Saturday 12 September 2020

Kamu Masih Penasaran dengan Partai Baru Besutan Pak Amien Rais…?

Salah satu tujuan menulis adalah menyalurkan ide mau pun gagasan yang muncul di kepala. Dan ide atau gagasan itu terbit, diantaranya sebagai reaksi atas sebuah stimulus. Nah, stimulus yang kumaksud kali ini adalah pernyataan terbaru dari seorang pria tua. Pria tua itu bernama Amien. Amien…, siapa hayoo?

Okelah. Tak perlu banyak bermain kata-kata. Apalah aku ini. Aku cuma sisa jus sianida yang tak pandai bermain diksi. Pria tua yang kumaksud adalah Amien Rais. Seorang bapak yang konon berasal dari Yogyakarta, dan ramai dijuluki sebagai ‘Bapak Reformasi’. Bapak Reformasi…?! Oh really?

Aku tumbuh besar di zaman 1990-an. Masih segar di ingatanku. Saat aku SD, foto presiden yang terpampang diatas papan tulis adalah Pak Harto. Namun semuanya berubah drastis. Menjelang pergantian tahun ajaran baru, tepatnya di bulan Mei 1998. Sejumlah peristiwa memilukan terjadi di ibukota. Pun di beberapa kota lainnya.

Adalah kerusuhan dan penjarahan, seingatku waktu itu. Dan puncaknya, tiba-tiba Pak Harto memutuskan berhenti dari jabatannya sebagai presiden Indonesia. Ya, momen itu terjadi pada 21 Mei 1998. Sehari setelah peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

Kala itu aku hanya seorang murid SD yang belum tahu apa-apa. Yang aku tahu, zaman di Indonesia telah bergeser. Dari Orde Baru, ke zaman Reformasi. Ya, reformasi. Nyaris semua orang menggemakan reformasi. Indonesia telah memasuki era Reformasi…! Begitu yang kuingat kala itu.

Era reformasi itu, nyata-nyata membawa perubahan cukup besar bagiku. Yang paling simpel, foto presiden yang tergantung diatas papan tulis di sekolah, tak lagi Soeharto. Melainkan telah berubah menjadi Habibie. Tak hanya Pak Habibie yang kemudian aku sering mendapatinya di layar televisi cembung di rumahku. Ada pula beberapa tokoh lainnya yang berseliweran silih berganti.

Mulai dari Megawati, putrinya presiden pertama Soekarno. Lalu ada Yusril Ihza Mahendra. Terus ada Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dan…, seorang lelaki paruh baya yang bernama Amien Rais.

Amien Rais. Ya, Amien Rais. Sejak itu pemberitaan mengenai sosok Amien Rais mulai sering bermunculan. Apalagi setelah ia menjadi ketua MPR. Padahal, dengar-dengar sebenarnya jabatan yang diincar pria ini adalah presiden. Tetapi apa mau dikata. Yang menjadi presiden di tahun 1999 justru Gus Dur. Lantas dilanjutkan oleh Megawati di tahun 2001. Luar biasa memang negeriku Indonesia!

Apakah Amien Rais masih ingin menjadi presiden? Sepertinya iya! Terbukti dari usahanya yang menggandeng Siswono Yudhohusodo, untuk mengikuti kontes pilpres 2004. Namun, ia sepertinya memang tak ditakdirkan untuk menjadi orang nomer satu di negeri ini. Kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono yang justru keluar sebagai pemenang pilpres 2004.

Amien Rais. Pic source: detik.com

 

Inilah barangkali, yang membuat sang Bapak Reformasi mulai limbung. Tolong, maafkan pilihan kata-kataku yang mungkin menyinggung atau berlebihan. Namun memang seperti itulah kenyataannya. Bahkan di pilpres 2009 pun, Amien Rais tak lagi masuk dalam pusaran. Ia semakin jauh panggang dari api.

Bagaimana dengan sepak terjang Amien Rais di perhelatan pilpres selanjutnya? Di pilpres 2014, Amien kembali ‘memainkan’ tugasnya. Yakni ikut ‘meramaikan’ kontestasi pilpres. Bagaimana cara Amien meramaikannya…? Seperti biasa, pria ini bakal melahirkan berbagai pernyataan, yang kadang kontroversial. Kontroversial dan sebenarnya, nggak penting.

Pernah suatu kali, Amien melontarkan pernyataan. Bahwa pilpres 2014 adalah Perang Badar. Ia menggambarkan pertarungan antara Jokowi dan Prabowo, layaknya perang yang mempertemukan antara yang haq dan yang batil. Entah apa maksudnya…?!

