Tuesday 5 July 2011

LEGOWO

Perlahan, masih kudengar adzan dari sekeliling. Termasuk adzan yang mengalun dari masjid depan rumah. Perlahan petang berubah gelap. Dan bumi kembali dirundung malam. Tapi aku, masih tergolek disini. Telentang diatas kasur. Namun tak sedetik pun mataku terpejam. Sengaja kumatikan lampu kamarku. Kuharap, kegelapan dalam kamar bisa membantuku. Membantu mengurangi galau yang tiba-tiba kembali menyeruak.


Lalu kudengar jelas, suara ketawa-ketiwi yang belakangan hari telah menjadi santapan sehari-hariku. Suara yang seakan-akan menggunakan pengeras suara bermerek Toa. Aku telah hafal. Itu adalah suara tetangga sebelah. Tetangga sebelah? Ya, tetangga sebelah kos. Ada 2 orang yang sedang begitu asyik bercengkerama. Seolah tak memedulikan adzan maghrib yang menggema barusan.


Ahh....apa bedanya denganku? Meski aku juga mendengarnya, tapi aku masih bermalas-malasan di kasurku. Tampaknya mereka sungguh asyik mengobrol ria. Seakan baru bertemu setelah berpuluh tahun berpisah. Namanya saja kuping. Meski aku tak ingin mendengar, namun kuping ini tetap menangkap berbagai macam suara, tanpa bisa dikendalikan.



Mereka, 2 orang tetangga kostku, sedang bernostalgia ria. Mengenang masa kecil yang telah dilalui. Bagaimana aku bisa menyimpulkan begitu? Karena mereka membicarakan aktivitas saat maghrib di waktu kecil dulu. Mereka sudah mandi dan duduk manis di depan teve. Menunggu acara anak-anak seperti Superman, Superboy, Ksatria Baja Hitam, dan lain-lain.


Mendengarnya, mau tak mau aku ikut mengenang masa kecilku. Entah mengapa, tak terasa mataku berkaca-kaca. Mbrebes mili, kalau kata orang jawa. Dan lantas, kuhubungkan dengan kejadian hari ini, yang tak pelak membuatku galau tak terkira. Haaahh..... masa kecil memang menyenangkan. Ada satu yang pasti dirasakan seorang anak kecil: TAK ADA BEBAN. Beban seperti orang dewasa.


Ahh... tapi aku tak mungkin berharap kalau aku menjadi anak kecil terus. Rasanya seperti cerita fiksi. Lazimnya, semua manusia akan tumbuh besar. Tak hanya raga yang membesar. Tetapi juga jiwa, pemikiran. Ahh....... renungan ini semakin berat saja. Tak secuilpun mendekati mahakarya.

SEMUA KEJADIAN ADA TUJUANNYA.

Kalimat ini kuambil dari salah satu film layar lebar Indonesia. Berjudul Fiksi, yang menjadi film terbaik FFI 2008. Meski ceritanya amat absurd dan sangat fiksi, tapi ada pembelajaran yang kudapat. Yaitu semua kejadian, pasti ada tujuannya.

***

Kejadian hari ini, pasti juga mempunyai tujuan. Ya Tuhan, aku berusaha mencari, merenungkan, meresapi, apa tujuan kejadian yang kualami hari ini. Padahal aku berharap, hari ini akan memberi sejarah baru buatku. Tetapi ternyata, bukan sejarah gemilang yang kutoreh hari ini. Melainkan sejarah pahit yang lebih pahit dari narkoba. Aku sungguh tak menyangka, hari ini aku memperoleh jawaban atas pilihan-pilihanku di masa lalu.


Ahhh..... aku tak sanggup memaparkannya disini. Terlalu rumit, komplek, dan rahasia. Yang jelas, dari hari ini aku belajar tentang LEGOWO. Hari Rabu, 22 Juni 2011. Mungkin ada hikmahnya semua kejadian ini menimpaku di awal. Agar tak menyerangku di waktu nanti. Yah.... semua telah terbuka di muka. Tak ada lagi rahasia yang bisa kusimpan. Semua telah terbuka di awal. Dan ini adalah RISIKO.



Sedati, Sidoarjo.
Kamis pagi, 23 Juni 2011

No comments:

Post a Comment