Monday 29 March 2010

Pantaskah Aku Mengeluh?

Entah dari mana aku memulainya. Namun yang jelas, aku cuma ingin mengabadikan apa-apa yang baru saja kualami. Sebuah, atau bahkan beberapa pengalaman sekaligus telah aku alami. Begitu terkesannya aku akan pengalaman ini, sehingga membuatku tergerak untuk menuliskannya. Tentunya dengan bahasaku sendiri. Karena aku yakin, setiap orang mempunyai kemampuannya masing-masing. Setiap individu memiliki karakternya masing-masing. Aku yakin akan hal itu. 

Baru saja aku merampungkan membaca buku, yang menurutku adalah salah satu buku yang paling menarik yang pernah kubaca. Buku ini bukan fiksi. Bukan novel. Atau bahkan buku tentang komunikasi yang “harus” kulahap untuk menunjang studi sarjanaku. Melainkan sebuah buku perjalanan singkat salah seorang public figure di Indonesia. 

That’s right. Berjudul: Pantaskah Aku Mengeluh… 

Buku ini ditulis oleh Nadine Chandrawinata. Dia adalah Putri Indonesia 2005. Sederhana, tetapi mengena. Itulah opiniku seusai membaca buku yang tak seberapa tebal ini. Nadine berusaha menceritakan dengan sejujurnya, bagaimana aktivitasnya selama setahun bergelar Putri Indonesia. Hingga hiruk-pikuk serta kontroversinya terkait keikutsertaan di Miss Universe 2006.


Haahhh… aku cukup terkesan dengan penuturan Nadine lewat buku inspiratif ini. Aku jadi menengok ke belakang sejenak. Mengingat satu pengalaman, yang aku alami tidak lama sebelum aku membaca buku milik Nadine tersebut.

Sebagai pembuka… kupikir tak jauh-jauh lah, dari duniaku sebagai mahasiswa. Khususnya mahasiswa sebuah universitas negeri di kota dingin, Malang. Khususnya lagi sebagai salah satu mahasiswa yang beruntung menyandang gelar “mahasiswa komunikasi”. 

Namun yang jelas, ketika aku menjalankan pengalaman yang bagiku amat baru ini, aku telah berada di dekat persimpangan jalan yang tentunya rumit. Sebagai mahasiswa semester 8, secara natural aku “diwajibkan” untuk segera merampungkan tugas untuk memperoleh gelar sarjana. 

Nah, selayaknya mahasiswa angkatan 2006 lainnya, aku telah memprogram skripsi sebagai tugas pamungkas sebelum aku benar-benar layak menyandang gelar S1. Dengan hanya skripsi tanggungan di tangan, sudah pasti banyak waktu luang kumiliki. Tak ada salahnya untuk memulai mencari-cari, meraba-raba, jenis pekerjaan apa yang ingin kuraih kelak. 

Sampailah aku pada ingar-bingar pengumuman dari acara yang memeriahkan ulang tahun sebuah televisi swasta nasional di negeri ini. TV ONE, ya…. kurasa tv yang satu ini pantas disebut sebagai bayi ajaib. Berdiri pada 2008, sehingga di tahun 2010 ini tv one baru genap berusia 2 tahun. Layaknya seorang manusia, baru belajar berjalan dan belajar mengeja huruf-huruf dunia. 

Tetapi ada satu acara yang sangat menarik perhatianku. Bagiku, menjadi seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi adalah anugerah Allah SWT. Tak sembarang orang bisa berjodoh dan benar-benar “klik” dengan bidang studi yang satu ini. Aku beruntung, karena bisa menjadi bagian dari studi yang ternyata amat menarik dan penting untuk dikaji ini. 

Acara itu adalah AUDISI PRESENTER BERITA TV ONE. Wooww!!! Apa aku tak salah dengar? Apa aku tak salah baca? Rupanya tidak. Dan pengumuman ini memang benar adanya. Akan diadakan audisi presenter berita di 7 kota besar di Indonesia. 

Whuuaa….. aku harus bersiap, nih…??!!! 

