Sunday 12 April 2020

Sesuatu yang Kudapatkan dari ‘Work From Home’


Salam jumpa semuanyaaa…! Uhh setelah beberapa purnama, akhirnya aku menyambangi blog ini lagi. Satu artikel lagi yang berhasil kuunggah kali ini. Yah, cuma tulisan-tulisan nggak penting, yang sekadar menjadi wadahku untuk berekspresi. Menjadi momen untuk menyampaikan reaksi atas berbagai peristiwa, mau pun segala hal yang memantik pikiranku.
Aku sangat yakin. Mayoritas yang membaca tulisan ini adalah orang-orang Indonesia. Warga +62 yang mempunyai ciri dan karakteristiknya yang telah mendarah daging. Kalau begitu, aku ingin menyapa kalian sekali lagi!
Wahai para pembaca blogku, apa kabar…? Hmm, aku masih belum mendengar jawabanmu. Baiklah, aku tanya sekali lagi. APA KABARR…?! Are you okay? Situ masih hore…? Hahahahaaa.

Ok, berbicara soal kabar, ini tergantung dari sudut pandang kita masing-masing. Mau bahagia, mau sedih, mau murung, mau insecure, mau optimis, atau perasaan-perasaan lainnya. Diri kita masing-masing lah, yang memegang kendali atas berbagai perasaan yang hendak kita tunjukkan kepada orang lain di sekeliling kita.
Namun yang jelas, saat ini kita semua sedang merasakan hal yang sama. Wabah virus corona alias pandemi covid-19 telah menjadi headline di benak kita masing-masing. Covid-19 mau tak mau telah mengubah kehidupan kita. Setidaknya di masa yang sedang kita jalani sekarang.
Pic source: brilio.net

Oleh sebab itu, aku hanya ingin kembali berujar: PEOPLE, HOW’S YOUR FEELING…? How’s your feeling right now? Iyuuhh…, kurasa kalian akan menjawab campur aduk. Perasaan kalian sedang campur baur tak keruan.
Menjalani kehidupan ditengah wabah covid-19 seperti ini, barangkali kalian akan merasa parno alias paranoid. Mudah cemas, waswas, merasa terancam, dan perasaan insecure lainnya.
Hal ini wajar. Jujur, aku juga merasakan hal yang sama. Keberadaan dan penyebaran virus covid-19 telah mengubah hidupku hampir seratus delapan puluh derajat. Aku, dan kalian semua di masa sebelum hadirnya covid-19, barangkali tidak terlalu memusingkan soal higienitas dari sesuatu apa pun yang kita pegang sehari-hari.
Dulu, kita tak begitu memikirkan apakah benda-benda yang kita pegang keadaannya steril apa tidak. Namun sekarang, semuanya berubah. Masing-masing dari kita akan begitu waspada dengan benda-benda yang dipegang atau yang berada di sekitar.
Virus covid-19 nyata-nyata telah mengubah cara pandang dan kebiasaan kita akan kebersihan. Saat ini, sedikit-sedikit kita akan membasuh tangan dengan hand sanitizer. Setelah beraktivitas di luar rumah, sesampainya di rumah kita akan cepat-cepat mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pun segera mandi untuk membersihkan tubuh. Dan menanggalkan segala pakaian dan atribut yang baru saja dipakai di luar rumah.
Ya, semua dilakukan demi mencegah covid-19 agar jangan sampai dekat-dekat dengan diri kita masing-masing. Tidak hanya soal kebersihan. Anjuran social dan physical distancing mau tak mau membuat kita menjaga jarak dengan semua orang ketika berinteraksi. Ya, semua orang. Tanpa kecuali.
Fiuuhh… bagiku, wabah covid-19 telah merubah kehidupan manusia secara signifikan. Demi menekan penyebaran covid-19 yang masih masif, sejumlah negara menjalankan lockdown.
Bahkan di dalam negeri, pilihan lockdown ini juga diadopsi dengan menyesuaikan keadaan di masing-masing tempat atau daerah. Istilah kerennya yang sedang mengemuka adalah: Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Bagiku, tak pernah terbayang sama sekali. Bahwa di masa hidupku, aku akan mengalami pandemi seperti covid-19 ini. Seolah mimpi di siang bolong. Setiap orang sekarang saling menjaga jarak jika berpapasan. Tak ada lagi bersalaman tangan ketika bertemu. Tak ada lagi cipika-cipiki dengan sahabat atau handai taulan.
Ya, semua ini bagaikan mimpi. Namun aku berkali-kali menepuk pipiku sendiri. Dan berulangkali mencubiti tanganku sendiri. Aww…, sakit! Rasa sakit ini telah membuktikan, bahwa apa yang kualami ini memang benar adanya.
Dunia sedang dilanda pandemi. Dan pandemi ini telah merangsek dimana-mana. Telah bersifat global dan berpotensi memberikan impact negatif yang tidak main-main. Oh covid-19, kenapa kau semengerikan ini…?!
Semua orang tentu berharap, wabah covid-19 segera berlalu. Ya, seperti salah satu judul novel legendaris karya Marga T.: Badai Pasti Berlalu. Aku yakin, pendemi covid-19 akan segera menyelesaikan petualangannya.



