Wednesday 15 October 2008

"Ayat-Ayat Cinta" di Surabaya

Sengaja saya memberi judul diatas, sebagai "Ayat-Ayat Cinta" di Surabaya. Karena terus terang, saya adalah salah satu dari pengagum novel karya Habiburrahman El Shirazy itu. Saya juga cukup menyukai bentuk audio-visual alias filmnya, yang dibesut oleh Hanung Bramantyo. Namun, apa hubungan Ayat-Ayat Cinta dengan ibukota Jawa Timur tersebut?
Mungkin bagi Anda yang juga pengagum Ayat-Ayat Cinta, atau setidaknya pernah membaca novelnya, akan mengetahui kalau permulaan cerita Fahri di kota seribu menara itu diawali dengan setting yang menunjukkan bahwa Mesir sedang berada dalam musim panas. Pada bab pertama, judul yang dibuat Kang Abik adalah "Gadis Mesir yang bernama Maria". Di paragraf-paragraf awal, dipaparkan bila keadaan Cairo sedang panas-panasnya. Ya Allah... ingin rasanya mengunjungi kota yang dijuluki pusat peradaban Arab ini.

Di awal-awal kisah novel yang filmnya sangat booming pada awal 2008 ini, juga disebutkan bahwa suasana Cairo pada bulan Agustus itu sungguh seperti menguapkan bau neraka. Udara panas dan asupan debu datang menyapu daratan delta Nil secara bergulung-gulung. Dan yang lebih mencengangkan adalah disebutkan di dalam novel, kalau menurut perkiraan cuaca, suhu kota Cairo mencapai 41 derajat celcius!!! Wow... panas banget ikuuu....
Terus, ada hubungan apa antara uraian diatas dengan Surabaya. Sebenernya nggak terlalu ada sih..., tapi diada-adain aja yaaa??!!!
Beberapa hari yang lalu, saya melihat tayangan berita di TV, dan salah satu beritanya menyebutkan bahwa Surabaya sedang dilanda cuaca yang kurang nyaman. Menurut pengukuran suhu udara yang dilakukan pihak terkait, suhu di Surabaya mencapai 37 derajat celcius!!! Wuiihhh.... sama kayak suhu badan kita la'an waktu sehat...???
Emang sih, Surabaya terletak di pinggir pantai. Jadi gak heran kalau cuacanya panas banget kayak gitu. Tapi, ini kan udah bulan Oktober. Biasanya bulan segini udah masuk musim penghujan. Tapi wallahu 'alam...
Cuaca memang sudah ada yang ngatur. Cuma kita yang harus melakukan tindakan preventif untuk menghadapi segala cuaca yang ada di depan mata. Jadi, imajinasiku kali ini, bila sedang menapakkan kaki di bumi Suroboyo, terutama dalam minggu-minggu ini, maka tak ubahnya berada dalam setting Cairo yang berhasil dibangun dengan apik oleh Kang Abik dalam AAC.
Surabaya bagaikan Cairo. Kenjeran bagaikan Alexandria. Stasiun Gubeng bagaikan mahattah metro di Cairo. Kali Mas bagaikan aliran sungai Nil. Unair atau ITS bagaikan Al Azhar. Serasa panas yang seakan-akan berada diantara cuaca panas di bumi para nabi. Siapakah yang jadi "Fahri"-nya Surabaya ini...???
Andakah...?

2 comments:

  1. jangan suka mengada-ada...



    Surabaya disamain sama Mesir...




    wah, ketauan nih...
    obsesi jadi Fahri yaaa.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. tetiba sampe di postingan ini dan..., ternyata dulu aku belum bales komen ini, qiqiqiqiiiii

      obsesi jadi fahri??? bukan lagii

      Delete