Inilah yang kumaksud tak jauh-jauh dari dunia akademisku. Mengingat sebagai mahasiswa komunikasi, aku telah terbiasa untuk belajar dan mengaji tentang apa itu jurnalistik. Apa itu media massa. Apa itu komunikasi melalui media massa. Apa itu public speaking. Dan apa itu kegiatan penyiaran. I think… it’s my time!!! 

Adalah impian besarku untuk bisa bekerja menjadi seorang presenter televisi, khususnya anchor berita. Seperti para idolaku, IRA KOESNO, ARIEF SUDITOMO, RIKE AMRU, NAJWA SHIHAB, dan generasi tv one sekarang, TINA TALISA, INDY RAHMAWATI, ALFITO DEANNOVA, dan RAHMA SARITA. 

Kurasa, begitu berharganya pekerjaan yang mereka lakukan di depan layar kaca. Begitu cerdasnya… that’s great!!! 

Seorang teman tiba-tiba mengajakku untuk ikut serta di audisi yang tentunya berbeda dengan audisi macam Mamamia atau Indonesian Idol ini. Surabaya adalah kota terdekat yang bisa kami jangkau untuk mengikuti audisi yang amat menarik dimataku ini. Dan audisi di Surabaya dilaksanakan pada Senin, 15 Februari 2010. Tepatnya di gedung C FISIP, kampus B Universitas Airlangga. 

Aku begitu bersemangat untuk mengikutinya. Apalagi persyaratannya sangat mudah. Masih kuliah atau lulus S1 segala jurusan. Membawa curriculum vitae dan foto berwarna. Mengisi formulir pendaftaran. Serta camera face. Tunggu-tunggu… untuk syarat yang terakhir ini aku wallahu ‘alam deh… yang penting fight! 

Pengalaman memang amat berharga nilainya. Aku pernah membaca, jika engkau mendapati dirimu berada di depan dua tantangan yang berbeda, cobalah mengambil tantangan yang belum pernah kaucoba. Okelah kalau begitu. 

Teman yang mengajakku untuk pergi audisi ternyata di last minutes… berubah seratus delapan puluh derajat. Ia batal ikut serta karena ada tanggungan yang berhubungan dengan skripsinya. Sementara rekan-rekan yang lain sudah mati gaya duluan. Yang tidak camera face lah. Yang nggak percaya diri lah. Yang males sama panasnya Surabaya lah. Ohh… God… help me… 

Kupikir itu bukan alasan kuat untuk tidak mencoba. Ingat, nanti ketika sudah lulus kuliah dan dituntut untuk bekerja, sebagai job seeker, panas dan debu adalah teman. Mengantre adalah kawan. Dan confident and be yourself adalah sahabat. Semangat!!! 

Kepalang tanggung, aku berangkat ke Surabaya seorang diri. Ya, sendirian. Bersama tekad kuat dan keberanian. Senin pagi yang cukup dingin, tanggal 15 Februari 2010. Aku bangun jam 3 dinihari. Mempersiapkan diri. Sambil menunggu adzan Subuh, aku nge-print CV yang harus kubawa serta. 

I love you Mom, I love you Dad… 

Kedua orangtuaku cukup mendukung atas niat ikut audisi presenter tv one. Bahkan kata bapakku, siapa tahu roda nasibku sedang amat mujur. Segera kujawab singkat, aminnnnnn!!!!!!! 

Jam setengah 6 tepat, dengan perut kenyang karena sepiring nasi goreng, dan badan segar karena mandi yang terlalu pagi, aku diantar bapak ke terminal Arjosari. Sekian menit menunggu, akhirnya aku pergi ke Surabaya untuk menjemput impian. Semoga. 

Kebetulan aku memperoleh bus patas. Ber-AC bookk, dingin…!!! (ihh… norak) 

Banyak penumpang bus lainnya yang menutup panel AC diatasnya. Tetapi tidak bagiku. Hawa semriwing dari pendingin ruangan membuatku melupakan rasa gugup dan nervous. 

Sampailah di terminal Bungurasih. Aku segera menaiki kendaraan umum yang biasa kusebut dengan bison. Sengaja aku tak memilih bus kota karena menunggu sampai penumpangnya penuh pasti lebih lama. Sampai juga di terminal Joyoboyo. Dan kulanjutkan perjalanan dengan angkot line P. 

