Tuesday 8 December 2020

Menebak-nebak Apa yang Dipikirkan Pak Jokowi Saat Ini

Menjelang akhir tahun 2020, kita semua disuguhi sejumlah peristiwa yang luar biasa. November lalu, Rizieq Shihab yang kembali pulang dari Arab Saudi telah ‘menghentak’ seisi tanah air. Khususnya terkait keterlibatan Rizieq Shihab, yang disinyalir menimbulkan banyak keramaian dan menyalahi protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19.

Namun tidak hanya Rizieq Shihab yang mampu menarik perhatian kita semua. Kabar mengejutkan datang dari salah satu menteri di Kabinet Indonesia Maju. Kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo di periode kedua tersebut, terdiri dari sejumlah tokoh yang berasal dari partai politik.

Nah, kabar mengejutkan ini berasal dari Edhy Prabowo. Politisi Partai Gerindra ini diamanahi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk periode 2019-2024. Apa yang terjadi dengan Edhy…? Baru saja, pria ini ditangkap KPK.

Jika mendengar istilah KPK, kita semua akan berpikir soal korupsi. Ya, benar. Edhy Prabowo diduga tersangkut kasus tindak pidana korupsi (tipikor) yang santer terkait benih lobster.

Wooow…, ini sungguh luar biasa, sekaligus memprihatinkan. Edhy Prabowo menjadi menteri pertama di kabinet periode kedua Jokowi yang berurusan dengan KPK. Memprihatinkannya adalah, jabatan ini baru berumur setahun lebih sedikit. Istilahnya, Edhy baru seumur jagung menjadi menteri. Huufftt…

Hadirnya Edhy Prabowo sebagai Menteri KKP tentu saja dibandingkan dengan penjabat sebelumnya. Pada 2014 hingga 2019, Susi Pudjiastuti mengemban posisi Menteri KKP.

Ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa Bu Susi adalah sosok yang paling tepat untuk memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tidak sedikit yang menyayangkan keputusan Pak Jokowi yang ‘mendepak’ Bu Susi dari KKP.

Tetapi apa mau dikata, Jokowi telah memutuskan Edhy Prabowo diplot sebagai Menteri KKP. Keputusan ini sudah pasti ada risikonya. Dan risiko ini langsung terpampang nyata kala Edhy menjadi ‘korban’ dari Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK.

Belum usai masalah yang melanda Edhy Prabowo, kabinet Jokowi kembali memperoleh noktah hitam. Belum reda keterkejutan masyarakat atas ditangkapnya Edhy, ada lagi pembantu presiden yang menjadi pesakitan KPK.

Orang kedua yang berurusan dengan lembaga antirasuah adalah Menteri Sosial, Juliari Batubara. Dan kabar ini masih amat sangat hot. Fresh from the oven! Juliari menjadi tersangka KPK, pada Minggu, 6 Desember barusan.

Berita soal penangkapan Juliari Batubara sontak menjadi headline pekan ini. Bagaimana tidak…? Juliari disangka menyunat dana bantuan sosial terkait bencana Covid-19.

Waooww, apa yang terlintas di benakmu kala mendengar isu soal Juliari ini? Apabila kamu masih punya hati nurani, tentu kamu akan sangat marah mendengar kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh Menteri Sosial tersebut.

Apa ya, yang ada dibenaknya…? Bagaimana bisa dana sosial untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19, disunat sedemikian rupa?! Apakah nuraninya sudah mati rasa? Apakah dia tidak menyadari adanya hukum karma?

Fiuuhh… membicarakan tindak pidana korupsi memang tidak akan ada habisnya. Seperti tindak kejahatan lainnya, korupsi bisa terjadi karena adanya celah dan kesempatan. Namun yang menyedihkan, kenapa dana bantuan sosial untuk pemulihan akibat pandemi harus dikorupsi?

Bila terbukti bersalah, kelakuan dua menteri diatas sungguh telah mencoreng Jokowi. Citra dan kredibilitas pemerintahan Jokowi sedang diujung tanduk. Adanya dua menteri yang menjadi pesakitan KPK, bisa jadi menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap figur Jokowi sebagai pemimpin tertinggi di republik ini.

Majalah Time pernah menjadikan Jokowi sebagai cover. Pic source: time.com

 

Sebagai rakyat jelata, aku mencoba menebak-nebak. Apa yang ada di benak Pak Jokowi saat ini? Apakah dia kecewa atas tertangkapnya dua pembantunya? Apakah beliau marah? Apakah Jokowi menyesal telah memilih Edhy Prabowo dan Juliari Batubara…? Kurasa hanya beliau sendiri yang tahu.

Tidak bisa dinafikan, pilkada serentak 9 Desember 2020 juga menjad ajang pertaruhan citra Jokowi. Anak sulungnya, Gibran Rakabuming akan bertarung di pilkada Kota Solo. Sedangkan menantunya, Bobby Afif Nasution akan berjibaku di pilkada Kota Medan.

Keterlibatan dua orang terdekat ini, barangkali juga menjadi pikiran tersendiri bagi Pak Jokowi. Aku hanya berharap, Pak Jokowi tetap fokus dalam bekerja. Badai akan terus hadir dan menerpa. Tinggal bagaimana caranya untuk bertahan dan mengalahkan badai tersebut. Bukan begitu…?

 

No comments:

Post a Comment