Dua pekan
yang lalu, seratus hari sudah, Ibuku berpulang. Kau tahu, kadang aku masih suka
diam sejenak. Menerawang, dan bertanya dalam hati. Benarkah ibuk telah tiada? Ya,
sepertinya memang benar.
Kutengok
ponselku. Kubuka whatsapp. Aku memasang nomer Ibuk sebagai salah satu
kontak yang ku-pin. Dan, chat Ibuk tak pernah bergerak lagi. Buk, aku
kangen. Saat Ibuk masih ada, beliau adalah orang yang paling getol menghampiri
whatsapp-ku. Bertanya sudah sarapankah? Siang makan apa? Sudah pulang
kantorkah? Malam lauk apa? Hujan di Bukittinggi?
Aku harus mulai membiasakan diri. Bahwa chat-chat itu takkan pernah ada lagi. Nomer whatsapp Ibuk masih tetap ku-pin. Kadang jika ada orang yang menyakitiku, kubuka chat Ibuk. Kubaca-baca kalimat-kalimat sederhana dari beliau, yang bisa menguatkanku. Ahh Ibuk, aku kangen.