Setengah jam kemudian, sampailah di jalan Dharmawangsa. Kuturun dan menyeberang memasuki kampus B Unair. Di komplek gedung FISIP, sudah kutemui mobil dari kru tv one. Rasa deg-degan muncul tiba-tiba tanpa terkendali. Tak mungkin lagi untuk mundur. AKU HARUS MENGIKUTI AUDISI PRESENTER TV ONE. 

Kusiapkan segala peralatan yang dibutuhkan. Daftar riwayat hidup dan foto berwarna ukuran postcard. Mengisi formulir pendaftaran. Tetapi….. TIDAAAAKKKKKKK!!!!!!!! 

AKU LUPA TIDAK MEMBAWA SATUPUN PULPEN……!!!!!!!!!!!! 

Salahku, salahku. Aku mengumpat berkali-kali pada diriku sendiri. Ahh… jojo?!! Baiklah. Semoga ini bukan suatu pertanda buruk. Kuberanikan diri untuk meminjam pulpen ke sana-sini. Tentunya ke calon peserta lainnya. Itung-itung berkenalan dan mencari teman baru lah. 

Dapat. Segera kuisi formulir dan aku meminjam dengan ekspresi memelas, “boleh dipinjam sampai audisi selesai???”. Alhamdulillah. It’s okay. 

Mengantre beberapa saat. Dan aku mendapati diriku mulai dirasuki rasa minder. Kusadari calon peserta lainnya, setidaknya dari segi penampilan, jauuuhhhhhh dariku. Yang perempuan sudah berdandan bak benar-benar akan tampil di layar kaca. Sementara tak sedikit yang laki-laki sudah berpakaian lengkap dan berwibawa ala Tommy Tjokro atau Alfito Deannova. 

Sudahlah. Aku tak boleh minder. Belum juga berperang, sudah kalah duluan. Tidak boleh!!! Setelah mengantre untuk registrasi, tibalah giliranku. Nomer 098. Waoo….. padahal baru jam 9 pagi lebih sedikit, peserta sudah hampir mencapai 100 orang. Aku yakin masih banyak yang akan datang di belakangku. 

Sekitar jam setengah 11, penantian itu akhirnya tiba. Aku akan mengikuti sebuah audisi untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah hidupku. Memang audisi presenter berita ini tak memakan waktu yang cukup lama untuk tiap pesertanya. Singkatnya, tergantung dari petugas yang mewawancarainya. 

Asal engkau tahu teman, salah satu yang mengaudisi adalah Alfito Deannova. Sedikit aku berharap agar bisa diwawancarai olehnya. Sekadar berdiskusi ringan seputar pansus Century atau kontroversi terkait praktik nikah siri. 

Segala kemampuan kutumpahkan disini. Lewat audisi presenter berita ini. Termasuk kemampuan membaca berita televisi. Salah satu wawancaranya adalah siapa menteri komunikasi dan informatika sekarang? Kujawab lugas adalah Tifatul Sembiring. Sementara siapa menkominfo periode sebelumnya? Adalah M. Nuh. Sedangkan si M. Nuh ini sekarang menjabat apa? Kujawab menteri pendidikan nasional. 

Siiiipppp. Aku telah berusaha yang terbaik yang kubisa. Aku keluar ruang audisi dengan senyum kecil penuh rasa optimis. Cuma satu yang ada di pikiranku. Aku datang jauh-jauh dari Malang untuk menang. Ini adalah kompetisi bagiku. Hanya ada dua opsi. Menang atau kalah. 

Tibalah pukul 3 sore. Kami para peserta audisi presenter berita tv one kota Surabaya yang berjumlah 226 orang, dikumpulkan di aula gedung C lantai 3. Pengumuman siapa saja yang masuk ke dalam 20 besar akan segera dibacakan. Dan inilah yang aku suka dari tv one. Bentuk pengumuman bukan dibacakan langsung siapa saja 20 semifinalis itu. Melainkan dibacakan satu-satu untuk kemudian langsung menjalani tes selanjutnya. 