Amien Rais adalah satu diantara tokoh-tokoh yang memilih untuk mendukung Prabowo di pilpres 2014 kemarin. Dan ketika Prabowo keok, selayaknya orang yang kalah perang. Amien kemudian mulai ‘meracau’. Mulai sering melontarkan kata-kata yang kurang berfaedah. Ini menurutku, ya! Sudut pandang setiap orang ‘kan beda-beda.

Barangkali Amien Rais tidak suka dengan Jokowi. Padahal Jokowi telah sah secara konstitusional menjadi presiden di negeri ini. Ketidaksukaannya itu, lantas diejawantahkan melalui berbagai sentilan dan pernyataan. Pernyataan yang kadang, tak konstruktif dan terkesan blunder sendiri.

PSI Usung Giring Jadi Capres 2024. Serius atau Gimmick...?

Lelaki ini pernah, gitu. Mau jalan kaki dari Jakarta ke Jogja, kalau Jokowi yang memenangi pilpres 2014. Dan tatkala hal ini menjadi kenyataan, eehh…, boro-boro mau melakukan nazarnya itu!

Di sepanjang pemerintahan Jokowi, Amien Rais tidak segan-segan melontarkan pernyataan menyindir. Menyindir dan destruktif sama sekali. Pria ini pernah ‘mengejek’ Jokowi sebagai presiden yang levelnya cuma sekelas lurah. Entah apa maksudmu Pak Tua…?!

Amien Rais juga sempat-sempatnya menyerang Jokowi, dengan menyebut Jokowi yang berupaya membagikan sertifikat tanah untuk rakyat, sebagai pengibulan. Si pak tua mungkin sudah mulai keblinger.

Menjelang pilpres 2019, Amien Rais pernah pula melontarkan pernyataan yang bagiku ambigu luar biasa. Ia menyebut, di Indonesia ini ada partai Allah, dan partai setan. Entah apa lagi tujuannya berkata seperti itu. Aku mulai muak dengan Bapak Reformasi ini…!

Padahal, Amien Rais tak menjadi presiden pun, ia sudah mendapatkan predikat yang terhormat. Ia ditahbiskan sebagai Bapak Reformasi. Lantaran upayanya untuk menggulingkan pemerintahan otoriter Soeharto. Namun kenyataannya, sepertinya lelaki ini sudah tak layak disematkan gelar tersebut. Mengingat berbagai pernyataannya yang justru tidak membangun sama sekali.

 

Penasaran dengan Partai Baru Besutan Amien Rais?

Bukan Amien Rais kalau tidak menghadirkan sensasi yang kadang begitu bombastis. Nggak percaya…? Kamu bisa lihat video terbaru dari official channel Youtube Amien Rais di sini.

Gimana? Sudah lihat videonya? Video yang kusematkan diatas berisi pernyataan Amien Rais soal wacana partai politik baru yang akan dibesutnya. Ya, sang Bapak Reformasi tak lagi berkeinginan untuk berkiprah di Partai Amanat Nasional (PAN).

Padahal seperti yang kita semua tahu, PAN adalah partai yang dilahirkan Amien Rais pada 1998. Bersama PKB, PAN adalah partai yang lahir di era reformasi, dan masih bertahan hingga sekarang.

PAN sudah identik dengan Amien Rais. Begitu juga sebaliknya. Ketokohan Amien Rais tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan PAN. Sebagai orang yang pernah menjadi petinggi organisasi Muhammadiyah, massa dari Muhammadiyah terbukti menjadi salah satu konstituen dari PAN. Dan hal ini tidak bisa dipungkiri lantaran figur Amien Rais.

Perubahan dalam internal sebuah partai politik adalah hal yang amat wajar. Begitu juga dengan yang terjadi pada PAN. Jika memang sudah tidak cocok, adalah hak Amien Rais untuk hengkang dari PAN.

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana perjalanan PAN tanpa sosok Amien Rais? Padahal PAN sudah amat identik dengan Amien Rais. Apakah PAN masih bisa eksis? Lalu bagaimana pula dengan partai baru yang akan dilahirkan Pak Amien?

Sekarang kita tunggu saja, kejutan dari Amien Rais. Apakah partai baru tersebut memiliki nuansa yang sama seperti PAN? Atau sama sekali baru? Dan siapa sajakah tokoh yang melipir ke partai barunya?              

 

No comments:

Post a Comment