Novel Laskar Pelangi. Pic source: pinterest.com |
Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka,
Yogyakarta
Halaman : xi + 529 halaman
Kata orang, masa kanak-kanak adalah
masa yang paling menyenangkan. Kata orang juga, masa kecil seseorang beserta
segala hal yang terjadi di dalamnya, memberikan kontribusi yang besar dalam
membentuk mental dan pribadi seseorang tersebut.
Mungkin itu benar adanya, setidaknya
bisa kita tengok pada buku yang di sampul depannya tertulis Indonesia’s Most
Powerful Book, sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata.
Andrea Hirata mencoba menceritakan masa kecilnya dengan sangat indah dan
menarik dalam bentuk sebuah buku, lebih tepatnya novel.
Menghabiskan masa kecil dengan
bersekolah di sekolah Muhammadiyah, yang menurut Andrea adalah sekolah kampung
yang miskin dan sering diremehkan. Bahkan juga menurut Andrea, menghabiskan
waktu di gedung sekolah yang sangat memprihatinkan dan lebih mirip gudang
penyimpan kopra ini, tidak menyurutkan langkah para anggota Laskar Pelangi
untuk maju dan mencapai cita-citanya masing-masing.
Sebuah kisah yang unik, khas,
menggetarkan, dan terlebih jika boleh hiperbola adalah kisah yang
menginspirasi. Membaca Laskar Pelangi, seolah kita diajak untuk menjejaki tanah
Belitung yang kaya dengan sumber daya timahnya. Pesisir pantai dan gunung-gunung
di Belitung yang menjadi saksi berbagai peristiwa dan pengalaman seru
anggota-anggota Laskar Pelangi ketika masih berusia SD dan SMP.
Cerita dan peristiwa yang mengiringi
perjalanan anak-anak pulau di timur Sumatra, yang tidak menjadikan keterbatasan
dan kemiskinan sebagai penjara. Namun malah menjadikannya sebagai petualangan
yang mungkin tidak semua dari kita pernah mengalaminya.
Di novel ini, kita dapat mengetahui
bagaimana ketimpangan dalam dunia pendidikan. Sekolah swasta yang benar-benar
harus mandiri tanpa bantuan dari pemerintah. Namun disinilah kehebatan dari
kemandirian sekolah swasta yang dalam hal ini diwakili oleh sekolah
Muhammadiyah yang menjadi ladang ilmu bagi Laskar Pelangi.
Sosok guru yang menjadi seseorang
yang harusnya digugu dan ditiru dapat ditemukan pada tokoh Bu Mus yang menjadi
guru dari Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, dan anggota lain Laskar Pelangi. Ikal
sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah penulis dari novel tetralogi ini,
Andrea Hirata.
Pengalaman masa kecil yang ditulis
dengan bahasa yang cukup ringan. Apalagi di Laskar Pelangi, Andrea menuliskan
tentang petualangan cintanya sewaktu masih bau kencur. Ya, tokoh A Ling yang
hanya muncul di beberapa bab memang menjadi cinta pertama dari Andrea, begitu
tulisnya.
Membaca bagian ini, benak serasa
melayang melalui lorong waktu untuk mengingat-ingat kembali berbagai memori
manis dan lucu, ketika kita masing-masing masih kecil. Mengingat cinta monyet
yang kebanyakan memang datang menghampiri saat masih lugu-lugunya di bangku sekolah
dasar.
Bagaimana kelompok Laskar Pelangi
bertualang di hutan, sungai, bahkan ke gunung. Sebuah hal yang sepertinya
jarang ditemukan lagi pada generasi anak-anak Indonesia zaman sekarang. Mereka
lebih mengenal komputer, play station, video game, dan sejenisnya untuk bermain
melepas penat.
Kontradiktif dengan narasi dalam
Laskar Pelangi yang jauh lebih menunjukkan persaudaraan dan kebersamaan
antarsebaya. Misalnya ketika kelompok Laskar Pelangi kemah bersama saat liburan
tiba, atau sekadar duduk di bawah pohon filicium
yang menjadi tempat favorit bagi kelompok ini untuk rapat dan berkumpul.
Berbicara tentang pohon filicium,
nama ini hanya salah satu dari sekian banyak istilah asing yang mewakili
banyaknya tumbuhan dan binatang yang ditulis secara lengkap dan bergaris miring
oleh Andrea. Rupanya Andrea Hirata adalah sesosok yang sangat tertarik dan bisa
jadi amat paham dengan istilah-istilah yang sangat membumi di ranah biologi
tersebut.
Setidaknya ketika kita menikmati
Laskar Pelangi, kita dapat refresh kembali ingatan kita pada pelajaran biologi
yang telah kita lahap pada masa SD, SMP, dan SMA lampau. Salah satu hal yang
juga patut menjadi perenungan setelah membaca Laskar Pelangi adalah sekolah
memang hanya menjadi mediator dalam proses transaksi pelajaran. Berhasil
tidaknya kita di sekolah, tergantung masing-masing kita dalam berusaha dan
berjuang.
Buktinya pada tokoh Lintang, salah
satu sahabat Andrea, yang sangat jenius dan berhasil membawa sekolah
Muhammadiyah menjuarai lomba cerdas cermat dengan begitu fenomenal. Ternyata
power dari kesederhanaan dan ketekunan lagi-lagi ditunjukkan di dalam novel
laris ini.
Laskar Pelangi sepertinya memang
dibuat untuk bahan pembelajaran bagi kita tentang sweet memories from
childhood. Kenangan indah masa kecil yang masih alami dan tidak dibuat-buat.
Begitu polos dan cakrawala pengetahuan kita menjadi lebar karena secara tidak
langsung kita dapat mengetahui bahwa ada peradaban di bumi Belitung. Terlebih
di pulau itu, ada satu kelompok pada masa kecil yang menamakan dirinya Laskar
Pelangi, yang mempunyai kisah menggoda dan penuh hikmah.
Sebuah novel yang pas dibaca oleh
siapapun. Kisah yang universal namun sarat dengan budaya dan tradisi lokal yang
arif. Ternyata memang benar, masa kecil yang susah malah membuat seseorang
menjadi kuat di kala dewasanya. Mungkin pendapat ini bisa saja salah, tetapi
novel Laskar Pelangi telah menjadi bukti ampuh bagi Andrea Hirata, bahwa spirit
masa kecil dapat menghasilkan sebuah kekuatan untuk selangkah lebih maju.
Seperti disebutkan dalam novel ini,
Andrea ingin membangun kemampuan menulis yang dapat mendatangkan kemapanan.
Laskar Pelangi sedikit banyak telah membuktikannya.
bagus sih filmnya, meskipun aq blm baca novelnya
ReplyDeletekeep writing yap...
tetep eksis! :)
makasih ya ka...
ReplyDeletesmangat juga keep writing-nya...