Monday 10 November 2008

Demokrat VS Republik

Bila di dalam negeri kita dihiruk-pikukkan dengan berbagai kegiatan pilkada di daerah dan manuver-manuver oleh berbagai calon dan partai politik untuk menuju pemilu 2009, maka salah satu berita yang mencuat ke permukaan dan menjadi pembicaraan hangat dari luar negeri adalah rentetan proses pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang baru. Dua partai pada sistem politik di AS terlibat dalam pertarungan seru menjelang pilpres November mendatang. Mereka adalah Partai Republik yang untuk saat ini memegang tampuk kepemimpinan lewat tangan George W. Bush. Sedangkan yang kedua adalah Partai Demokrat.
Sebelum berbicara lebih mendalam tentang pilpres negara yang beribukota di Washington DC itu, terlebih dahulu kita dapat menganggap bahwa proses pilpres di AS yang memakan waktu cukup panjang ini adalah sebuah topik yang menarik untuk dikaji. Ditelaah dari sisi politik luar negeri maupun dari sisi sosial budaya. Pilpres di AS memang meliputi tahapan yang berliku-liku. Mulai dari pemilihan intern kandidat presiden dari masing-masing partai. Setelah setiap partai sudah punya jagoan, maka baru disusul pertandingan antara kedua calon tersebut untuk berusaha mencari simpati dan suara rakyat AS untuk memimpin selama empat tahun kedepan.

Di kubu Republik, pada pilpres 2008 ini telah mempunyai calon yang akan terjun. Dia adalah John McCain. McCain memperoleh kursi calon dari Republik tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama. Berbeda dengan kandidat presiden dari ranah Demokrat. Demokrat membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang Republik untuk memastikan calon presidennya. Hillary Clinton berjibaku untuk bersaing dengan Barack Obama dalam perebutan kandidat presiden dari Demokrat. Dan ternyata Barack Obamalah yang memenangkan pertarungan ini dan bersiap menjadi rival John McCain.
Tampilnya Obama pada percaturan politik di AS menjadi sebuah hal yang serasa istimewa. Obama yang bisa dikatakan berasal dari golongan muda dalam urusan politik (46 tahun), menjadi hal pertama yang membentuk daya tarik politiknya. Apalagi ia adalah calon presiden pertama yang memiliki keturunan “darah” yang bukan berasal dari ras yang selalu mendominasi pilpres AS. Padahal AS adalah negara yang sangat lantang menyuarakan penegakan HAM. Sehingga hal ini menjadi semacam sinyal untuk menunjukkan bahwa politik yang dibumbui faktor rasial di AS akan segera terdegradasi sedikit demi sedikit.
Dari segi politik luar negeri, pilpres AS yang mempertemukan Obama dan McCain ini amatlah penting. Mengingat AS sampai saat ini adalah negara adidaya yang memegang peranan cukup dominan di hampir setiap urusan internasional. Kebijakan pemimpin AS dapat menjadi pengaruh yang lumayan signifikan dalam berbagai polemik di belahan dunia manapun karena kuku-kuku tajam AS yang kuat menancapkan pengaruhnya di hampir seluruh sudut dunia.
Melihat dari visi dan misi yang diajukan, khususnya pada kebijakan luar negeri, maka publik dunia internasional lebih mengharapkan Obama tampil sebagai presiden AS daripada McCain. Dari satu masalah seperti tentang Irak contohnya. McCain dari Republik diindikasi akan meneruskan kebijakan Bush untuk tetap mempertahankan pasukan militer di Irak. Sedangkan Obama dari Demokrat berjanji akan menarik pasukan dari Irak dalam kurun 16 bulan sejak menjabat presiden. (Media Indonesia edisi siang, 5/6/2008)
Tampaknya pilpres di AS tersebut akan semakin menarik, mengingat sebentar lagi kedua calon akan menentukan pasangannya di pilpres nanti. Perhatian akan mengerucut pada siapa diantara Obama dan McCain yang akan menjadi penguasa The White House mulai 20 Januari 2009 nanti. Kita tunggu saja.
Dan ternyata, Obamalah sang presidennya...!!!

No comments:

Post a Comment