Tuesday 9 October 2012

Rendezvous 13 Agustus 2012 yang Dingin

Kadang, kepepet memang mampu menghasilkan kekuatan tersendiri. Buku berjudul "the power of kepepet", sepertinya, perlu saya cari dan baca. Diantara tulisan dibawah, sebagian saya tulis pada Senin, 13 Agustus 2012. Pada masa ramadhan lalu. Saya menuliskannya, saat saya harus bertugas. Bekerja, bekerja sampai malam, tapi hanya untuk memastikan semua event berjalan lancar. Silakan dibaca:
Aku sedang berada di sebuah warnet di tengah kota. Sungguh ajaib, sekaligus berbeda. Biasanya di jam-jam seperti ini, aku sudah terbuai dibalik selimut yang nyaman dan empuknya kasur. Tetapi tidak untuk malam ini. Aku harus berjibaku melawan rasa aras-arasen dan kantuk, agar tetap berada di sini. Di tempat yang sesungguhnya amat tak asing bagiku. Namun.....
Ini kotaku. Rumah yang selalu kurindukan. Tetapi ada yang berbeda dengan hari ini. Dan malam ini. Hari ini seolah menjadi salah satu hari terburuk dalam hidupku. BAD DAY ever. Meski aku tak bisa memungkiri, ada juga pengalaman baru yang kudapatkan hari ini.

Setiap saat, aku masih berusaha memupuk rasa legowo dan sabar dalam benakku. Karena, aku merasa HARUS melakukan hal yang sesungguhnya "kubenci". Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang harus dibenci. Karena bekerja merupakan salah satu fase yang harus dilalui seorang manusia yang terus tumbuh seiring berjalannya waktu.
Masalahnya, aku HARUS bekerja di tempat dan bidang yang tak kusukai. Aku tak mau lagi berkata "agak" atau "tak terlalu". Sekarang aku harus JUJUR kepada diriku sendiri. Aku tak boleh munafik. Aku harus mengatakan, bahwa aku tak lagi agak atau tak terlalu menyukai. Namun aku benar-benar TIDAK menyukai "sesuatu" yang harus kukerjakan sekarang. Sesuatu yang menjadi tuntutan yang mutlak harus kujalani.
Ya. Aku mesti menjalani sesuatu yang tidak kusukai. Apalah gunanya bekerja mati-matian, jika hati dan pikiran tak sepenuhnya berada di pekerjaan itu. Aku tak habis pikir, apa yang sedang kucari. Apa yang bisa kuharap dari hari-hariku yang nyaris selalu habis di kantor. Lalu, bagaimana dengan diriku sendiri? Apakah aku tak berhak menikmati hidupku sendiri?
Ahh..... aku berhak menikmati hidupku sendiri. Jadi, Tuhan menakdirkanku untuk menjalani semua ini SEKARANG. Baiklah, aku tinggal berusaha untuk bersyukur dan terus istiqomah.
Kisah setelah ini, akan menjawab. Apakah aku gagal, atau sukses melewati seluruh tantangan ini.
Alhamdulillah.

No comments:

Post a Comment