Wednesday 21 October 2020

Menurutmu, Gimana Kans Partai Ummat Bikinan Amien Rais…?

Saat ini, isu yang paling hangat disekitar kita adalah Undang-undang Cipta Kerja Omnibus Law. Tapi maaf, aku tidak akan membahas polemik soal Undang-undang ini. Aku merasa bukan kapasitasku untuk ikut-ikutan membahasnya. Daripada salah dan jatuhnya jadi sok tahu, mending aku membicarakan hal lainnya, hehe.

Yapp…, seperti judul yang sudah kububuhkan diatas. Aku lebih tertarik untuk membahas Amien Rais. Lelaki asal Yogyakarta ini, kita ketahui merupakan salah satu tokoh yang berada di sisi oposisi. Oposisi bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Acapkali, Amien Rais berseberangan dengan nyaris segala kebijakan yang dikeluarkan Jokowi sebagai kepala pemerintahan.

Namun karena Indonesia adalah negara demokrasi, apa yang ditunjukkan Pak Amien ini wajar saja. Setiap warganegara berhak mempunyai pandangan dan sikap atas apa pun, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan mengganggu kepentingan masyarakat. Apalagi Amien Rais adalah seorang politisi. Ketika dia memutuskan untuk menjadi oposan di masa Jokowi berkuasa, maka itu adalah haknya.

Bergulirnya Reformasi pada tahun 1998 telah melambungkan nama Amien Rais. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang berhasil memicu terjadinya reformasi, yang memaksa Presiden Soeharto meletakkan kekuasaan.

Di masa awal reformasi, Amien Rais menjelma menjadi politisi terkemuka. Tak sedikit yang menggadang-gadangnya sebagai kandidat presiden selanjutnya. Namun takdir berkata lain. Bukannya kursi RI-1 yang berhasil diraihnya. Pak Amien malah menduduki posisi sebagai Ketua MPR periode 1999-2004.

Sepak terjang Amien Rais tidak hanya di lembaga tinggi negara. Sejak bergulirnya reformasi, peluang untuk mendirikan partai politik baru amatlah terbuka lebar. Hal ini dimanfaatkan betul oleh Amien Rais. Beliau mendirikan sebuah partai politik yang dinamakan Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1998.

PAN memiliki logo bentuk matahari berwarna putih, dan menjadi salah satu partai yang cukup memiliki gaung di awal tahun 2000-an. Bagi sebagian orang, pendirian PAN merupakan salah satu upaya Amien Rais untuk merengkuh kekuasaan. Buktinya, PAN dengan percaya diri mencalonkan Amien Rais sebagai presiden dalam pemilihan presiden 2004.

Pada pilpres 2004 kala itu, tak sedikit yang menganggap Amien Rais adalah sosok yang ambisius. Dia dituding sudah berambisi menjadi RI-1 sejak pemilu 1999. Namun yang terjadi pada 1999, yang mulus melenggang menjadi presiden adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Di pilpres 2004 pun, Amien Rais harus puas berada di peringkat empat pada putaran pertama. Hal ini membuatnya harus out dari panggung pemilihan presiden. Dan di putaran kedua, Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai pemenang, mengalahkan Megawati yang kala itu sebagai petahana.

Usai gagal di pilpres 2004, Pak Amien tak pernah lagi muncul sebagai kandidat dalam pemilu. Popularitas PAN juga relatif menurun. Hal ini membuat Amien Rais tak mempunyai posisi tawar yang kuat untuk bertarung di pilpres 2009 mau pun 2014. Sementara PAN, menjelma menjadi partai medioker.

***

Kehidupan bak roda yang terus menggelinding. Selalu berputar berganti-ganti arah. Begitu juga relasi antara Amien Rais dan PAN. Semua orang tahu, PAN dideklarasikan oleh Amien Rais pasca Soeharto lengser. PAN mempunyai citra yang seringkali diasosiasikan dengan Amien Rais. Tetapi faktanya, PAN bukan cuma milik Amien Rais.

