Sunday 28 February 2021

Gubernur Jakarta: Jabatan Paling Seksi dengan Segudang Serba-serbi

 Hari ini adalah penghujung bulan Februari 2021. Sungguh tidak terasa, ya? Tahun 2021 sudah berjalan dua bulan. Dalam dua bulan ini, ada banyak sekali peristiwa. Salah satu peristiwa yang menonjol adalah upaya pemerintah untuk memulai program vaksinasi. Aku sungguh berharap, semoga vaksinasi ini berjalan lancar, terarah, merata, dan sesuai dengan harapan.

Oh ya. Di bulan Februari ini juga tersaji sebuah peristiwa. Peristiwa itu adalah bencana alam yang berupa banjir. Banjir, simpelnya adalah kejadian meluapnya sungai atau saluran air. Sehingga timbul genangan air di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Tempat itu misalnya adalah pemukiman warga.

Hhmm, jika kita terkena banjir tentu hidup kita akan amat terganggu. Genangan air yang seringnya kotor tersebut, sudah pasti sangat mengganggu kenyamanan hidup yang sudah biasa kita rasakan.

Ngomong-ngomong soal banjir, peristiwa banjir yang baru saja hits adalah banjir yang melanda ibukota Jakarta. Hhmm…, banjir dan Jakarta. Sepertinya dua kata ini amatlah berdekatan. Peristiwa banjir dan Kota Jakarta seolah sangat familiar, dan bukanlah sesuatu yang aneh lagi. Betul, nggak?

Bencana banjir seakan sudah menjadi langganan bagi segenap warga Jakarta. Apalagi di momen akhir atau awal tahun. Mengingat di waktu-waktu itu musim penghujan sedang menjalankan perannya dengan maksimal. Jadilah hujan deras sepanjang waktu. Dan airnya meluap-luap hingga ke pemukiman manusia.

Bagiku yang hanyalah pengamat awam ini, banjir di Jakarta adalah masalah klasik. Sebuah masalah yang ‘timbul-tenggelam’. Penanggulangan banjir di Ibukota biasanya akan menyoroti, bagaimana sang pemimpin dalam mengelolanya. Pemimpin yang dimaksud, tentu saja adalah DKI 1 alias Gubernur Jakarta.

Ketika terjadi peristiwa banjir, yang pertama disorot adalah Sang Gubernur. Gubernur Jakarta sudah pasti akan disalah-salahkan, terkait banjir yang sedang melanda. Bahkan di masa kini, linimasa media sosial menjadi tempat paling longgar untuk menyalurkan berbagai ekspresi dan unek-unek. Termasuk diantaranya adalah menyalah-nyalahkan pemimpin. Pemimpin yang dianggap tidak becus dalam mengurus suatu daerah.

Salah satunya adalah Gubernur DKI Jakarta. Lantaran saat ini Anies Baswedan adalah pemangku jabatan Gubernur Jakarta, maka dia seolah ketiban sampur. Selalu otomatis menjadi sosok yang paling dipersalahkan tatkala ada masalah yang terjadi di Ibukota. Seperti banjir yang barusan melanda sejumlah titik di DKI Jakarta, bulan Februari ini.

Dengan berbagai polemik yang menghantui, rasanya sungguh berat dalam mengemban amanah sebagai Gubernur di DKI Jakarta. Barangkali yang menyoroti bukan cuma warga Ibukota saja. Tetapi masyarakat se-Indonesia turut berkomentar dan bahkan turut menyudutkan Sang Gubernur Jakarta.

Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pic source: merdeka.com

 

Namun begitu, Gubernur Jakarta kurasa masih menjadi sebuah jabatan yang mentereng. Sebuah jabatan yang amatlah seksi. Seksi dan menarik, setidaknya bagi ‘orang daerah’. Tidak sedikit para politisi di daerah yang menjadikan jabatan Gubernur Jakarta sebagai impian utama. Impian yang perlu diperjuangkan.

Masa jabatan Anies Baswedan di Jakarta barangkali tinggal setahun saja, hingga 2022. Saat ini sudah mulai ramai digaung-gaungkan, siapa-siapa saja figur yang pantas menjadi kandidat DKI 1.

Nama-nama yang bermunculan seperti Tri Rismaharini, dan Gibran Rakabuming Raka. Dua nama ini adalah kader PDI Perjuangan. Sejujurnya, aku tak terlalu ambil pusing dengan peta politik di Ibukota Jakarta. Karena aku bukan warga di sana.

Namun mengikuti segala serba-serbi konstelasi politik di Jakarta amatlah menarik. Ingat, Presiden Jokowi unggul pada pilpres 2014 bisa jadi lantaran exposure yang luar biasa kala dirinya masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta mulai 2012 lalu.

Well, Gubernur Jakarta memang jabatan yang seksi. Seksi dengan segudang serba-serbinya. Setuju?  

No comments:

Post a Comment