alias asal bunyi.
Bagaimana tidak asbun…? Prabowo seharusnya dapat mengira-ngira. Apakah kalimat-kalimat yang terlontar dari mulutnya, itu bisa menjadi kontroversi atau tidak. Diksi-diksi yang dipilihnya, itu berpotensi sensitif atau tidak. Seharusnya seorang calon presiden harus mulai menata penyampaian komunikasinya, agar tidak menjadi blunder.



Namun aku jadi curiga. Apakah pihak Prabowo benar-benar dirugikan atas polemik tampang Boyolali? Hmm, kukira belum tentu. Hei hei…, bisa jadi, kubu oposisi malah sedang ‘menikmati’ kegaduhan yang masih menghangat ini.
Lihatlah. Setelah bertahan hampir sepekan, akhirnya Prabowo melontarkan permintaan maaf. Hal ini mungkin dapat memicu citra positif di mata masyarakat. Prabowo mau meminta maaf. Seperti yang pernah dilakukannya pada kasus hoax Ratna Sarumpaet.
Karena ungkapan soal tampang yang dianggap menghina warga Boyolali, spontan memicu reaksi dari kepala daerahnya. Dalam sebuah kesempatan, bupati Boyolali, Seno Samodro, dituduh telah melontarkan kata-kata yang kasar, yang dialamatkan kepada Prabowo.
Bahkan sudah ada pelaporan yang dilakukan simpatisan kubu oposisi, atas dugaan penghinaan yang dilontarkan bupati Boyolali tersebut. Patut digarisbawahi, Seno Samodro merupakan kader PDI Perjuangan. Nah kan, kubu Prabowo malah ‘di atas angin’.
Jadi kukira, kubu Prabowo pun sepertinya ‘menyambut’ isu ini dengan gempita. Karena polemik yang muncul tak lagi sekadar tampang Boyolali. Melainkan muncul isu baru soal pernyataan kurang santun dari seorang kepala daerah. Sehingga isu yang mengemuka kemudian bukanlah kalimat Prabowo lagi. Namun malah Seno Samodro yang dituding merendahkan Prabowo.
Well, siapa yang sebenarnya paling diuntungkan dari merebaknya isu-isu ini? Apakah kubu petahana? Atau malah kubu Prabowo? Ckckckkk, aku puyeng dibuatnya. Kadang idiom senjata makan tuan itu memang benar adanya.
Yah, semoga polemik soal tampang Boyolali segera berlalu. Akan lebih baik untuk menghindari isu-isu yang menyentuh ranah sensitif, seperti kesukuan atau kedaerahan seperti itu. 
Oh ya. Nilai positifnya, kabupaten Boyolali sontak menjadi perhatian seantero negeri. Hal ini tentu perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Agar peak moment ini tidak berlalu dengan sia-sia. Masyarakat Boyolali harus bisa memanfaatkan saat ini, untuk lebih memperkenalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah. Salah satu yang menonjol, adalah penghasil susu sapi.



No comments:

Post a Comment