Thursday 3 June 2010

Antara Mavi Marmara, Teroris, dan Aku

Rasanya gatal sekali jari-jariku ini. Sehingga menuntunku untuk kembali, nulisssss!!!!!! Kali ini adalah murni opiniku. Pendapatku. Seputar sebuah peristiwa aktual yang bagiku sangat mengoyak sisi dramatis dalam diriku. Mungkin peristiwa ini sedang menjadi bahan pergunjingan di seantero jagat raya. Atau mungkin, hanya media massa saja yang membesar-besarkannya.
Terlepas dari peran media, nampaknya misi kemanusiaan yang bernama Flotilla Free for Gaza, menjadi sesuatu yang cukup menarik perhatian saat ini. Ehhmmm... atau jangan-jangan, sebenarnya tragedi yang menimpa sebuah kapal laut yang bernama Mavi Marmara ini, cuma ramai di media??? Sementara banyak orang sebenarnya tak peduli, dengan apa yang telah terjadi di lepas pantai Gaza itu.
Entahlah. Yang pasti segala macam rasa sedang berperang di benakku. Antara marah, kepada Israel yang terus saja tanpa merasa bersalah sedikitpun, membombardir siapapun yang ingin menganggu “kedaulatan” mereka atas nasib orang Palestina. Mungkin juga khawatir, karena dari sekian relawan yang ingin menolong rakyat Gaza lewat Mavi Marmara itu, adalah warga negara Indonesia. Saudara sebangsa setanah air.
Tetapi juga skeptis.



Ya. Ragu-ragu. Akan kesungguhan warga dunia untuk mengakhiri konflik klasik antara Palestina-Israel. Terlebih kepada pemerintah Indonesia yang sedang berkuasa sekarang. Apakah masih mempunyai keberanian untuk benar-benar mengimplementasikan politik luar negeri “bebas aktif”. Aktif untuk turut menuju perdamaian dunia yang stabil. Dan itu artinya segera turun tangan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Serta memberi sangksi tegas kepada Israel, yang dengan jelas telah melancarkan kolonialisasi baru di abad modern seperti sekarang.
***
Antara Mavi Marmara, Teroris, dan Aku. Itulah judul yang kuberikan untuk tulisanku kali ini. Inti dari peristiwa Mavi Marmara adalah: segenap relawan kemanusiaan dari berbagai negara. Mereka berkumpul untuk berusaha menembus blokade Israel atas wilayah Jalur Gaza. Berusaha untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada segenap rakyat Gaza yang terkungkung setidaknya sejak Januari 2009.
Gerakan para relawan pemberani ini tidak membawa nama negara. Mereka murni bergerak atas nama humanity. Berasal dari lembaga swadaya masyarakat. Bersifat non government organization. Mereka lantang maju ke garda terdepan. Di saat pemerintah-pemerintah resmi yang sedang berada di istana, tak secuil pun mengambil inisiatif. Mengambil tindakan untuk pemberian bantuan kemanusiaan yang konkret kepada Palestina.
Berdasar kabar yang beredar, pasukan Israel menyerang kapal Mavi Marmara. Kapal yang mengangkut para relawan ini yang hendak menuju Gaza. Beserta barang-barang untuk misi kemanusiaan. Entah apa yang mengusik Israel, sehingga pasukan zionis laknat ini menyerang kapal tanpa senjata itu, di perairan internasional!!!
Jatuhlah korban pada peristiwa 31 Mei 2010, yang mungkin sebentar lagi akan akrab disebut sebagai tragedi “black monday” tersebut. Bagiku, mereka yang tewas dalam penyergapan biadab itu, adalah mati syahid. Mereka mangkat dengan mulia. Karena mereka sedang berusaha untuk menolong saudara sesama manusia, di saat terakhir dalam hidupnya.
Sementara bagi relawan yang tewas, yang beragama Islam, mereka sungguh mati dalam keadaan syahid. Mereka meninggal ditengah usaha menjunjung jalan Allah SWT. Apalagi yang mereka hadapi adalah, cecunguk-cecunguk yahudi-zionis yang merupakan musuh paling nyata bagi umat Islam. Salut buat mereka.
Lalu....
Apa hubungannya dengan teroris???
Teroris yang kusebutkan di sini memiliki konteks, gerakan-gerakan di tanah air yang bergerak di bawah tanah (underground). Yang mekanisme kerjanya mendekati dan memengaruhi orang-orang awam, dan mempersuasi mereka untuk membenci negara Indonesia dengan dasar Pancasila. Lalu mengarahkan mereka untuk merampok. Yaaa... merampok harta benda orang-orang yang tak bersalah.
Kemudian harta itu digunakan untuk biaya operasionalisasi setiap aktivitas mereka. Yang tak jauh-jauh dari mengimpor bahan kimia, dan merakitnya menjadi bom-bom yang mematikan. Dan klise. Diledakkan di tengah orang-orang yang tentunya tidak bersalah. Konyol. Dengar???!!! Konyolllllllllllll!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Konyol. Tolol. Bodoh. Stupid. Entah kata cacian apa lagi yang pantas buat mereka. Mereka yang begitu tega meledakkan bom di dalam negeri sendiri, Indonesia. Teroris. Ya, para teroris itu bisanya hanya mengebomi negeri sendiri. Mengebomi obyek-obyek “vital”, menurut pemahaman mereka.
Hanya satu anggapanku buat para teroris itu: BANCI!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ya, banci. Beraninya cuma berbuat onar di negeri sendiri. Kalau berani dan benar-benar berjiwa mujahid, contohlah para relawan kemanusiaan Flotilla itu!!! Para relawan itu, itulah para mujahid sejati. Berani menghadapi hadangan cecunguk Israel di depan mata. Nyawa taruhannya. Dan tragedi di akhir bulan Mei 2010 itu, menjadi buktinya.
Bukannya malah mengebom hotel, restoran, jalan raya, atau malah ngebom pantai. Banci!!!!!!!!!!!!!!!!
Kalau berani, jadilah relawan seperti lewat Mavi Marmara ini. Mati karena menghadapi Israel tentulah lebih gentle. Daripada mati disergap Densus 88. Gak level!!!
Kalau mau jadi “pengantin bom”, pergilah ke Israel sana!!!
Emang para teroris itu benar-benar pengantin yaaa.....?!! Namanya juga pengantin, ya mesti pengen bulan madu. Makanya bomnya diledakkan di surga dunia, Bali. Atau di hotel-hotel high class di Jakarta. Bah!!! Cuiihhh....
Kembali kepada diriku. Inilah aku. Seorang mahasiswa biasa saja. Yang tentu saja belum memiliki power untuk sekadar berpendapat dan didengarkan. Sehingga pelampiasan passion ini... hanyalah dengan menulis.
Termasuk, aku juga ingin menjelaskan. Aku belum mempunyai nyali yang besar seperti mereka: para relawan yang dengan gagah berani melanglang buana ke negeri antah berantah Israel-Palestina.
Sementara aku di sini, masih duduk manis di depan televisi. Melihat berita pembebasan relawan WNI yang dideportasi oleh Israel untuk pulang ke tanah air. Dan sesekali, aku juga berteriak. Meski mungkin... teriakanku ini tak ada yang mendengar. Tetangga yang mendengar pun, bisa dipastikan tak akan menggubris sama sekali.
Dan akupun cuma bisa menulis.... untuk menuntaskan amarahku kepada Israel, dan para teroris yang masih main kucing-kucingan dengan Densus 88. Hidup menulis!!!!!!!!!

No comments:

Post a Comment