TES STAND UP. 

Tes stand up ini maksudnya, si peserta harus memeragakan dirinya seperti para reporter yang sedang melaporkan peristiwa secara live di lapangan. Termasuk kemungkinan berinteraksi dan berdialog dengan presenter yang ada di studio berita. Siiip daaahhhhh. 

Satu demi satu semifinalis maju kedepan. Satu yang mengagetkan sekaligus membanggakan adalah, Desa. Teman seangkatan komunikasi yang ternyata juga ikut audisi ini berhasil masuk 20 besar semifinalis. Congratulations Desa!!! 

Aku mengenal Desa cukup dekat. Dimulai ketika kami sama-sama menjadi panitia studi ekskursi jurusan komunikasi angkatan 2006 pada Juli 2008 silam. Dan pertemanan kami menjadi hangat karena kami mengambil peminatan yang sama, komunikasi massa. 

Aku masih harap-harap cemas untuk masuk ketahap berikutnya. Meski waktu sudah menjelang maghrib dan asaku perlahan memudar dengan majunya semifinalis ke-17 yang lagi-lagi bukan diriku. 

Pengumuman menusuk hati yang mungkin paling menusuk yang pernah kudengar selama ini. Pembawa acara mengatakan bahwa TIDAK ADA SEMIFINALIS KE 18, 19, DAN 20. KAMI HANYA MEMUTUSKAN 17 PESERTA YANG LAYAK MAJU KE TAHAP BERIKUTNYA. 

Sakiiiittttttttt hati ini rasanya mendengar pengumuman itu. Rasanya diriku langsung lemas di tempat duduk. Dimana kesalahanku? Kenapa aku tak diberi kesempatan untuk masuk? 

Seperti ini yaaa…… rasanya gagal audisi. Aku mengalaminya sendiri sekarang. Kecewa itu pasti. Namun tidak untuk menyesal. Meski aku sudah datang jauh-jauh naik kendaraan umum, masih banyak peserta lain yang datang dari kota di seantero Jawa Timur, yang lebih jauh dari Malang. Ya sudahlah. 

Pengalaman memang mahal harganya. Karena berharga itulah, pengalaman sangat pantang untuk dilupakan. Kata orang bijak, belajarlah dari pengalaman. Ya, aku akan dan harus belajar dari pengalaman. Semangat jojooooooooo!!!!!!!!!!!!!!!!! 

Setidaknya aku sudah mencoba. Pernah mengalami. Bertemu dengan Alfito Deannova, Rahma Sarita, dan segenap kru tv one yang kooperatif. Aku berusaha untuk berpikir positif. Mungkin Allah belum meridhoi aku masuk lebih jauh. Mungkin Dia berkehendak agar aku lulus kuliah terlebih dahulu. Barulah aku memasuki kawah candradimuka yang begitu kaya akan kejutan ini. Alhamdulillah. 

At least… aku sudah berani untuk pergi ke kota tetangga (baca: Surabaya) seorang diri. Berani, itulah kuncinya. Aku tak mau lama-lama dirundung kecewa dan sedih yang merongrong. Masih ada selembar sertifikat yang menghibur. Setidaknya ada hasilnya, jauh-jauh berangkat audisi ke Surabaya. 

Alhamdulillah. 

Pantaskah aku mengeluh? 

Padahal begitu banyak pengalaman yang kuterima dalam satu hari ini. Satu hari saja. Yakni Senin, 15 Februari 2010. Apalagi banyak teman baru yang kudapatkan. Bercengkerama dengan mereka walau barang sesaat, merupakan anugerah dan pengalaman berharga bagiku. Seperti yang kubaca di buku karya Nadine Chandrawinata, yang telah kujelaskan dimuka. SETIAP WAJAH SELALU MEMBAWA SATU CERITA. Dan aku meyakini akan hal itu. 

Terimakasih buat tv one. Terimakasih buat kedua orangtua. Terimakasih buat teman-teman di Malang yang secara tak langsung telah mendukung. Terimakasih buat rekan-rekan sesama peserta audisi. Terimakasih buat INDONESIA.

No comments:

Post a Comment