Untuk itu, kita semua harus tetap konsisten. Konsisten untuk melakukan tindakan preventif apa pun, sesuai dengan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO).
Selain berikhtiar secara fisik, tak lupa selalu memanjatkan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena hanya dengan kuasa-Nya lah, kita semua mampu melewati masa-masa sulit akibat covid-19 ini. Yuk, jangan malas berdoa ya!

Sesuatu yang Kudapatkan dari ‘Work From Home’
Sesuai protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan social dan physical distancing. Kebijakan yang simpelnya perintah untuk ‘menjaga jarak’ ini adalah salah satu cara untuk menghindari kontak langsung dengan sesama manusia, yang notabene disinyalir sebagai jalan bagi virus covid-19 menyebar kesana kemari.
Tidak saja physical distancing. Ada pula kebijakan Work From Home (WFH). WFH atau bekerja dari rumah, ditujukan kepada segenap pegawai atau karyawan dari suatu instansi atau perusahaan.
WFH dijalankan agar sang karyawan tidak perlu keluar rumah dan berkeliaran di jalanan. Hal ini sejalan dengan konsep physical distancing untuk mengurangi potensi penyebaran virus, lantaran berkerumunnya orang-orang di titik tertentu, seperti stasiun kereta, halte angkutan, terminal bis, dan titik-titik rawan lainnya.
Dari artikel ini aku mengaku, aku termasuk kedalam golongan pegawai yang harus menjalani WFH. Dan di detik aku menulis artikel ini, sekira dua pekan aku telah menjalani WFH.
Huufft…, mungkin kalian mengira, bahwa WFH itu amat menyenangkan. Iya sih, ada sisi senangnya juga. Yaitu tak perlu capek-capek bangun pagi, mandi, dan kemudian bersegera berangkat ke kantor seperti dalam keadaan normal.
Tetapi harus kuakui, WFH yang kujalani sungguh menjemukan. Tak ada lagi internet gratis yang biasa kudapatkan dengan mudah seperti di kantor. Yang ada, aku harus siap sedia dengan kuota internet yang cukup. Karena setiap hari atasan selalu menagih-nagih pekerjaan yang telah dilakukan seharian (ehh curcol!).
Tak pernah terbayang sama sekali di benakku, bahwa di sepanjang karir kerjaku, aku bakal pernah merasakan yang namanya WFH. Kerja dari rumah. Memang patut kuakui. Pandemi covid-19 nyata-nyata telah merubah kehidupan nyaris setiap orang di muka bumi ini. Ya setidaknya bagi karyawan macam diriku ini.
Namun fase WFH yang sedang kujalani ini tidak melulu menyedihkan. Anjuran untuk menghabiskan waktu di rumah saja untuk menghindari penyebaran virus corona, membuatku menjadi lebih berhari-hati soal makanan yang kujejalkan dalam perutku.
Akhirnya mau tak mau, aku mencoba memasak sendiri. Mengolah bahan makanan sendiri. Hidupku yang masih berada di rumah kost dengan tidak adanya dapur yang memadai, membuatku lebih nyaman untuk beraktivitas cukup di dalam kamarku saja.
Pic source: pribadi
Untuk itu, kumanfaatkan betul magicom yang kumiliki. Magicom yang biasanya cuma kugunakan untuk menanak nasi, sekarang penggunaannya menjadi lebih berwarna. Aku jadi belajar untuk mengukus makanan, dengan magicom ajaib tersebut! Hahaa…
Pic source: pribadi
Yah, lantaran covid-19 ini, aku memperoleh pengalaman baru. Hikmahnya, lauk paukku sering menjadi menu kukusan. Makanan gorengan yang biasanya mendominasi mulutku, praktis berkurang drastis jumlahnya. Dan kurasa, aku harus sangat bersyukur dengan keadaan ini.
Pic source: pribadi
Last, semoga pandemi covid-19 segera berakhir. Semoga peneliti segera menemukan vaksin untuk melawan virus tersebut. Ya Allah, kabulkanlah.     

No comments:

Post a Comment