Wednesday 19 October 2011

Out from Comfort Zone

Bagian 1

Inilah yang kurindukan. Ya. Semuanya. Semua yang ada di kamar ini. Dari kasur yang tak terlalu lebar. Dari bantal dan guling yang sudah berkurang empuknya. Meja belajar cap Olympic, yang sudah menemaniku sejak memakai seragam merah putih. Buku dan koran yang senantiasa kusimpan. Semuanya masih tertata rapi. Kecuali ada perubahan sedikit. Karena ibu suka merubah susunan barang-barang yang telah kususun.

Jadilah aku sering sewot ketika tak mendapati barang yang kucari. Sebab, ibu telah memindahnya. Oh ya. Ada yang lupa. Sebuah jendela besar menghadap ke selatan. Huaaahhhh..... semua yang kurindukan. Semuanya berada di kamarku. Sebuah kamar kecil di suatu rumah yang mungil, di ujung utara kota dingin, Malang.

Kamarku surgaku.

Aku tak bisa lagi menjamah lama-lama kamar ini. Tanggung jawab dan tuntutan, membuatku tak bisa berlama-lama menghabiskan waktu di kamarku ini. Klise memang. Tetapi memang begitulah yang harus kujalani. Kita memang tak bisa memilih, dimana kita harus berada. Khususnya untuk mengais rezeki. Prinsipku, mana yang lebih dulu memanggilku, maka dialah yang kuambil.


Kesempatan itu adalah bekerja. Aku diterima kerja di Surabaya. Meski akhirnya aku tahu, perusahaan ini mempunyai kantor cabang di Gedangan, Sidoarjo. Sudah bisa ditebak. Aku ditempatkan di situ. Kukira aku akan bekerja di Surabaya. Kemarin, saat aku positif diterima, aku sudah mencari kos-kosan di daerah Mojo, Surabaya. Ternyata, percuma. Aku ditaruh di kantor Gedangan. Membuatku mencari kos di daerah Sedati Agung, dekat bandara Juanda.

***

Ahh...... perlu kujelaskan. 4 paragraf diatas kutulis sudah lama. Tepatnya pada Juni 2011 lalu. Saat ada libur dalam masa trainingku. Liburnya cukup lama untuk ukuran management trainee. Yakni sekitar seminggu. Jadilah aku bisa meluapkan rasa kangenku di Malang dengan waktu yang lebih leluasa.

Dan sekarang.........

Aku kembali melanjutkan cerita dan curhatku ini. Kau tahu? Aku menuliskan ini di tengah hiruk-pikuk kantor. Ruangan kantor yang ramai dengan berbagai aktivitas. Aku merasa asing. Aku merasa sendiri. Struggle, berjuang sendirian. Alone. Rasanya, tempatku bukan disini.

Walau di sekelilingku nyaris bising oleh berbagai suara, namun aku merasa sepi. Aku merasa terperangkap dalam kesepian, diantara keramaian. Huuhh...... sedihnya. Dalam ramai aku merasa sepi, sendiri. Aku tak tahu, sampai kapan batas kesabaranku untuk berada disini.

Sudahlah. Lebih baik aku berkonsentrasi menulis cerita ini. Seraya mengingat-ingat, peristiwa atau wejangan apa yang perlu kuabadikan dalam tulisan ini. Okelah. Tak usah jauh-jauh. Kemarin, hari Minggu, 16 Oktober 2011. Aku berkesempatan untuk sejenak melupakan kegalauanku.

Aku pulang ke Malang. Salah satu yang kulakukan untuk menikmati libur yang cuma sehari ini, dengan belajar menyetir mobil. Melalui mobil tua yang dipunyai bapak dan ibu. Mobil carry tahun 1989. Senangnya. Karena bensin sudah menipis, bapak mengajakku mengisi bensin di jalan Mayjen Wiyono, dekat Rampal.

Selama perjalanan, aku ngobrol hal apapun dengan bapak. Satu yang kuingat dari perkataan bapak kemarin. Kita gak pernah tahu, akan dibawa kemana hidup ini. Apa yang kita inginkan dan cita-citakan, kadang tak sesuai dengan suratan takdir yang diberikan Allah. Bahkan sering. Apa yang kita idealkan, ternyata tak tarcapai. Tak sesuai dengan apa yang akhirnya kita dapatkan.

Pasti berbeda. Itu yang diucapkan bapak padaku. Hanya satu yang bapak tekankan. Apapun yang diberikan Allah, pasti itu yang terbaik buat kita sekarang. Sementara apa yang belum tercapai, berarti menurut Allah, belum saatnya bagi kita untuk memperolehnya. Atau, kita tidak cocok untuk mendapatkannya.

Pasti banyak hikmahnya. Itu yang diwejangkan bapak padaku kemarin. Baik. Ya Allah...... aku berusaha untuk mensyukuri anugerah ini. Anugerah yang telah Engkau berikan padaku. Anugerah berupa rezeki dan izin untuk belajar bekerja ini. Haahh..... technical service.

Pasti banyak pelajaran baru yang bisa kupetik dari penempatanku di divisi technical service. Aku bisa belajar. Baik. Itu poinnya. Belajar? Adalah aktivitas yang kusukai kan??? Meski belajar tentang mesin sepeda motor. Mesin sepeda motor? Layaknya montir di bengkel????

Ahhh...........

Tidak mudah. Ini pasti tidak mudah. Aku tak tahu. Apakah aku punya energi untuk melewati fase ini. Mungkin, ini adalah salah satu fase yang tidak mudah dalam hidupku. Haahhh...... sedari kecil, begitu berlikunya hidupku. Ya. Seperti juga kali ini. Fiuuhh.....

No comments:

Post a Comment