Bukti bahwa PAN tidak selalu ‘menuruti’ titah Amien Rais adalah saat pilpres 2014. Memang ketika kontestasi berlangsung, PAN memberikan dukungan kepada pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Namun pasca pilpres, PAN memberikan dukungan politik kepada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang keluar sebagai pemenang pilpres.

Atas keputusan PAN ini, tentu saja Amien Rais tidak begitu merestuinya. Hal ini lantaran dirinya konsisten mendukung Prabowo, dan tidak sedikit pun bersimpati kepada Jokowi.  

Tak disangka, hubungan Amien Rais dan PAN semakin lama semakin memburuk. Dan puncaknya, tatkala merasa sudah tidak sejalan dengan apa yang dicita-citakannya, Amien memilih mundur dari PAN. Ya, Pak Amien meninggalkan PAN yang telah dilahirkannya 22 tahun yang lalu.

Lantas, setelah tak lagi berada di PAN, apakah Amien Rais resmi hengkang dari dunia perpolitikan di tanah air…? Tentu saja tidak, hahaa. Setelah tak lagi ‘berkuasa’ di PAN, Amien mencoba membuat jalan baru untuk menyalurkan hasrat politiknya.

Apakah jalan baru yang dibuat oleh Amien Rais? Rupanya ia menciptakan sebuah partai politik baru. Parpol ini didirikan sebagai wahana untuk mewadahi aspirasi dan pilihan politiknya. Partai ini diberi nama Partai Ummat. Kamu bisa membuktikan informasi ini melalui akun instagram resmi Amien Rais di instagram.com/amienraisofficial.

Bagiku, keputusan Amien Rais untuk mendirikan Partai Ummat cukup menarik, terutama dari pemilihan nama. Jika dibandingkan dengan PAN yang lebih dulu dibidani oleh Amien, Partai Ummat terkesan eksklusif.

Promo Partai Ummat besutan Amien Rais. Pic source: instagram.com/amienraisofficial

 

Bagaimana tidak eksklusif…? Kata ‘ummat’ amat identik sebagai istilah bagi umat Islam. Berbeda dengan PAN yang memiliki kepanjangan Partai Amanat Nasional. PAN terkesan lebih luwes dan terbuka bagi banyak kalangan.

Meski pada kenyataannya, konstituen (anggota atau masyarakat pendukung partai politik) PAN banyak didominasi masyarakat penganut Islam, khususnya simpatisan organisasi Muhammadiyah.

Pemilihan kata ‘ummat’ sebagai titel parpol, mengindikasikan visi dan tujuan dari Partai Ummat itu sendiri. Bisa jadi, Partai Ummat menjadikan umat Islam sebagai target utama untuk dijadikan anggota dan simpatisan.

Hal ini wajar-wajar saja. Karena setiap parpol berhak menentukan arah dan jalan politiknya, dalam rangka memberikan sumbangsih kepada masyarakat, bangsa dan negara. Tinggal bagaimana respons dan penerimaan dari masyarakat. Apakah antusias dan bersimpati terhadap parpol bersangkutan. Atau malah cuek dan tidak peduli.

Menurutku, akan banyak simpatisan PAN yang melabuhkan pilihan politiknya kepada Partai Ummat. Karena Amien Rais mempunyai kadar ketokohan yang cukup mumpuni. Sebagai influencer di ranah politik, pria ini cukup memiliki kekuatan.

Oleh sebab itu, tatkala Amien Rais mendirikan sebuah partai baru dan menggaungkannya, hal ini mungkin dapat mempengaruhi sejumlah kalangan yang selama ini sangat loyal kepadanya. Seruan untuk bergabung dalam barisan Partai Ummat, barangkali akan menggoyang konstituen dari PAN.

Mari kita tunggu saja bagaimana kiprah dari Partai Ummat. Apakah akan identik dengan PAN? Atau ada ciri khas lain. Dan apakah ‘jualan politik’ Amien Rais ini akan laku…?


No comments:

Post a Comment